Manfaat Dan Khasiat Daun Saga Sebagai Penekan Kadar SGOT dan SGPT Tubuh
- 4 min read
Derita Ida diawali dengan tubuh yang sering lemas. Karena seabrek kesibukan sebagai Inspektur Lembaga Pendidikan Menengah Yayasan Sahid Jaya, Jakarta, dan melatih pelajar yang akan berangkat ke luar negeri, gejala itu tak dirasa. Apalagi hampir setiap bulan ia berdinas ke luar kota. . Hasil tes laboratorium menunjukkan angka SGOT dan SGPT melonjak. “Anda kena gejala hepatitis C, saat ini belum ada antivirusnya,” ucap dokter pribadinya. Sontak perempuan itu kaget bukan kepalang. Berkat minum air rebusan daun saga, wanita 72 tahun itu kini tetap segar bugar. Kealpaan itu berdampak buruk. Tak hanya lemas, perut bagian atas terkadang nyeri dan mual. Nafsu makan pun semakin berkurang. Akhirnya ia mendatangi dokter yang menangani kesehatannya sejak berusia 40 tahun. Dokter itu menyarankan untuk tes laboratorium. Kelahiran Karawang 16 April 1932 itu pun mendatangi laboratorium klinik di Jalan Mahakam, Jakarta Selatan. Hasil uji menunjukkan peningkatan nilai SGPT dan SGOT-penanda kerusakan hati. “Saya lupa angka pastinya, tapi yang jelas jauh di atas angka normal,” tuturnya. Angka normal SGOT tertinggi 17 mu/cc, SGPT normal maksimal 13 mu/cc. Dokter memvonis Ida positif terinfeksi virus hepatitis C (VHC). Dokter juga mengatakan, hepatitis C tak bisa disembuhkan lantaran belum ada antivirusnya. Meski kaget dan khawatir Ida menolak diopname karena merasa masih kuat.
Kanker hati
Menurut dr Setiawan Dalimartha, penyakit radang hati karena inveksi VHC memang tidak menimbulkan gejala parah. Malah pernah ditemukan penderita yang tidak memiliki keluhan apapun. Infeksi terdeteksi saat penderita melakukan general check up. Nilai SGPT dan SGOT tak setinggi Hepatitis A dan B, serta cenderung fluktuatif. Namun, VHC merupakan penyebab penyakit hati penting. Selain menimbulkan hepatitis kronis, penderita menjadi sumber infeksi karena menular. Dalam perkembangannya menyebabkan sirosis yang sangat berpotensi menjadi kanker hati. Penderita dewasa umumnya tak bisa disembuhkan. VHC hanya dapat diatasi dengan interferon. Itu pun untuk penderita berusia di bawah 45 tahun, tak ada sirosis, dan infeksi belum berlangsung lama. Harganya sangat mahal. “Untuk mendapatkan obat itu, penderita harus menyediakan minimal Rp lOO-juta,” tutur Setiawan.
Anjuran teman
Rupanya tekad Ida untuk tidak dirawat membuat penyakitnya bertambah parah. Jalan kesembuhan alternatif didapat saat ia mengontak teman sekolahnya yang kebetulan pernah menjadi sukarelawan kesehatan di sebuah rumah sakit. Sekadar berbagi cerita, Ida menghubungi Purnama Sariningrum, sahabatnya. Tak disangka Puri-sebutan akrab Purnama-punya pengalaman serupa. Putrinya yang terkena hepatitis B pada 1992, sembuh setelah diberi air rebusan daun saga. Puri mengetahui pengobatan dengan saga setelah membaca beberapa buku tentang tanaman herbal. Kebetulan tanaman itu banyak tumbuh di kebun Ida. Hanya saja ia tak tahu khasiatnya mengobati hepatitis. Hatinya kian mantap mencoba pengobatan dengan saga setelah membaca artikel pengobatan hepatitis dengan saga di sebuah surat kabar. Setiap hari ibu 4 anak itu memetik setengah genggam daun saga dari kebunnya. Setelah dicuci bersih, saga direbus dengan segelas air sampai mendidih. Air rebusan kemudian disaring, lalu diminum setelah dingin. “Rasanya agak manis dan menyegarkan,” ujarnya. Terkadang ia mencampurkan 2-3 irisan rimpang temulawak ke dalam kuali rebusan. Setelah beberapa hari, minum ramuan itu dan mengurangi makanan berlemak, badannya terasa semakin enak. Lemas berangsur-angsur hilang, mual pun tak lagi dirasakan. Tiga minggu setelah minum air rebusan, ia kembali melakukan tes darah. Hasilnya nilai SGPT dan SGOT turun.
Treatment Secara berkelanjutan
Walau badan sudah terasa segar, tiap bulan Ida tetap kontrol ke dokter dan uji darah. Semakin lama nilai SGPT dan SGOT kian berkurang. Sampai 6 bulan setelah divonis sakit, dokter mengatakan bahwa ia sembuh. Kini 5 tahun berselang, Ida tetap segar dan terlihat cantik. Gejala hepatitis tak pernah lagi dirasa. Aktivitas pun masih sepadat dulu. Ibadah haji yang menguras kekuatan fisik dan mental pun dilalui dengan mulus pada Maret silam. Hingga kini ia tetap rutin minum rebusan daun saga meski tidak setiap hari. “Saya bersyukur dengan anugerah kesehatan. Jadi harus dijaga terus,” ucapnya bijak.
Daun Saga Rambat Kaya Akan Glisirizin
Menurut dr Setiawan Dalimartha, rebusan daun saga diduga hanya mengurangi gejala hepatitis. Itu sebabnya virus masih bersemayam dalam tubuh. Glisirizin, bahan aktif yang terkandung dalam daun saga manis, hampir 100 x gula pasir. Penelitian di Jepang menunjukkan glisirizin menurunkan nilai SGPT dan SGOT. Namun, itu bukan jaminan penderita bebas dari VHC. “Kecuali jika pemeriksaan IgM anti-VHC menunjukkan hasil negatif,” jelas Setiawan. Selain glisirizin, daun saga juga mengandung protein, vitamin A, BI, B6, C, kalsium oksalat, flisirizinat, polygalacturomic acid, dan pentosan. Daun saga bersifat netral dan berkhasiat membersihkan panas, antiradang, dan diuretik. Tanaman rambat itu juga sering digunakan untuk mengobati sariawan, asma, batuk, radang tenggorokan, dan peluruh dahak. Amandel, radang mata, dan ambeien juga disembuhkan daun saga. Anggota famili Papilonaceae itu berupa perdu dengan pokok batang kecil, merambat, dan melilit. Daun majemuk berbentuk bulat telur dan berukuran kecil. Abrus precatoris-nama ilmiah saga- mempunyai polong berisi biji berwarna merah dengan titik hitam. Biji itu mengandung racun yang disebut abrin. Bunga menyerupai kupu-kupu berwarna ungu muda. Tanaman saga tumbuh liar di hutan, ladang, atau pekarangan berketinggian 0-1.000 dpi.