Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT): Cara Mendapatkan Penghasilan Tambahan dengan Budidaya Sayuran Tanpa Tanah

Inti Pembahasan:

  • Kolaborasi Mark Sungkar dan Bupati Dadang M Naser: Dalam artikel ini, kita akan membahas kolaborasi dua tokoh penting, Mark Sungkar dan Bupati Dadang M Naser, yang berbagi tips tentang budidaya sayuran hidroponik, terutama menggunakan Nutrient Film Technique (NFT), sebagai cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
  • Manfaat Berkebun Sayuran dan KRPL: Kita akan melihat bagaimana budidaya sayuran hidroponik di rumah telah memberikan manfaat besar bagi warga sekitar melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang digagas oleh pemerintah.
  • Teknik Budidaya Hidroponik NFT: Artikel ini juga akan mengulas teknik budidaya hidroponik NFT yang digunakan oleh Bupati Dadang M Naser, serta keuntungan dari sistem ini, seperti tanaman organik tanpa pestisida.
  • Pengalaman Sukses Mark Sungkar: Kami akan membahas pengalaman sukses Mark Sungkar dalam budidaya sayuran hidroponik dan akuaponik, serta bagaimana ia menjual hasil produksinya.
keuntungan sistem NFT

Bupati Dadang M Naser, atau yang lebih akrab disapa Kang DN, adalah seorang pemimpin wilayah yang memiliki perhatian besar terhadap pertanian. Meskipun tugasnya sebagai kepala pemerintahan wilayah cukup men demanding, ia masih menyempatkan waktu untuk berkebun di pekarangan rumah dinasnya. Sejak tahun 2012, Kang DN telah menggunakan sistem hidroponik, yang dikenal sebagai Nutrient Film Technique (NFT), untuk menanam sayuran di rumahnya. Salah satu hal yang membuat hidroponik menarik baginya adalah karena tidak memerlukan tanah, dan penggunaannya yang efisien dalam penggunaan air.

Selain sebagai contoh bagi warga di wilayahnya, Kang DN juga ingin memanfaatkan lahan secara maksimal. Ia merasa bahwa budidaya sayuran hidroponik adalah salah satu cara yang tepat. Menggunakan sistem NFT, ia menciptakan dua tipe budidaya hidroponik: satu di luar tanpa atap, dan yang lainnya di dalam net house atau rumah jaring. Kedua tipe ini menggunakan pipa PVC sebagai wadah tanam.

Keuntungan besar dari budidaya hidroponik adalah bahwa ia dapat dilakukan dalam ruang terbatas dan menghasilkan sayuran organik tanpa pestisida. Kang DN menggunakan konstruksi rangka besi segitiga yang memungkinkannya memanfaatkan kedua sisinya. Jarak antara kaki rangka segitiga adalah 1,2 meter. Di kedua sisinya, ia menyusun pipa PVC menjadi 6 tingkat dengan jarak antar pipa sekitar 20-40 cm. Dengan cara ini, Kang DN dapat menanam 70 tanaman per pipa, menghasilkan total 840 sayuran di luasan hanya 16,8 m2. Ini jauh lebih efisien dibandingkan dengan penanaman konvensional yang hanya dapat menanam 420 sayuran di luasan yang sama.

Sayuran yang ia tanam adalah sayuran daun seperti kailan, pakcoy, caisim, dan selada. Hasil panennya melimpah, dan ini telah memberikan manfaat besar bagi warga sekitar. Mereka bahkan menjual hasil panen mereka, meningkatkan pendapatan mereka.

Salah satu hal yang menarik dari hidroponik adalah rasa sayuran yang dihasilkan. Menurut Kurnia, istri dari Kang DN, sayuran hidroponik memiliki rasa yang lebih lezat. Rasa renyah, segar, dan lebih enak ketika dimasak adalah daya tarik utama. Kang DN juga setuju bahwa sayuran seperti kailan memiliki rasa yang lebih renyah, empuk, dan mudah dikunyah ketika dimasak.

Ketertarikan Kang DN terhadap pertanian dan budidaya sayuran tidak datang begitu saja. Meskipun ia tidak memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang pertanian, ia telah mendapatkan inspirasi dari ayahnya, seorang petani. Ayahnya adalah sumber inspirasi yang kuat baginya. Selain itu, bersama istrinya, Hj Kurnia Dadang Naser, mereka menciptakan konsep rumah dinas yang mirip dengan miniatur dari 31 kecamatan Kabupaten Bandung. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bukan hanya mengajak, tetapi juga memberikan contoh nyata dengan menanam sayuran organik dan hidroponik di halaman rumah dinas mereka.

