Hanaya Orchid Sukses Bidik Pasar Berbunga
- 5 min read
Esa Sirat dengan jeli membidik segmen flowering size sebagai kartu as usaha anggrek. Dari kebun 6.500 m2 setiap bulan ia memproduksi 1.500 pot berbunga. Pemilik Hanaya Orchid itu bisa mematok harga Rp20.000-Rp30.000/pot, karena kualitas pilihan Padahal biaya produksi paling banter Rp5.000/pot. Keuntungan yang diraup mencapai Rp 20-juta bahkan lebih! S Margin tinggi itu memang bukan di atas kertas. Esa berhitung cermat segmen yang paling menguntungkan. Pengalaman berjualan anggrek sejak 1987 di Taman Anggrek Slipi, Jakarta mengasah ibu 2 putera itu. Nikmatnya berdagang ritel anggrek berbunga ketika itu direguknya selama 3 tahun. Lantaran telah mencicipi “sedapnya” pasar anggrek berbunga eceran, ia mantap memilih segmen itu. Segmen akhir dari usaha anggrek itu setia dipilihnya lantaran “Marginnya paling besar,” kata Esa. Ia mencontohkan, di tingkat grosir saja, keuntungan yang bisa diperoleh sekitar Rp5.000-Rp7.500/pot untuk anggrek standar berharga Rp 15.000. Apalagi bila usaha itu dimulai jauh ke hulu. Laba pun semakin tak karuan besarnya. Menurutnya, bunga tanaman dewasa memiliki nilai jual sendiri. Hanya dalam hitungan hari, tanaman siap berbunga seharga Rpl2.500, bisa melonjak Rp 15.000. Keuntungan itu makin menjulang ketika yang muncul jenis istimewa. “Harganya bisa Rp30.000- Rp40.000/tanaman,” tutur ibu berparas manis itu. Padahal bila dihitung dari produksi, biaya perawatan yang dikeluarkan serupa dengan jenis lain.
Belanja di Thailand
Kondisi prima kunci keberhasilan
Oleh karena itu, pekebun yang memulai usaha dari hobi setia menggeluti jalur ini. Ia dengan cermat memilah tahap demi tahap untuk memproduksi anggrek bunga berkelas. Artinya, Esa tak sekadar memanfaatkan pasar yang sedang ramai, tetapi juga menerapkan kiat agar tetap eksis. Salah satunya dengan “memainkan” jenis bunga yang dijual. Kekuatan pasar eceran yang menjual beragam bunga begitu diresapinya. Ia pun mengaku tak sembarang memilih bunga yang diproduksi di kebun. “Saya selalu menampilkan yang berbeda dengan kebun lain,” ucap pemilik kavling 19 Taman Anggrek Indonesia Permai itu. Caranya, mencari sumber silangan-silangan baru, baik di dalam maupun luar negeri. Dengan alasan itu, nurseri Kasem, Burana, Kanjana, dan Udom di Thailand rajin disatroni. Karena mengejar target variasi bunga, ia pun membeli beragam jenis bibit anggrek botolan dengan jumlah terbatas. Misalnya, dari 1 seri silangan berisi 30 macam anggrek, masing-masing hanya dibeli 10 botol. Satu botol umumnya hanya berisi 30-40 pot tanaman. Berpindah dari satu nurseri ke nurseri lain di Thailand, hal biasa baginya. Meski berburu jenis, tak semua keluaran nurseri-nurseri yang selalu didatangi setahun sekali itu dibeli. “Kita harus tahu bagaimana indukan, sifat bunga, dan adaptasinya di Indonesia,” ujarnya. Tak hanya di luar negeri, kebun lokal pun dipantau. Jangan sampai jenis yang dikembangkan serupa, dan bila menemukan yang unik ia pun melengkapi koleksi kebun.
