Balittra Banjar Kembangkan Biopestisida Pembasmi Hama Wereng
- 7 min read
Serangan hama wereng pada tanaman padi sering terjadi di Indonesia. Hama ini menyerang seluruh bagian tanaman padi, sehingga dapat menurunkan hasil panen. Wereng sendiri adalah hama yang hidup di dalam tanah dan menyebar dengan cara menyarang di dalam tubuh tanaman padi.
Wereng biasanya menyerang pada musim penghujan, ketika tanaman padi sedang tumbuh dengan cepat. Untuk mengendalikan serangan hama wereng, petani harus menanam tanaman padi dengan varietas yang tahan terhadap wereng. Selain itu, petani juga harus segera mengambil tindakan ketika melihat wereng menyerang tanaman padi. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan mengambil wereng dengan tangan atau dengan menyemprot tanaman padi dengan insektisida.
Hama wereng (Ochlerotatus albifasciatus)
Hama wereng (Ochlerotatus albifasciatus) adalah salah satu jenis hama yang sering menyerang padi. Hama ini dapat menyebabkan kerusakan pada padi sehingga menurunkan hasil panen. Hama wereng sering menyebabkan padi menjadi kering dan mati. Hama wereng merupakan serangan hama yang sering terjadi di sekitar sawah. Hama ini menyebabkan banyak kerusakan pada tanaman padi. Hama wereng sangat sulit dibasmi dan seringkali mengakibatkan kerugian besar bagi petani.
Hama ini merupakan salah satu jenis hama paling umum dan tersebar di seluruh dunia. Hama ini sering ditemukan di kebun-kebun, taman, dan hutan. Wereng sering menyerang tanaman padi dan jagung. Hama ini dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi dan jagung.
Jenis Hama Wereng
Wereng adalah salah satu jenis hama yang dapat menyerang tanaman padi. Wereng dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu wereng coklat (Nilaparvata lugens) dan wereng hijau (Nymphula depunctalis). Wereng biasanya menyerang bagian daun tanaman padi, sehingga daun tanaman menjadi kering dan rusak. Wereng coklat dan hijau dapat ditumbuhkan di daerah dengan iklim tropis dan subtropis.
Wereng coklat adalah hama yang paling umum ditemukan di Asia Tenggara. Wereng coklat dapat menyerang berbagai jenis tanaman padi, seperti padi gogo, padi terbang, padi tumbuhan, dan padi sawah. Wereng coklat dapat hidup di berbagai macam tanah, seperti tanah lembap, kering, dan pasir. Wereng coklat umumnya menyerang daun tanaman padi, sehingga daun tanaman menjadi kering dan rusak.
Wereng hijau adalah hama yang sebagian besar ditemukan di Asia Tenggara, tetapi juga dapat ditemukan di beberapa negara lain seperti India, Sri Lanka, dan Bangladesh. Wereng hijau dapat menyerang berbagai jenis tanaman padi, seperti padi gogo, padi terbang, padi tumbuhan, dan padi sawah. Wereng hijau dapat hidup di berbagai macam tanah, seperti tanah lembap, kering, dan pasir. Wereng hijau umumnya menyerang daun tanaman padi, sehingga daun tanaman menjadi kering dan rusak.
insektisida sistemik alami untuk lahan pertanian padi
Tancapkan batang pacing Costus speciosus setinggi 160-180 cm di pematang sawah. Saat daun mengering 3 hari berselang, ganti dengan tanaman baru. Daun segar kerabat temulawak itu menghalau hama tanaman wereng hijau Nephotettix virescens.
Menancapkan batang pacing dekat tanaman padi terserang membuat wereng hijau tidak menghampiri sumber infeksi. Sementara kalau penancapan di sekeliling padi sehat, costus menghalau hama wereng hijau menyerang tanaman sehat.
Jika menancapkan batang pacing itu dianggap repot, ada cara lain yang lebih praktis: menanam kerabat temulawak itu di pematang sawah. Tanam pacing di pematang setiap 10 m. Setek tanaman anggota famili Zingiberaceae itu mudah tumbuh. Dengan demikian perlindungan menjadi permanen. Itulah cara petani di Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan, mencegah wereng hijau menyambangi sawah mereka.
[caption id=“attachment_15909” align=“aligncenter” width=“269”] hama wereng[/caption]
Pengendalian hama wereng pada Tanaman padi sawah
Mengapa kehadiran hama wereng hijau menjadi masalah? Serangga itu menjadi pembawa virus tungro-yang membuat padi tumbuh kerdil. Tanaman terserang tidak mampu atau hanya sedikit memunculkan bulir sehingga produktivitas anjlok.
Semua itu cukup dengan sekali gigitan dari wereng yang membawa virus. Tungro berasal dari bahasa daerah Filipina, yang bermakna tumbuh terhambat alias kerdil.
Pertumbuhan tumbuhan yang terserang hama wereng padi akan melambat sehingga tanaman kerdil, sementara warna daun berubah kuning hingga jingga. Perubahan warna bermula dari ujung daun lalu meluas ke pangkal daun. Gejala serangan itu mirip dengan kekurangan unsur nitrogen.
Namun, pada tanaman yang terserang tungro terlihat bercak cokelat karat. Jumlah anakan sedikit, jauh di bawah normal yang melebihi 30 anakan. Helaian daun dan pelepah daun memendek.
