Gurami Soang Sembilan Bulan Panen
- 3 min read
Tiga bulan lalu Heriyana menebar bibit soang ukuran kaset (125 sampai 150 g) berumur 5 sampai 6 bulan. Artinya, umur 9 bulan soang sudah bisa dipanen untuk konsumsi (0,6 sampai 0,7 kg). “Jika varietas lain, untuk mencapai ukuran itu butuh 1,5 tahun. Dengan waktu selama itu, soang bisa mencapai bobot 1,2 kg,” tutur ayah 5 putra itu. Soang lebih cepat besar lantaran rakus. Gerakannya aktif dan merespon pakan lebih cepat. Ia berbeda dengan varietas jepun yang lambat berkembang walau dipelihara intensif. Dengan kelebihan itu, wajar jika hampir semua peternak gurami di Kecamatan Cikoneng mengembangkan soang. Sebagian mengkombinasikan kolam dengan kandang ayam di atasnya.
Cula di kepala
Ciri utama soang adalah adanya cula di kepala. Bentuknya mirip kepala angsa (soang dalam bahasa Sunda, red) baik pada jantan maupun betina. Gurami betina varietas lain tak bercula. Jantannya memang bercula, tapi tonjolannya tak sebesar pada kepala soang. Dagu soang jantan lebih menonjol ke depan, tubuh ramping, dan panjang. Sedang pada betina, dagu lebih rata. Ciri itu terlihat nyata setelah gurami berumur lebih dari 3 tahun. Ciri lain, sisik soang lebih besar ketimbang jepun. Warna sisik abu-abu atau putih. Menurut Jahri pembenih gurami di Desa Pusakanagara, Kecamatan Ciamis, benih soang bisa dibedakan dari warna sisiknya yang kemerahan terutama bagian ekor. Sedangkan jepun warna sisiknya kebiruan. Ukuran tubuh soang lebih besar, maksimal mencapai 65 cm dengan bobot 8 kg. Jepun hanya 40 cm berbobot 3,5 kg. Sayang, tidak ada catatan yang menunjukkan waktu yang diperlukan agar gurami bisa mencapai ukuran itu.
Priangan Timur
Soang bukanlah varietas baru. Ia ditengarai sudah dipelihara sejak zaman kerajaan Galuh. “Pada waktu itu, gurami soang hanya ada di kalangan kerajaan,” ujar Ace Sutisna, pelaksana Subdinas Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis. Makanya ikan itu diklaim berasal dari Priangan Timur Ciamis dan Tasikmalaya. Di Ciamis, soang tersebar di beberapa kecamatan:Ciamis, Cikoneng, Sadananya, Cijeunjing, dan Panjalu. Di sentra-sentra itu pada 2002 tercatat kolam pembesaran seluas 187,7 ha. Dengan produksi rata-rata 2,6 ton/ha/tahun, Ciamis menghasilkan 487,92 ton gurami konsumsi. Di sana soang dikembangkan intensif. Heriyana biasa memberikan pelet 2 sampai 3 kali sehari pada ikan yang lebih besar. Dosisnya disesuaikan dengan bobot ikan. Pakan tambahan berupa daun-daunan seperti daun talas dan emprak yang diberikan 3 hari sekali. Pengurus kelompok tani gurami Neureus Mandiri itu memberikan pakan buatan berupa tepung pada gurami kecil. “Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada waktu dan lokasi yang sama. Supaya lebih efisien,” ujarnya.
Sentra Penjualan benih
[caption id=“attachment_2971” align=“alignleft” width=“337”] Talas di pinggir kolam, daunnya untuk pakan gurami[/caption] Masyarakat Ciamis kian bergairah mengusahakan gurami lantaran permintaan tinggi. Hotel dan restoran di Jawa Barat saja memesan 20 ton/bulan pada Himpunan Pengusaha Gurami Soang (HPGS), Ciamis. Namun, baru terpenuhi 0,3 ton/bulan. Belum lagi kebutuhan Jakarta, mencapai 32 ton/bulan. Hingga saat ini permintaan tersebut belum bisa terpenuhi. Heriyana yang memiliki 10 kolam pembesaran, menjual 50 sampai 100 kg/hari. “Tergantung pesanan, jika musim hajat biasanya lebih banyak,” ujarnya. Ia menjual Rp 17.500 sampai Rpl8.500/kg. Selain untuk konsumsi masyarakat Ciamis dan Tasikmakaya, beberapa restoran di Jakarta dan Bandung juga mendatangkan ikan gurih itu darinya. Karena kebutuhan benih juga tinggi, Heriyana mulai memijahkan sejak 2000. Dari 18 bak asuh yang dimiliki, setiap 2 sampai 3 hari ia menjual sekitar 4.000 ekor benih soang. Ukuran benih 1 cm dijual seharga Rp 100/ekor dan yang seukuran silet (3 cm) Rp350/ekor. Ia juga menjual benih ukuran bungkus rokok dan kaset dengan harga Rp 1.500 sampai Rp2.500/ekor. Di seluruh Kabupaten Ciamis tercatat produksi benih sebanyak 3-juta ekor/ tahun. Benih-benih itu dikirim ke Garut, Kuningan, Subang, Purwakarta, dan Bandung.