Menyilang sendiri
Dengan membeli bibit botolan hasil silangan, akan muncul beragam variasi bunga. Apalagi didukung kebun produksi, Esa mudah menghasilkan berbagai bunga eksklusif itu. Tengok saja kebunnya yang didominasi oleh silangan baru, seperti silangan dendrobium prapin x dendrobium Burana, dendrobium kratingdaeng, dan tong chai gold mutasi. Cara itu jarang dilakukan penganggrek lain. Kebanyakan hanya berpikiran menjual tanaman dewasa, tanpa memikirkan cara menghasilkannya. Bibit hanya diperoleh dari para pekebun bibit yang notabene terbatas dan memproduksinya massal. Hasilnya, hanya jenis-jenis tertentu itulah yang membanjiri pasar. Jadi, bila orang bosan disuguhi warna ungu, maka penganggrek tak punya pilihan lain. Seringkah konsumen mencari warna alternatif sebagai pilihan. Di samping bermain di anggrek impor, Esa juga melakukan penyilangan. “Paling ngga dihasilkan jenis lain yang berbeda dari yang ada,” ungkap penyilang yang baru aktif 1,5 tahun lalu. Ini untuk berjaga-jaga bila bibit yang dibelinya di Thailand ada yang menyamai. Maklum, nurseri-nurseri itu bak pasar yang pembelinya bisa keluar masuk dengan bebas, baik datang langsung maupun via internet. Meski hasil silangan seperti judi yang belum ketahuan hasilnya, ia tak putus asa. Salah satu yang dianggap berhasil adalah silangan dendrobium undulatum dengan dendrobium concert ganet. Hasilnya, warna bunga maron gelap dan sangat marak. Satu pot tanaman dewasa menghasilkan 7 tangkai bunga dengan masing-masing sekitar 10 kuntum.
Sosok optimal
tanaman yang prima
Di samping jenis, kartu as lain ialah sosok tanaman yang prima. Melihat sekilas penampilan tanaman memang tergolong sehat. Bulbnya tampak gemuk dan berjumlah rata-rata 5. “Konsumen senang dengan tanaman seperti ini. Mereka berani membayar mahal untuk itu,” ujar mantan arsitek itu. Hal itu diketahui sendiri kala mendengar komentar langsung pengunjung yang sering mampir di kavlingnya. Melihat gejala ini, ia pun berhati-hati memproduksi anggrek pot. Pemupukan dengan Gaviota rutin diberikan 2 kali seminggu. Pemberian untuk tahap pembesaran bukan lagi lewat nosel, tetapi dikocorkan sampai media basah merata. Jika ditemukan yang kurus, vitamin BI jadi senjata pamungkas. Penyemprotan fungisida, seperti Dithane seminggu sekali. Untuk yang satu ini, Esa punya pengalaman unik. Lantaran mendengar saran anak buahnya, ia mengocorkan sebuah merek fungisida lewat mesin. Apa lacur, anggreknya bukan bertambah sehat, tetapi mati dalam sekejap. Daun layu bak daun genjer. Mati seluruhnya. Belajar dari hal itu, ia selalu menyemprot pestisida baru dalam skala kecil terlebih dahulu.
Pasar luas
Tak heran bila formula itu membuat anggrek Esa laris. Lihat saja order yang datang ke kantornya. “Saya cuma kuat melayani 3 grosir di luar daerah" ujar penganggrek yang melayani pasar Balikpapan dan Bali. Selebihnya, harus rela pulang dengan tangan kosong. Ia mengakui pasar dendrobium memang berkembang amat pesat. “Begitu ada yang berbunga pasti langsung diangkut,” tambahnya. Pilihannya memang tak salah lantaran teruji berulang-ulang kali. Usaha mulai anggrek potong, rental anggrek pun telah dilalui. Meski sempat tersandung beberapa kali, ia tegar. Masalah yang timbul karena seretnya pembayaran, tanaman yang rusak akibat disewakan, dan hilang tercuri hanya batu kecil. Kini penganggrek yang datang 2 kali seminggu ke kebun tinggal menuai untting. Bibit anggrek botolan, kompot, tanaman remaja, hingga dewasa di kebun bak pundi-pundi emas bagi Esa.