Potensi kehilangan hasil akibat serangan habang-bahasa Banjar, artinya merah-mencapai 30-90% tergantung tingkat serangan. Lantaran vektor alias penyebar virus berbentuk bulat atau batang itu adalah hama wereng hijau, maka cara pengendalian utama ialah dengan memusnahkan sumber infeksi dan mengendalikan serangga vektor.
Untuk mengendalikan serangga vektor, petani di Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan, mengandalkan tanaman pacing. Cara itu digunakan luas sejak 1975, ketika ribuan hektar sawah di Kalimantan Selatan luluh lantak akibat serangan penyakit habang.
Pada waktu hampir serentak, sentra padi di 6 provinsi lain-Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta-juga nyaris ludes oleh penyakit serupa. Di setiap provinsi itu sawah rusak lebih dari 2.000 ha.
Jika terjadi serangan iitu masyarakat Banjar menyebut Tanah Borneo terkena bala atau kutuk. Setahun berselang pada 1976, sejumlah sawah di Tapin selamat dari bala. Musababnya, tetua Suku Banjar menyeru para pemilik sawah menancapkan Costus speciosus di sekeliling kelompok padi terserang.
Anggota keluarga jahe-jahean itu juga ditancapkan di sawah yang sehat dengan interval jarak setiap 10 m. Ajaib! Saat hamparan sawah di tempat lain nyaris hancur, Kabupaten Tapin mampu tetap panen dari 100-200 ha sawah. Belakangan diketahui kutukan itu tidak lain adalah virus tungro yang mendunia.
Sebelumnya tungro tidak dianggap sebagai musuh, la bersalin rupa menjadi berbahaya sejak bergulirnya intensifikasi pada dekade 1970-an, yang menyebabkan penanaman padi besar-besaran secara monokultur. Hamparan sawah mahaluas menjadi “meja makan raksasa” bagi penyakit tungro.
Biopestisida pengendalian hama wereng
Enam tahun silam, tepatnya pada 2007, tungro kembali menyerang besar-besaran di sentra padi Kalimantan Selatan. Kali ini warga Astambul, Kabupaten Banjar, yang menancapkan pacing atau tawar di sekeliling sawah. Ketika itu jejeran tawar di tepi sawah mudah terlihat dari tepi jalan lintas Banjarmasin-Hulu Sungai Utara. Sawah 100 ha pun selamat.
Ternyata pacing mengeluarkan aroma yang tidak disukai hama wereng hijau. Aroma itu berasal dari kombinasi alkaloid, flavonoid, steroid, tanin, dan minyak asiri di dalamnya. Senyawa penting lainnya ialah diosgenin, yang menggangu kesuburan makhluk hidup.
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) adalah sebuah lembaga penelitian pertanian yang berada di Indonesia. Lembaga ini didirikan pada tahun 1981 oleh Departemen Pertanian Indonesia. Balittra berfokus pada penelitian tentang pertanian di lahan rawa, khususnya di daerah dataran rendah. Lembaga ini juga melakukan penelitian tentang peternakan di lahan rawa.
Balittra memiliki beberapa pusat penelitian di seluruh Indonesia, yaitu di Aceh, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Pusat penelitian Aceh berfokus pada penelitian tentang karet dan kelapa sawit, sedangkan pusat penelitian Kalimantan berfokus pada penelitian tentang kelapa sawit dan pengolahan kayu. Pusat penelitian Sulawesi berfokus pada penelitian tentang kakao dan karet, sedangkan pusat penelitian banjar berfokus pada penelitian tentang padi dan tanaman pangan.
Pengamatan berpuluh tahun pada budaya lokal masyarakat Banjar mengatasi hama tanaman membuat Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru, menguji pacing untuk biopestisida pembasmi hama padi. Lembaga itu menguji pacing terhadap ulat grayak Spodoptera lituro dan ulat kubis Plutella xylostella yang banyak menyerang sayuran daun selada, bayam, dan sawi.
Dua ulat itu pemakan segala-polifagus-sehingga menjadi acuan untuk hama serangga lain. Periset Balittra mengekstrak pacing lalu menyemprotkan pada ulat yang tengah memangsa sayuran. Selang 24-36 jam, 70-80% ulat mati.
Itu setara daya bunuh pestisida nabati lain seperti mimba atau jengkol meski masih kalah dibanding pestisida sintetis berbahan aktif deltametrin yang membunuh hingga 95%. Setahun berselang yakni pada 2009, pengujian ulang dilakukan bersama mahasiswa Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Kali ini daya bunuh costus meningkat pada kisaran 82-85%.
Hasil di laboratorium itu lalu diuji di lahan bayam petani di Landasanulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, yang merupakan daerah serangan ulat jengkal. Sebuah petakan berukuran 2 m x 3 m sebanyak 4 ulangan dibuat. Hasilnya bayam yang disemprot ekstrak tawar 2 kali sepekan hanya terserang hama 10% alias setara dengan pestisida sintetis. Sementara kerusakan kontrol mencapai 75-80%.
Diduga senyawa nabati dalam costus menghalau hama secara sistemik. Ketika ulat memangsa sayuran yang terpapar ekstrak, selera makannya hilang sehingga lambat laun mati. Senyawa itu juga merusak sistem pencernaan ulat sehingga tidak dapat mencerna dengan baik.
Mekanisme lain ialah senyawa diosgenin mengganggu kesuburan ulat sehingga perkembangbiakan terganggu. Dengan mekanisme itu ulat terhindar dari resistensi. Ekstrak costus pun lebih aman bagi konsumen karena racun nabati mudah tercuci.