Herbal Nanopropolis Mujarab bagi penderita diabetes

  • 4 min read

Ir Guntur Sutopo tak kuasa membayangkan kehilangan telapak kaki jika ia memenuhi saran dokter spesialis orthopedi di sebuah rumahsakit di Yogyakarta. Dokter menyarankan amputasi telapak kaki kiri pada awal tahun. Itu karena luka di tumit kaki tak kunjung sembuh pasca kecelakaan. Luka itu membengkak dan menimbulkan nyeri berkepanjangan. Sejatinya luka itu muncul pada 1997, 14 tahun sebelum Guntur menerima saran amputasi. Saat itu Guntur mengalami kecelakaan mobil dalam perjalanan dari Jakarta menuju Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Kecelakaan itu membuatnya patah tulang di paha kiri dan luka memar di tumit kiri, la menjalani perawatan di sebuah rumahsakit di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, selama 26 hari. Pria kelahiran Maret 1961 itu mendapat jahitan di paha setelah mengalami pendarahan hebat. Sebulan setelah operasi, betis Guntur membengkak. Seorang perawat mengatakan terjadi infeksi berat di tumit, la kembali menjalani operasi pengangkatan jaringan rusak di telapak kaki untuk membersihkan infeksi.

Herbal untuk diabetes

Biang keladi luka yang tak kunjung sembuh itu terkuak pada 2002 atau lima tahun setelah kecelakaan. Dokter mendiagnosis Guntur mengidap diabetes mellitus. Kadar gula darah Guntur mencapai 300 mg/dl, kadar normal 110-170 mg/dl. Menurut dr Hafuan Lutfie, dokter apiterapis di Jakarta, diabetes mellitus disebabkan oleh gaya hidup yang salah. “Seorang anak bisa menderita diabetes karena mencontoh gaya hidup dan pola makan yang salah dari orang tuanya yang menderita diabetes,” ujar dokter alumnus Universitas Sriwijaya, Palembang itu. Selain itu gaya hidup yang salah, sepeti kurang olahraga, asupan makanan yang tidak baik dan tidak terkontrol dapat memicu diabetes mellitus. Setelah kecelakaan Guntur nyaris tak pernah olahraga karena keterbatasan gerak kakinya. Sudah begitu ia terbiasa mengonsumsi teh manis hangat minimal 4 kali sehari. Diagnosis itu sejalan dengan gejala diabetes mellitus yang dirasakan Guntur, la merasakan lebih sering merasa lelah. Menurut dr Hafuan Lutfie secara umum gejala diabetes dapat dicirikan 3 hal, yaitu polifagi atau banyak makan, tetapi tidak menunjukkan kenaikan bobot badan. Ciri kedua, mudah berkemih alias poliurinari terutama pada malam hari. Selain itu ia juga kerap merasa haus atau polidipsi. Penderita diabetes mellitus mudah haus sebagai reaksi tubuh kekurangan cairan karena sering berkemih. Setahun menjelang diagnosis itu, Guntur merasakan ketiga gejala itu. Saat itu luka di tumit itu kembali membengkak sehingga Guntur tidak bisa berjalan. [caption id=“attachment_16053” align=“aligncenter” width=“640”] Propolis biasa (kiri) dan propolis nano[/caption]

Menolak amputasi

Untuk mengatasi luka menahun itu Guntur berkonsultasi ke sebuah rumahsakit di Yogyakarta. Dokter menyarankan Guntur menjalani amputasi kaki. Tanggal amputasi juga sudah ditentukan dua bulan ke depan. Menurut Hafuan luka tak kunjung sembuh alias gangren pada penderita diabetes karena infeksi bakteri. Selain itu diabetes menghambat sel darah untuk mengirimkan nutrisi pada bagian yang luka, sehingga pembentukan jaringan terhambat dan menyebabkan gangren atau jaringan yang membusuk. Sembari menunggu amputasi, Guntur mengonsumsi propolis berteknologi nano atas saran Muhlasin ketika membesuk. Semula Guntur hanya meneteskan cairan nanopropolis di atas luka. Luka menutup perlahan. Sejak itu Guntur mengkonsumsi nanopropolis asal Brasil berdosis 7 tetes dalam segelas air bening. Setelah meneteskan cairan propolis, ia mengaduk beberapa kali hingga tercampur merata, dan meminumnya. Frekuensi konsumsi tiga kali sehari usai bangun tidur, pukul 14.00, dan menjelang tidur. Semula Guntur hanya meneteskan nanopropolis di lukanya. Cara itu kini ia kombinasikan dengan konsumsi oral. Sepuluh hari rutin mengonsumsi propolis, lukanya mulai tertutup. Bersamaan dengan itu cairan yang keluar dari luka relatif sedikit dan tanpa bau. Perubahan itu sangat menggembirakan Guntur. Kabar menggembirakan lain, kadar gula darah pria 53 tahun itu kembali ke angka normal, 135 mg/dl. Itu dicapai setelah Guntur disiplin mengonsumsi propolis selama 10 hari. Bahkan, sebulan setelah penggunaan nanopropolis, sarjana Perikanan alumnus Universitas Diponegoro itu mampu mengendarai sepeda motor. Semula ia menghabiskan waktu di atas kursi roda karena tak mampu berjalan kaki. Menurut ahli propolis, dr Hafuan Lutfie, luka gangren pada penderita diabetes mellitus menutup karena propolis mengandung bioflafanoid yaitu zat antioksidan, antivirus, antibakteri, anticendawan, dan anti peradangan yang menghambat pertumbuhan bakteri.

Selain itu flavonoid yang berfungsi untuk membuka aliran darah, sehingga memperlancar pengiriman nutrisi untuk pembangunan jaringan baru. Flavonoid juga berperan menurunkan kadar gula darah dengan cara menyeimbangkan nutrisi yang dibutuhkan tubuh seperti yang telah kami rangkum Herbalis di Kota Batu, Jawa Timur, Wahyu Suprapto mengatakan bahwa secara fungsional propolis berguna untuk membersihkan darah merah. Wahyu mengatakan propolis dapat memaksimalkan fungsi darah merah untuk mengangkut nutrisi ke seluruh jaringan tubuh. Akibatnya glukosa dalam darah yang menjadi penyebab diabetes akan terkontrol oleh fungsi kerja propolis. Menurut Presiden Direktur PT Rhizoma-produsen nano propolis asal Brasii-Sadyawisman, konsumsi propolis membantu mempercepat pemulihan luka. Itu lantaran sel darah merah berdiameter 8 mikron dengan ketebalan 2 mikron. Sementara nanopropolis berukuran jauh lebih kecil, hanya 12 nanometer. Satu mikron setara dengan 1.000 nano, sehingga penyerapan nanopropolis ke sel darah merah sangat efektif karena ukuranya jauh lebih kecil. Pemulihan dan penutupan luka pun berlangsung lebih cepat. Selain itu propolis juga merupakan antimikrob dan anticendawan alami, sehingga dapat mengatasi infeksi yang diderita Guntur.