Budidaya Dan Cara Beternak Belut Dalam Bak Kolam
- 4 min read
Di era 90-an peternak belut hanya bisa memanen belut ukuran besar dalam jumlah sedikit. Sifat kanibal dan pertumbuhan yang lambat menjadi penghalang utama budidaya belut. Tak heran jika kebutuhan pasar masih mengandalkan tangkapan alam. Itu dulu, lain dengan sekarang. Dengan perawatan intensif, Sonson Sundoro, pelaku budidaya belut di Bandung, Jawa Barat, bisa memanen 500 kg belut kualitas ekspor dalam waktu 6-8 bulan, dari kolam ukuran 25- 100 ‘m2. Monopterus albus ini dipasarkan ke Hongkong, Taiwan, dan Korea. Setiap hari Hongkong meminta pasokan 10 ton belut segar. Sonson baru bisa mengirim 3 ton per hari. Mengandalkan tangkapan alam jelas tidak mungkin, karena kualitas beragam dan pasokan tidak kontinu. Lelaki kelahiran Bandung 37 tahun lalu itu pun giat membudidayakan belut.
Pasokan Air harus Stabil
“Pemeliharaan belut sebenarnya tidak sulit, kunci kesuksesan budidaya belut ada di media, benih belut, dan pakan,” ujar suami Gita Sabarti ini. Iklim tidak menjadi persoalan penting. “budidaya belut bisa diusahakan di ketinggian berapa pun, tapi hasil maksimal dicapai pada 400-700 m dpi,” lanjut Sonson. Yang penting dalam budidaya belut adalah ketersediaan air bersih. “Air yang tercemar sedikit saja akan menurunkan selera makan belut,” ungkap Sonson. ternak belut menuntut pH 5,5-7 dan suhu 18° - 22°C. Kolam beton untuk pembesaran berukuran minimal 5 m x 5 m, maksimal 10 m x 10 m. Ketinggian kolam 1,2 m. Bagian atas bisa diberi atap peneduh untuk mencegah isi meluap saat hujan. Kolam dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. “Jika air berlimpah bisa diterapkan running water system, sehingga ketersediaan oksigen untuk belut lebih terjamin,” ungkap penggemar traveling ini. Sebelum diisi media kolam dinetralisir dengan kalium permanganat (PK).
Media ternak belut Yang Tepat
Media tersusun dari tanah sawah setinggi 20 cm, kemudian berturut-turut pupuk kandang asal kotoran kambing, tanah, dan potongan gedebog (batang, red) pisang. Gedebog pisang bisa diganti dengan kompos, tapi Sonson lebih menyarankan gedebog, “Gedebog punya efek mendinginkan,” ungkap ayah 2 anak Gedebog ditutup lagi dengan tanah setebal 10 cm, disusul jerami setinggi 15 cm. Pupuk NPK dan urea sebanyak 2,5 kg ditaburkan untuk menyuburkan jasad renik. Terakhir tanah setinggi 20 cm ditebar di atasnya. Setelah semua tersusun, media direndam dengan air hingga ketinggian 15 cm dari permukaan media. Perendaman dilakukan selama 2 minggu agar terjadi proses fermentasi. Untuk mengecek kondisi media, tancapkan sebilah bambu ke dalam kolam. Jika tidak ada gelembung gas yang muncul ke permukaan, artinya proses fermentasi sudah selesai. Kolam siap menampung bibit belut. Sebelumnya air diganti untuk membuang limbah hasil fermentasi. Beberapa peternak menambahkan eceng gondok di permukaan kolam, manfaatnya sebagai peneduh bagi belut.
Pemilihan benih belut Yang Berkualitas
Sejak 1996 Sonson menggunakan benih belut hasil persilangan belut sawah dan rawa. Pertumbuhannya terbukti lebih cepat dan tahan penyakit. Harga benih umur 1-2 bulan Rp 28.000/kilo. Satu kilo terdiri dari 150 ekor ukuran 5-8 cm. Ciri benih berkualitas untuk budidaya belut, tubuh mulus tidak ada luka gigitan, gerakan lincah, tidak lemas jika dipegang, serta berwarna kuning kecokelatan. Kepadatan penebaran dihitung l,5kg/m2. Artinya untuk kolam ukuran 5 m x 5 m dapat menampung 37,5 atau sekitar 40 kg benih. Proses pemeliharaan meliputi pemberian pakan, pengontrolan kondisi kolam, dan pemberantasan hama penyakit. Hal penting yang wajib diketahui saat akan memulai usaha budidaya belut adalah Belut terkenal dengan sifat kanibalnya, karena itu pemberian pakan tidak boleh terlambat. Ikan itu aktif di malam hari sehingga pemberian pakan dilakukan antara pukul 18.00-19.00. Sonson meresepkan jumlah pakan minimal 5% dari bobot tubuh. Artinya untuk kolam isi 40 kg belut minimal dibutuhkan 2 kg pakan per hari. Pakan terdiri dari pelet khusus, keong mas, bekicot, cacing, belatung, dan ayam mati yang dibenamkan di kolam.
Kontrol dilakukan secara teratur
Pengontrolan dilakukan untuk memudahkan pencegahan hama dan penyakit. Hama yang sering mengganggu saat mendalami usaha budidaya belut adalah hewan peliharaan seperti itik, ular, dan tikus. Sedangkan penyakit yang biasa mampir adalah jamur. Menurut pengalaman Sonson jamur cepat berkembang jika kualitas air tidak terjaga dan kandungan oksigen kurang. Jamur menyebabkan belut kurus dan akhirnya mati. Pencegahan paling mudah dengan menjaga kualitas air, jangan sampai tercemar limbah. Untuk mengurangi kepadatan 2 bulan setelah tebar populasi belut perlu dikurangi. Sebagian dipindahkan ke kolam pemeliharaan lain. Populasi eceng gondok yang tumbuh di atas kolam juga dikurangi agar tidak terjadi persaingan oksigen. [caption id=“attachment_19965” align=“aligncenter” width=“1511”] Media pembesaran belut berlapis-lapis[/caption]
Tahap Pemanenan
Enam bulan setelah tebar, belut siap panen. Dari 40 kg bibit belut ukuran 10-15 g bisa dihasilkan 500 kg belut ukuran 100- 200 g/ekor. Grade ini yang disukai pasar Hongkong. Sedangkan panen umur 8 bulan menghasilkan belut ukuran 400- 500 g/ekor, biasanya untuk tujuan Taiwan. Ukuran lebih kecil bisa dijual untuk pasar lokal seperti restoran padang atau pasar swalayan. Pemanenan hasil dari budidaya belut dilakukan secara bertahap. Pertama dengan menggunakan bubu untuk mengurangi kepadatan kolam. Setelah itu kolam dikeringkan untuk panen total. Belut hasil panen dimasukkan ke kolam air bersih selama 1-2 hari agar lumpur dan kotoran yang melekat terlepas. Langkah terakhir adalah penyortiran dan pemisahan sesuai ukuran yang dikehendaki.