Durian Tak Selalu Enak Rasanya

  • 4 min read

Berbahagialah penggemar Durio zibethinus di Indonesia. Berbagai kultivar terkenal dan enak memanjakan lidah mereka. Yang paling populer tentu saja monthong. Kultivar asal Thailand itu paling mudah didapat di toko-toko buah. Selain diimpor langsung dari negeri Siam, ia juga banyak ditanam pekebun lokal. Kultivar lain channee, kanyao, dan kradoom. Jenis terakhir jarang ditemukan. Maklum di negara asal jumlahnya sedikit. Sekitar 80% durian yang dibudidayakan di sana adalah monthong. Indonesia juga kaya varietas lokal terkenal, antara lain petruk dan sitokong. Keduanya kerap ditulis di media massa sebagai durian unggul nasional yang enak sekali. Namun, mencari buahnya sangat sulit karena hampir tak ada kebun komersil. Beberapa orang saja pernah menikmati kelezatannya. Namanya dimanfaatkan penjaja durian pinggir jalan untuk memikat pembeli. Di samping itu, ada lebih dari 20 varietas unggul lokal lain yang kerap didengar namanya tapi sulit dirasakan. Yang agak mudah, kultivar matahari karena beberapa pekebun sukses menanam.

Tergantung lidah

[caption id=“attachment_3015” align=“alignleft” width=“348”]durian setengah matang sentra penjualan durian di thailand[/caption] Banyak penggemar mengatakan, durian lokal lebih enak ketimbang jenis asal Thailand. Rasanya lebih legit. Mereka merujuk pada durian asal Medan dan Rancamaya, Bogor, tapi tak jelas varietas mana. Sebenarnya itu tergantung pada selera masing-masing, baik perorangan maupun kelompok. Orang Indonesia, Malaysia, dan Singapura umumnya suka durian matang sekali. Daging buah lunak dan berbau keras. Sebaliknya, orang Thailand menyenangi durian agak mengkal tapi rasa manis. Di sana durian matang dijual separuh harga. Banyak pula yang beranggapan, durian unggul dijamin enak. Malah saya dulu berpendapat, semua durian matang pohon apalagi jatuhan pasti enak. Ternyata tidak. Semua varietas, baik unggul maupun bukan, tidak selalu enak pada setiap panen. Itu ditentukan beberapa faktor. Pertama, varietas. Yang disebutkan di atas, semua varietas dengan kualitas relatif lebih bagus dibanding jenis lain. Itu pun enak-tidaknya masih tergantung faktor lain. Bila cuaca kondusif saat musim, buah pasti enak.

Adaptif

Faktor kedua, agroklimat seperti sifat tanah, ketinggian lahan, dan curah hujan.Saya memiliki pengalaman buruk dengan beberapa varietas unggul lokal. Petruk berasal dari Jepara yang kering. Di kebun saya di Cianjur, ia sulit berbuah. Kalaupun sukses berbuah, rasanya biasa-biasa saja, meski biji kecil. Memang ada varietas yang memiliki daya adaptasi cukup tinggi. Namun, kesamaan agroklimat belum menjamin kualitas buah seragam. Ada varietas lokal di kebun yang ditanam klonal, hanya beberapa puluh meter dari pohon induk. Rasa buah sedikit berubah. Diduga ada pengaruh dari batang bawah. Ada juga yang mengatakan pohon induk sudah besar sehingga mendapat sinar matahari lebih banyak. Buah jadi lebih enak.

Kering dan terang

[caption id=“attachment_3016” align=“alignright” width=“322”]penjualan buah durian durian kualitas super[/caption] Faktor ketiga, keadaan cuaca saat durian berbuah. Ini ada kaitannya dengan pembentukan karbohidrat hasil proses fotosintesa. Karbohidrat diubah menjadi gula dan komponen lain, misal pembuat aroma. Pada musim kering dan cuaca terang, intensitas sinar matahari tinggi sehingga proses fotosintesis lebih lama dan sempurna. Rasa, aroma, dan warna daging buah jadi lebih bagus. Buah lebih besar. Musim kering panjang, seperti el nino bisa menjadi berkah buat pekebun asal sanggup memasok kebutuhan air tanaman. Tanpa itu buah malah rontok. Sebaliknya pada musim hujan, cuaca cenderung mendung dan intensitas cahaya matahari rendah. Proses fotosintesis singkat dan tidak sempurna. Akibatnya karbohidrat yang terbentuk juga sedikit dan komponen tidak lengkap. Ini sangat berpengaruh terhadap kualitas buah. Daging buah mengeras, kematangan tidak merata, rasa hambar, aroma kurang, dan warna daging pucat. Curah hujan tinggi merangsang keluarnya daun muda. Akibatnya sebagian karbohidrat dipakai untuk membesarkan daun baru itu. Dampak lain, daging buah berair.

Pemupukan dan pengairan

Tak heran, buat pekebun durian hujan musuh utama. Curah hujan tinggi mampu merontokkan bunga dan buah muda. Kalau sudah begitu tak ada yang bisa dilakukan. Pekebun hanya bisa berharap bulan hujan pendek dan curahannya tak terlalu tinggi. Cuaca yang tak menentu kadang hujan, kadang panas jelas menjadi masalah. Kualitas buah jadi sulit ditentukan. Hari ini bisa enak, panen minggu depan belum tentu. Faktor keempat, pemupukan dan pengairan. Pemupukan dan pengairan tepat meningkatkan kualitas buah, meski tak bisa menghilangkan pengaruh negatif kekurangan sinar matahari dan pertumbuhan daun muda. Nah, bagi penggemar fanatik yang hanya mau makan durian berkualitas prima, siap-siap sering kecewa. Tidak setiap tahun ada buah enak. Musim hujan kali ini, rasa durian di seluruh sentra di Jawa Barat tak memuaskan. Termasuk varietas asal Thailand yang ditanam di kebun. Sayangnya, hingga kini cara mengatasi ketidakstabilan rasa masih menemui jalan buntu.