Hidroponik: Bila Dua Teknologi Berpadu

  • 4 min read

Itulah kombinasi 2 teknologi hidroponik hasil kreasi Sudibyo Karsono di Bogor. Pemberian nutrisi tanaman dari atas populer sebagai teknologi top feed. Sedangkan kucuran unsur hara dari bawah disebut ebb endflow atau pasang surut. Panduan teknologi itu amat pas untuk membudidayakan sayuran buah seperti cabai dan tomat. Soalnya mereka membutuhkan nutrisi tinggi untuk pembentukan buah. Meski demikian, kombinasi itu tetap dapat diterapkan untuk sayuran daun.

Pola Dua arah

sawi hidroponikMenurut Sudibyo, teknik itu membuat tanaman mendapatkan nutrisi secara optimal. Karena sayuran mendapatkan nutrisi dari dua arah. Ia memanfaatkan arang sekam, zeolit, kerikil, atau sabut kelapa sebagai media yang porous. Dengan media tanam itu memungkinkan tanaman tetap bertahan walaupun listrik padam sehingga pasokan nutrisi terhenti. Nutrisi ditampung di sebuah ember berkapasitas 50 1. Untuk mencegah tumbuhnya lumut, Sudibyo menggunakan ember berwarna hitam. Tandon nutrisi diletakkan di bawah rak sayuran. Untuk mengalirkan air dari ember penampungan, tinggal menekan saklar. Mesin berkekuatan 30 watt memompa nutrisi melalui pipa PVC. Setelah melewati penampungan kecil di atas rak yang telah dilubangi sekelilingnya, nutrisi tercurah. Tidak hanya itu, nutrisi pun merembes melalui pipa menuju corong plastik penyangga pot sayuran. Dengan begitu secara periodik media terendam air. Pada tutup penampungan nutrisi diberi pelampung yang disambungkan sedotan kecil untuk mengetahui volume air tanpa harus membuka penutupnya. Bila air menyusut pelampung akan turun, menandakan nutrisi perlu diisi kembali. Nutrisi perlu dikontrol agar tanaman tidak kekurangan.

Pas untuk hobiis

panen sayuran hidroponikNutrisi dialirkan secara berkala dengan interval 5 menit. Lama penyiraman 40 detik. Untuk sayuran daun, nutrisi di bak penampung tak perlu ditambah sampai panen. Wajar saja karena umur produksi sayuran daun relatif singkat, 20—30 hari. Namun, untuk sayuran buah seperti cabai dan tomat hobiis mesti menambah nutrisi. Nutrisi dapat diberikan dengan dua cara. Pertama 1 sendok teh NPK diberikan pada media tiap bulan. Kedua pupuk cair hidroponik sebanyak 200 ml dicampurkan ke 501 air setiap minggunya atau diberikan saat kapasitas air kurang dari separuh. Teknologi hidroponik itu pas untuk hobiis. Ditaruh di halaman rumah boleh juga. Bahkan di teras rumah juga memungkinkan. Sebab ukuran rak relatif kecil, hanya 0,5 m x 2 m. Hobiis-hobiis sibuk tak usah khawatir lantaran distribusi hara berjalan otomatis. Mereka tetap dapat memanen sayuran segar di halaman melalui teknologi itu. Untuk merakit hidroponik baru itu, Sudibyo membutuhkan biaya Rp450.000. Peranti yang digunakan memang sederhana seperti corong plastik, ember plastik, botol bekas air minuman, pipa PVC, dan pot tanaman. Semua bahan mudah dijumpai dan murah harganya.

Tanaman Hidroponik dengan sistim pengabutan

Di pusat elektronika Glodok, Jakarta Barat, Sudibyo Karsono melihat sebuah mainan anak-anak berbentuk kerang. Dari mulut tiruan kerang itu muncul kabut uap air jika mainan diaktifkan, la pun langsung membeli sebuah mainan itu. Bukan hadiah untuk cucu. Kakek 7 orang cucu itu hanya mengambil alat pengabutnya saja. Alat itu berupa sebuah besi membulat terdiri atas 4 lubang. Dari lubang-lubang itu keluar kabut uap air dari tandon nutrisi. Kabut nutrisi yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh akar tanaman pada sistem budidaya aeroponik. Pengabutan ini sangat baik untuk pengembangan tanaman karena nutrisi lebih efektif terserap. Menurut Ir Yos Sutiyoso, pemerhati hidroponik, penggunaan pengabut amat efektif, sebab partikel halus yang dihasilkan lebih mudah diserap oleh akar tanaman. Ultrasonik generator, alat pengabut, hanya membutuhkan tegangan 30 volt dan dipasok daya 30 watt. Sayangnya, alat ini hanya dapat digunakan untuk luasan kecil, sekitar 1 m2, ujar pria berkelahiran 14 November 1956 itu. Mengoperasikan pengabut amat gampang. Wadah kaca berukuran 1 m2 ini diisi air bernutrisi setinggi 80 cm. Ultrasonik generator dipasang 0,5 cm dari permukaan air dengan penyangga. Alat disambungkan dengan adaptor yang akan mengubah listrik AC menjadi DC untuk pengoperasiannya. Setelah listrik disambungkan, secara otomatis mengeluarkan getaran tertentu yang membuat air di atasnya menjadi kabut dan mengenai akar tanaman. Timer dapat disambungkan ke alat sehingga kabut nutrisi dapat mengenai akar tanaman tiap 3 menit sekali. Di pasaran alat ini dijual dengan harga sekitar Rp250.000. Memang alat ini membutuhkan biaya yang lebih mahal, tetapi kualitas tanaman lebih baik. Jadi tak ada istilah rugi menghabiskan banyak biaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. (Pupu Marfu ah)