Memilih Indukan Cucak Rawa Berkualitas Kontes

Memilih Indukan Cucak Rawa Berkualitas Kontes

Burung Cucakrawa merupakan spesies burung dari famili Cuculidae. Burung ini berasal dari daerah Tropika Asia, dan telah diintroduksikan ke sejumlah negara di seluruh dunia. Cucakrawa biasanya berwarna hijau, dengan beberapa variasi warna lain seperti hitam, biru, dan putih. Burung Cucakrawa menyebarkan benih- benih pohon dengan cara menelan buah dan melepaskannya di tempat yang baru. Oleh karena itu, burung ini sering diberi nama burung pemakan buah atau burung pemakan biji. Selain itu, Cucakrawa juga sering digunakan sebagai burung peliharaan karena suaranya yang indah.

Indukan cucak rawa berkualitas

Cucak Rowo adalah salah satu jenis burung kicau yang populer di Indonesia. Burung ini memiliki suara yang khas dan kerap digunakan sebagai hiasan di rumah atau kantor. Cucak Rowo juga sering dijadikan sebagai burung pengicau di acara-acara penting seperti pernikahan. Meskipun populer, harga indukan cucak rowo tidaklah murah. Untuk mendapatkan indukan cucak rowo yang bagus, Anda perlu mengeluarkan uang sekitar Rp1.000.000,- hingga Rp2.000.000,-. Harga tersebut tentu saja akan berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, dan sebagainya. Saat ini sedang marak-maraknya penjualan burung cucak rowo di peternakan-peternakan di seluruh Indonesia. Harga cucak rowo pun cukup mahal yaitu sekitar Rp 1.000.000 per ekor. Banyak peternak yang berlomba-lomba untuk mendapatkan satu ekor cucak rowo dengan harga segitu. Namun tahukah Anda, sebenarnya harga cucak rowo sebenarnya bukanlah harga yang mahal. Harga cucak rowo sebenarnya ditentukan oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, dan juga lokasi peternakan. Oleh karena itu, Anda tidak perlu khawatir akan mendapatkan cucak rowo dengan harga yang mahal. Indukan cucak rawa seperti apakah yang dapat menghasilkan bakalan kelas kontes? “Sembarangan cucakrawa juga bisa,” papar Ir. Oman Rochman, penangkar cucakrawa dari Bandung. Yang penting induk sehat dan tidak bisu. Kicauan cucakrawa bukan turunan dari induknya, tapi tergantung pemeliharaan. “Cucakrawa itu ibarat kaset kosong,” papar Oman. Artinya bisa diisi sekehendak kita. Misal Anda membeli cucakrawa keturunan roppel, tapi tidak ada kawan pendamping di rumah, maka suaranya pasti tidak karuan. Siulan orang, suara ayam, poksay, atau tekukur bisa masuk, lanjut geologis yang hobi memelihara cucakrawa itu.

Kriteria indukan cucak rowo

Oman biasanya memperoleh calon Indukan cucak rawa dari pedagang di pasar burung. Ia lebih menyukai hasil tangkapan dari hutan. Dalam memilih calon Indukan cucak rawa, peternak yang telah menghasilkan lebih dari 80 ekor bakalan cucakrawa ini, hanya punya satu syarat : sehat. Ciri induk yang sehat adalah gerakannya lincah, suara keras, dan nafsu makannya tinggi. Calon induk tentu saja tidak boleh cacat, misal sayapnya patah, ekor bengkok, atau berkaki pincang. Untuk calon betina pilih yang memiliki pantat gemuk. Betina seperti inilah yang mampu bertelur sampai 3 butir dalam satu musim. Betina berpantat ramping biasanya hanya mampu bertelur paling banyak 2 butir saja. Kebanyakan malah hanya sebutir. Calon induk jantan lebih disukai yang bentuk tubuhnya streamline. Umumnya orang lebih memilih burung yang bersuara besar, tanpa memperhatikan jenis kelamin. Pada beberapa konkurs pemenangnya adalah cucakrawa betina. Cucakrawa jantan seringkali berhenti berkicau bila mendengar suara jantan lain yang lebih keras karena kalah mental. Kalau yang betina kadang malah bersahut-sahutan, seperti sir-siran. Seharusnya cucakrawa jantan yang menang, karena volume suara lebih keras. Suara jantan biasanya didominasi oleh bunyi klung dan betina oleh bunyi kliuk.

Mengawinkan Cucak Rowo

Pasangan cucakrawa yang baru dipertemukan akan berkelahi dulu. Kadangkala jantan bisa kalah, sehingga sang betina harus dikurung. Kurungan berisi cucakrawa betina ini kemudian dimasukkan ke dalam kandang besar, berukuran 2m x 2m x 1,5m, yang berisi cucakrawa jantan. Setelah berkenalan barulah sang betina dilepas. Bila masih berkelahi, maka yang betina harus dipisah lagi. Masukkan mereka ke dalam kurungan kecil berbeda, dan jauhkan. Saat tidur di malam hari, kedua kurungan saling didekatkan sampai akhirnya berdampingan. Setelah berdampingan bisa segera disatukan. Cara lain “Mandikan keduanya bersama-sama sampai basah kuyup,” ungkap Oman. Selanjutnya masukan ke satu kandang. Seandainya masih berkelahi maka dimandikan lagi sampai basah kuyup dan menggigil. Demikian terus menerus sampai kedua burung berdamai. Ada banyak cara untuk memadukan sepasang Indukan cucak rawa. Kalau punya banyak maka semuanya dapat disatukan dan diamati yang sudah berjodoh. Telur yang dierami akan menetas setelah 14 hari. Anakan baru lahir masih bugil, tanpa bulu seperti anak tikus. Kemudian tumbuh bulu lidi, bulu kipas, dan terakhir bulu kapas. Barulah dia bisa terbang sempurna. Semua itu masing-masing perlu waktu 7—9 bulan.

Tahap Bertelur

Setelah 3 kali ganti bulu burung cucak rawa masuk masa dewasa siap bertelur. Ada peternak yang memberi pakan tambahan berupa vitamin, dan obat-obatan. Hasilnya dalam waktu 1,5 tahun sudah siap bertelur. Teknik ini memerlukan biaya tinggi.

Pakan Cucak rawa

Oman memberi pakan buatan serangga hidup, dan buah-buahan untuk burung cucak rawa peliharaannya. Buah-buahan yang diberikan bisa pisang, pepaya, apel atau buah apa saja. Pakan buatan untuk Indukan cucak rawa ada yang impor seperti fancy food, ada pula yang lokal seperti produksi Kristal. Dapat juga memakai pakan ayam karena murah. Pakan berbentuk pelet untuk burung dewasa. Pakan harus mengandung karbohidrat, serat, protein, dan lain-lain. Sebangga hidup bisa berupa jangkrik atau ulat hongkong. Pemberian jangkrik cukup 3 ekor. Untuk piyik, dapat diberi pakan ayam halus yang dicampur air sampai ia dapat mematuk pakan sendiri. Satu dua hari setelah menetas piyik sebaiknya segera dipisah dari induk. Itu atau piyik ingin segera dijual. Namun, jika piyik tidak dipisah maka pada usia 2 minggu sejak menetas burung cucak rawa sudah belajar terbang.

Share on:

Yudianto
Yudianto Yudianto, penulis aktif di Budidayatani dan Mitrausahatani.com, memiliki hobi di bidang pertanian. Ia sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani, berkontribusi untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif.
comments powered by Disqus