Durian Unggul Dari Tepian Sungai Sekayam

  • 4 min read

Tujuan menyusuri anak Sungai Kapuas itu terhenti sejenak gara-gara kulit durian. Tim ekplorasi pun berganti haluan menelusuri pembuang kulit durian di tepi jalan itu. Tak mudah menemukannya karena timbunan sampah di tepi jalan itu tempat sampah warga, bukan milik pribadi. Beruntung setelah kurang lebih sejam menjadi detektif gadungan kami menemukan si pemakan durian itu. Ia menyebutnya durian gantang. Berita cemas justeru datang dari warga itu. “Waduh, Bapak-bapak terlambat. Gantang baru saja dipanen, semuanya sudah habis,” kata penduduk suku Dayak itu dalam bahasa setempat. Namun, ia masih berbaik hati menunjukkan pohon durian gantang tumbuh menjulang dan meraksasa. Tiga orang dewasa tak sanggup untuk memeluk batangnya. Tingginya diperkirakan mencapai 30 m.

Buah ujong

Di saat kecewa itulah seorang penduduk lokal yang pandai memanjat durian berteriak. “Lihat masih ada 1-2 buah ujong (buah sisa yang ukurannya lebih kecil dan mutu kurang baik, red),” katanya. Tanpa menunggu reaksi kami, ia menancapkan 30 pasak berukuran 3 cm x 25 cm ke batang durian. Pasak yang terbuat dari bambu betung itu dijadikannya anak tangga secara bergantian. Dengan cekatan ia memanjat dan mempersembahkan 2 durian gantang. Sayang kami tak bisa langsung mencicipi karena perburuan dilangsungkan saat bulan Ramadhan. Baru pada saat Magrib tiba, kami bergerombol mengelilingi durian gantang. Begitu gantang dibelah, aroma harum segera menguar. Ukuran dan ketebalan biji dapat disejajarkan dengan monthong. Warna menarik karena daging buah putih agak kekuningan. Karena penasaran kami berebutan untuk mencicipi.Rasanya manis, pulen, dan kering. ”Hmm, ini durian terbaik yang pernah saya makan,” kata Baharuddin yang juga berprofesi sebagai penangkar di Kalbar. Ia memang lebih nikmat ketimbang monthong karena citarasa durian lokal sangat kental. Maklum, selama ini banyak orang mengeluhkan monthong yang rasanya tak selezat durian lokal. Itulah kelezatan yang kami rasakan dari buah ujong durian gantang. Bisa dibayangkan bila kami mencicipi buah yang susungguhnya. “Pasti lebih lezat dan pulen,” kata Suprihartini, peneliti durian dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Barat. Karena itu rencananya durian gantang akan diusulkan sebagai durian unggul nasional dengan nama durian bahar. Label bahar disematkan dari nama Baharuddin sebagai penemu dan penangkar yang banyak mengegolkan durian top asal Kalbar.

Durian Balaikarangan

Sambil beristirahat setelah menikmati berbuka dengan durian gantang, kami teringat pada petualangan berburu durian 1-2 hari sebelumnya. Selepas sahur, sebuah Kijang dari Pontianak melaju di kegelapan malam jalan raya menembus hutan Kalimantan Barat menuju Balaikarangan, Kabupaten Sanggau. Letak Balaikarangan kira-kira 310 km- atau 5 jam perjalanan bermobil dari Pontianak ke arah timur laut. Dari situ perjalanan dilanjutkan ke Dusun Pesing, Balaikarangan, kira-kira 4 km ke arah perbatasan Indonesia Malaysia. Balaikarangan dipilih sebagai tempat perburuan karena daerah itu kesohor sebagai penghasil durian unggul Kalbar. Dari kawasan itu telah lahir durian aspar, raja merah, dan sawah mas yang terkenal sebagai durian unggul nasional. Sayang buah tersebut jarang dinikmati mania durian di Pontianak dan kabupaten sekitar. Ia lebih banyak dipesan oleh tauke berkantong tebal dari Kuching, Malaysia. Konon, Sultan Hasanah Bolkiah, penguasa Brunei, kerap mengutus orang untuk berburu durian Balaikarangan bila musim buah tiba. Dari Dusun Pesing yang juga masuk wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Sekayam itu kami mulai berburu. Informasi lokasi durian lezat didapat dengan cara bermacam-macam. Kami mengunjungi penampung durian lokal dan mencegat orang yang baru turun gunung sambil membawa takin. Takin sejenis bakul khas suku Dayak yang berbentuk kerucut terbalik, sebagai tempat membawa buah durian. Durian-durian istimewa dibeli, di identifikasi, dan dilacak lokasi tanamannya. Lewat cara itu kami menemukan 3 durian istimewa: tembaga, tembaga sunarti, dan udang semeng. Semua berdaging tebal, berwarna kuning, dan lezat.

Telusuri tembawang

Tak puas dengan cara itu, kami menelusuri kampung dan daerah tembawang (tembawang ialah daerah hutan di tepi sungai besar yang dulu dijadikan lahan berladang. Kemudian daerah itu ditanami buah-buah terpilih yang umumnya telah berumur ratusan tahun, red). Satu per satu pemilik tembawang yang sedang menunggu durian jatuh di pondoknya disinggahi. Durian andalan setiap tembawang dipamerkan oleh pemiliknya untuk diidentifikasi. Usai menelusuri tembawang, kami menyusuri Sungai Sekayam dengan long boat (perahu kayu panjang, red). Setiap ada pohon durian yang sarat buah kami singgahi dan lakukan identifikasi. Total jenderal, dari perburuan itu kami menemukan 21 varietas durian lokal. Namun, beberapa di antaranya perlu dilakukan pengamatan dan penelitian terus-menerus untuk mengetahui konsistensi kualitas buah. Contohnya, durian slipi. Durian yang pernah dipublikasikan Mitra Usaha Tani di era 90-an itu ternyata tetap berkualitas walau tak terdengar berita pengembangannya. Begitulah cerita berburu durian unggul Kalbar pada Ramadhan tahun lalu. Mengidentifikasi Durio zibethinus pada siang hari, lalu mencicipinya saat berbuka. Sebuah pengalaman yang tak pernah terlupakan. Anda berminat? Datanglah ke Kalbar, karena setiap penghujung tahun belantara durian selalu muncul di daerah tembawang.