Kang DN juga tidak hanya mengonsumsi hasil produksinya sendiri, tetapi juga menjualnya kepada orang lain. Dengan produksi sekitar 200 kg setiap dua pekan, ia berhasil meraih omzet Rp 2,4 juta. Setelah dikurangi biaya produksi sekitar 60%, ia masih mendapatkan penghasilan tambahan sekitar Rp 960.000 setiap dua pekan atau sekitar Rp 1,9 juta per bulan. Dalam program KRPL yang digagasnya, Kang DN meyakinkan setiap halaman Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Bandung untuk menanam sayuran hidroponik. Dengan cara ini, ia berharap dapat menjadi contoh yang baik bagi masyarakat.

Mark Sungkar, seorang aktor terkenal pada era 1970-1980-an, adalah contoh lain dari seseorang yang sukses dalam budidaya sayuran hidroponik dan akuaponik. Ia adalah contoh nyata bahwa siapa pun dapat menjadi petani dengan tekad dan pengetahuan yang cukup.

Pada tahun 1979, Mark mulai mengejar hobi bermain teater di Akademi Teater Amsterdam, Belanda, dan pada tahun 2011, ia memutuskan untuk menjadikan budidaya sayuran sebagai bisnisnya. Ia saat ini tinggal di Vila Sungkar, yang terletak di Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Mark menggunakan net house berukuran 5 m x 7 m untuk menanam sayuran tanpa tanah. Sayuran yang ia tanam termasuk kangkung, sawi, selada, tomat, dan cabai. Ia menggunakan sistem hidroponik dan akuaponik. Untuk budidaya hidroponik, Mark menggunakan pipa polivinil klorida (PVC) sebagai wadah tanam.

Salah satu inovasinya adalah penggunaan net pot hitam dengan media berupa hidroton yang menyangga sayuran seperti sawi-sawi hijau. Di sisi lain, ia juga menggunakan pipa PVC untuk menanam tomat dan cabai. Metodenya yang kreatif ini memungkinkan tanaman untuk tumbuh subur tanpa tanah.

Mark sangat bangga menjadi petani. Melihat hasil panennya tumbuh dengan segar dan sehat memberinya kebahagiaan. Ia menjual sayuran yang ia tanam kepada keluarga besar dan bahkan bermimpi untuk mengembangkan bisnisnya dengan menjual hasil kebunnya ke pasar swalayan.

Mark juga memiliki pandangan jauh ke depan tentang pertanian tanpa tanah di Indonesia. Baginya, budidaya tanpa tanah adalah masa depan pertanian Indonesia mengingat lahan subur yang semakin terbatas. Ia menggunakan dua kolam drum sebagai contoh. Kolam-kolam ini berisi ikan seperti bawal, mas, dan nila, yang memberikan nutrisi berupa sisa pakan dan kotorannya.

Bakteri di dalam kolam mengubah amonia menjadi nitrat, yang berfungsi sebagai pupuk alami. Selain itu, tanaman juga memberikan oksigen yang diperlukan oleh ikan. Air bersih akan mengalir kembali ke dalam kolam tanpa harus diganti secara manual. Hal ini juga membantu menghemat air.

Mark berkeinginan untuk mendidik para petani bahwa budidaya organik tidaklah mahal. Ia mendapatkan pengetahuan tentang budidaya hidroponik dan akuaponik dari Murray Hallam, seorang petani akuaponik besar di Brisbane, Australia. Selain itu, ia juga mengikuti pelatihan internasional dalam bidang akuaponik untuk mendapatkan sertifikat. Ia rajin membaca buku, majalah, dan menjelajah internet untuk terus meningkatkan pengetahuannya.

Penutup

Kolaborasi antara Mark Sungkar dan Bupati Dadang M Naser adalah langkah maju dalam dunia pertanian hidroponik dan akuaponik. Mereka telah menunjukkan bagaimana budidaya sayuran tanpa tanah dapat memberikan penghasilan tambahan, manfaat bagi masyarakat, dan solusi untuk mengatasi masalah lahan subur yang semakin terbatas.

Bagi para pelaku usaha, terutama dalam bidang pertanian, artikel ini memberikan wawasan berharga tentang cara meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui budidaya sayuran hidroponik dan akuaponik. Semoga artikel ini menginspirasi Anda untuk mencoba sendiri dan berbagi pengetahuan ini kepada orang lain. Mari bersama-sama menciptakan masa depan pertanian yang lebih berkelanjutan dan sehat.

Lebih baru Lebih lama