Carmino Dan Black Beauty Sugar Glider Incaran Pehobi
- 4 min read
Mata tupai gula baru itu merah, sedangkan mata karamel hitam. Itulah carmino, tupai gula anyar bertubuh karamel bermata merah. Menurut pencinta tupai gula di Cibubur, Jakarta Timur, Suryo Adilaksono, carmino termasuk tupai gula jenis baru. Suryo mendapatkan informasi itu dari seorang kawan di Amerika Serikat. “Di luar negeri jenis itu sudah ada meskipun sangat jarang,” kata Sonny Catro, nama panggilan Suryo Adilaksono. [caption id=“attachment_16174” align=“aligncenter” width=“547”] carmino sugar glider[/caption]
Sugar glider Tangkapan alam
Menurut pemilik carmino, Chandra Gunawan, tupai gula itu hasil mutasi genetik di alam. Dua carmino yang Chandra miliki berasal dari tangkapan alam dan berasal dari Papua. Meskipun begitu carmino mulai ditangkarkan di luar negeri. Sonny mengatakan untuk menghasilkan carmino, penangkar di luar negeri menyilangkan caramel dan albino. Chandra tertarik mendatangkan mamalia marsupialia itu setelah melihat iklannya di sebuah majalah di Thailand. “Saat itu saya melihat tupai gula aneka warna,” kata Chandra, la mendapatkan carmino dari penangkar di Amerika Serikat pada 2012. Saat itu ia membeli 34 Petaurus breviceps yang terdiri dari 7 varian seharga sekitar Rp l50-juta. Ketujuh varian itu yakni carmino, black beauty, creamino, white face blonde, leucistic, mozaik, dan albino. Chandra memilih ketujuh varian itu karena sifat genetik yang relatif stabil sehingga bisa ditangkarkan. “Saya berencana membuat silsilah tupai gula baru dan menjual hasil tangkaran saya,” kata Chandra. Menurut pemilik nurseri Godong Ijo, Sawangan, Depok, Jawa Barat, itu, tupai gula cocok menjadi hewan kesayangan penghuni apartemen. Sebab ukuran tupai gula relatif kecil, bisa dibawa ke mana pun di kantung khusus, dan perawatan relatif mudah. “Sugar glider bisa jadi solusi penghuni apartemen yang ingin memiliki hewan kesayangan,” kata Chandra. Sebab beberapa apartemen melarang penghuninya memelihara klangenan seperti anjing. Selain carmino, Chandra juga memiliki black beauty. Tupai gula itu juga tidak kalah cantik dari carmino. Sekilas black beauty mirip dengan tupai gula berwarna abu-abu klasik. Namun, setelah dicermati, black beauty memiliki garis di dekat mata yang lebih tebal dan hampir menyentuh garis di dekat mulut dibandingkan dengan warna abu-abu klasik, la kepincut black beauty karena warnanya lebih gelap dibanding tupai gula lainnya.
sugar glider black beauty
Pehobi lain si hitam manis yaitu July Lie, di Bintaro, Jakarta Selatan, la mendapatkan tupai gula itu dari Papua. July memilih jenis itu karena wajah black beauty yang berkarakter. Menurut Sonny penentuan tupai gula termasuk black beauty atau bukan masih rancu. Kebanyakan pehobi menganggap jika tupai gula warnanya lebih hitam dibanding yang lain disebut black beauty. Selain itu, informasi yang beredar juga mengatakan black beauty mesti memiliki kuku dan bagian perut yang hitam. Oleh karena itu, konsumen mesti mengetahui ciri black beauty agar tidak tertipu. Sonny mengatakan black beauty “asli” memiliki garis di dekat mata yang lebih tebal dan hampir menyentuh garis di dekat mulut. Ciri itu melekat di black beauty milik Chandra. Lebih lanjut July mengatakan black beauty bisa dihasilkan dari persilangan antara black beauty dan tupai gula abu-abu. la juga mengatakan black beauty bukan tergolong tupai gula anyar. Sebab pada 2005 July pernah mendapat black beauty. “Saat itu jenis itu belum terkenal karena belum banyak yang mengenal sugar glider,” kata July. Meskipun satwa asli Indonesia, jenis baru tupai gula lazim berasal dari luar negeri seperti Amerika Serikat. Alasannya, “Amerika Serikat 10 tahun lebih dahulu meriset tupai gula,” ucap Sonny. Untuk menghasilkan sugar glider memang tidak sembarangan. Perlu riset mendalam terkait tupai gula yang ingin dihasilkan.
Sugar glider Hasil Penangkaran
Penangkar sugar glider di Amerika Serikat selalu berinovasi menghasijkan tupai gula yang berkualitas. Selain dari Amerika Serikat, tupai gula baru juga berasal dari Thailand dan Australia. Sonny mengatakan tupai gula asal negeri Gajah Putih biasanya sudah dikebiri. “Mereka mengebiri untuk menjaga harga tetap tinggi di pasaran,” ujar pria yang juga berprofesi sebagai asisten sutradara itu. Satwa yang dikebiri tak mampu meneruskan keturunannya. Hadirnya tupai gula varian baru belum tentu menarik minat konsumen untuk membeli. Selain karena harganya masih tinggi, selera konsumen juga berbeda terkait warna dan pola varian baru itu. Di kediaman Chandra tupai gula hidup sentosa. Mereka tinggal di kandang berukuran 60 cm x 60 cm setinggi 95 cm yang terbuat dari kawat tahan karat. [caption id=“attachment_16175” align=“aligncenter” width=“640”] Black beauty “asli” memiliki gtJris di dekat mata yang lebih tebal dan hampir menyentuh garis di dekat mulut[/caption]
Perawatan maksimal
Kawat itu digunakan karena tahan lama dan tidak menimbulkan karat jika terkena air. Di dalam kandang kawat itu terdapat sarang kecil berukuran 19 cm x 16 cm dan tinggi 20 cm yang terbuat dari kayu. Selain itu juga tersedia kantung dari bahan lembut berukuran 23 cm x 20 cm. Tupai gula menggunakan kandang dan kantung itu untuk tidur dan bersembunyi. Petugas juga meletakkan potongan kayu melintang di dalam kandang besar untuk area bermain tupai gula. Chandra juga sangat memperhatikan pakan opossum terbang miliknya. Menurut ahli satwa dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, drh Slamet Raharjo MP, pemberian pakan yang salah menyebabkan tupai gula muntah dan diare. “tupai glider tak dapat mencerna makanan yang keras dan tajam karena lambung dan pencernaannya amat lembut,” kata Slamet. Oleh karena itu Chandra menghaluskan bahan berkualitas seperti bubur bayi, yoghurt, madu, dan vitamin E untuk pakan harian menggunakan blender, la lantas mencampur potongan kecil apel, pir, dan wortel ke dalam makanan berbentuk bubur tadi. (MUT)