Anniversary Cup II: Arjuna Dipayungi Dewi Fortuna
- 4 min read
Dewi fortuna terus memayungi Arjuna, merpati balap andalan Trisna Wijaya. Di partai puncak Anniversary Cup II ia mempecundangi Thaliban dan merebut juara I melalui undian. Hari mulai gelap ketika mentari jatuh di peraduan sehingga tak memungkinkan menerbangkan 2 calon jawara itu. Di babak perempat final kontes adu cepat di Batang, Jawa Tengah, ia juga menang bye. Jika hari masih terang dan memungkinkan melepas ke-2 sprinter itu, peserta banyak yang menjagokan Thaliban. Makanya, kubu Thaliban menolak sistem undian untuk menentukan juara. “Kita sih mau saja untuk menerbangkan. Tapi bila burung hilang siapa yang tanggung?” kata Tjen Thai, panggilan Trisna Wijaya itu balik bertanya. Undian juga diterapkan untuk menentukan juara ke-4 dan ke-5. Raja Elang kebanggaan Andi Djunaid yang seharusnya bertanding dengan Mayora jagoan Otiam gagal diterbangkan. Hasilnya, Raja Elang beruntung menempati posisi ke-4; Mayora, ke-5. Peringkat ke-3 diraih Bungsu milik Wiwih yang beruntung mendapat bye di babak semifinal. Menurut Chin Shenn, ketua pelaksana lomba Persatuan Penggemar Merpati Balap Sprint Indonesia (PPMBSI) pusat, undian memungkinkan untuk menentukan juara kontes nasional. Itu terjadi karena peserta membludak dari berbagai daerah. Di meja panitia saja tercatat kurang lebih 414 burung. “Jumlah itu melebihi target yang ditentukan panitia, sekitar 300 peserta.” kata hobiis dari Bandung itu.
Persaingan ketat
Dengan undian babak final memang tidak seru. “The real game” justru di babak perdelapan final. Untuk lolos ke babak perempat Aijuna bersaing dengan Saluyu milik Roy asal Probolinggo. Begitu Saluyu kalah. Roy berharap Turis II jagoannya mampu menandingi Bungsu andalan Wiwih. Sayang, dewi fortuna seperti menjauh. Turis II akhirnya bertekuk-lutut dikalahkan Bungsu. Sementara Thaliban harus berjuang keras menghadapi ketangguhan Urea milik H. Qilmi asal Bali. Keperkasaan Urea sudah terbukti dengan mengalahkan Milineum yang malang-melintang di lomba merpati balap. Arjuna mendapat lawan tangguh dari jagoan tuan rumah, Raja Elang, pada babak berikutnya. Raja Elang lolos ke babak perempat setelah menundukkan Berlian milik Achen dari Semarang. Begitu dilepas, ke-2 merpati itu saling menyusul terbang di udara. Namun, memasuki 100 m Arjuna melakukan manuver, ngejos meninggalkan Raja Elang. Udin yang sudah berpengalaman menjadi joki tahu apa yang dilakukan. Tangan pria asal Madura itu cukup sigap menangkap jagoannya. “Tembakannya cukup bagus.” ujar Tjen Thai. Thaliban yang sudah berhasil menghadang Urea kembali ditantang Mayora andalan Otiam untuk lolos ke semifinal. Sejak dilepas ke-2 burung itu “bertarung” di udara. Begitu 300 m menjelang garis finis Thaliban langsung mengeluarkan pukulan mautnya. Mayora tidak menduga sabetan sayap Thaliban akan berakibat fatal. Akibatnya, burung asal Bandung itu mengurangi kecepatannya. Thaliban pun melenggang sendirian masuk ke garis akhir. “Mental dan gaya terbangnya cukup bagus. Padahal, ia baru diorbitkan,” kata Setiadi, sang pemilik. Menang lomba memang harapan setiap peserta. Apalagi lomba Anniversary Cup II merupakan hajat rutin setiap tahun PPMBSI pusat. Tak heran jika Andi Djunaid menurunkan semua jagoan. Sayangnya, dari 3 jagoan yang diturunkan hanya Raja Elang yang mampu bertahan hingga babak final. Mata Elang dikalahkan Berlian di babak ke-4. sedang Elang Super terdepak sejak putaran pertama. “Kalau tidak lepas dari genggaman joki, Mata Elang dipastikan lolos ke semifinal,” kata pemilik Elang Hitam Bird Farm itu.
Kurang beruntung
Demikian juga H. Rizki dari Tim Escudo asal Surabaya. Tidak satu pun burung masuk nominasi, meski ia menurunkan 8 jagoan. Madangkara dan Kabaret yang diprediksi masuk ke semifinal ternyata juga gagal. Senasib dengan Tim Batubara dari Medan yang menjagokan Petir Muda, Ali Topan, dan Smith hanya bertahan di putaran ke-2. “Petir Muda kurang fit sehingga terbang muter,” tutur Deden, joki asal Bandung. Fredy dari Tangerang yang mengharapkan Raja Gilas akan “menggilas” lawan ternyata hanya bertahan di babak ke-2. Raja Gilas dikalahkan Lakoni milik Santosa Wirya. Nasib tragis dialami Mudatsir dari Weleri, Jawa Tengah. Anugerah satu-satu unggulannya tidak dapat melanjutkan pertandingan lantaran kalah di putaran ke-2. “Jagoan saya banyak, tapi masih piyik sehingga tidak ikut lomba,” kata pemilik Mandarin Bird Farm itu. Kendati banyak peserta kecewa lantaran jagoannya kalah, mereka cukup puas ikut lomba. Kerja panitia dinilai cukup bagus. Sayangnya, panitia gagal menerbangkan burung di babak final. Padahal, acara itu merupakan puncak perlombaan. “Mereka sudah kerja maksimal. Jadi kalau ada kesalahan mohon dimaafkan,” tutur Subiyakto, wakil sekretaris jenderal PPMBSI mewakili Sofyan Permana, sang ketua yang berhalangan hadir.