Janji Dan Keuntungan Dari Budidaya Stroberi

  • 9 min read

Sekitar 4.000 karung berderet rapi di lahan 3.600 m2. Setiap karung setinggi 60 cm itu ditanami 4 stroberi yang merumpun dan sarat buah. Total jenderal populasi 16.000 tanaman. Dari sanalah Awan Rukmana menuai 40 kg stroberi setiap hari. Dengan harga jual Rp6.000 Rpl 6.500 per kg ia menangguk laba bersih Rp64-juta per tahun. Awan menanam jenis nyoho dan michiko asal Jepang sejak awal 2002. Karung dijejerkan rapat dalam barisan-barisan tanam. Jarak antarbaris 1 m supaya orang mudah lalu lalang merawat tanaman. Panjang barisan tidak seragam, tergantung kontur tanah. Stroberi dipetik sejak bulan ke-2 penanaman hingga setahun. Dari 4.000 karung dipanen 40 kg per hari. Seperenam bagian masuk grade A dan B. Sosok besar, berwarna merah menyala, mulus tanpa bekas gesekan atau cap kuku, dan bentuk sempurna. Buah Fragaria vesca itu dihargai Rp 16.500 per kg. Sisanya kelas C, Rp6.000 per kg. Total penjualan Rp93-juta. Setelah dikurangi biaya-biaya Rp29-juta ayah 2 anak itu mengantungi keuntungan Rp64-juta per tahun.

Petani Beralih Berkebun Strawberry

Wajar banyak yang tergiur sukses Awan. Kini ada 100 petani menanam stroberi di Ciwidey; setengahnya tetangga Awan di Dusun Cipanawa. Saat Awan merintis penanaman, hanya 20-an orang yang mengikuti jejaknya. Padahal Ciwidey semula sentra sayuran. Kalau sekarang banyak yang beralih termasuk Awan yang petani kentang dan seledri itu karena menanam stroberi lebih menguntungkan. Sekadar contoh, lahan 1.000 m2 bisa menampung 4.000 bibit yang ditanam di dalam karung. Pada bulan ke-2 sudah bisa dipanen 10 kg per hari. Total keuntungan setahun Rpl5.500.000. Bandingkan bila lahan yang sama ditanami seledri. Sayuran bumbu itu dipanen pada umur 3 bulan sebanyak 1 ton. Dengan harga Rp 1.000 per kg, petani mengantungi pendapatan Rp 1-juta. “Dengan kenaikan pupuk dan pestisida, Rp 1.000 cuma cukup untuk menutup modal saja,” ujar ayah 2 anak itu. Wajar bila penanaman stroberi terus meluas hingga mencapai 40 ha di seluruh Ciwidey. Kondisi itu setali tiga uang dengan yang terjadi di Lembang. Kawasan pegunungan di sebelah utara Bandung itu malah sudah lebih dulu mengembangkan stroberi. Deni Saefullah menanam santhung di Cibogo sejak 5 tahun silam. Setiap tahun mantan pegawai konstruksi itu mengelola 20.000 tanaman dalam bedengan-bedengan bermulsa plastik di lahan 2.500 m2. Di akhir musim stroberi hanya dipertahankan sampai berumur 6 bulan lalu lahan ditanami sayuran laba Rp7.000 per tanaman mengisi kantungnya. Setidaknya ada 50-an orang yang mengusahakan stroberi. Rata-rata kepemilikan lahan 1.500-2.000 m2 per petani.

Harga Jual strawberry Yang stabil

Janji laba menanam stroberi juga diendus investor bermodal besar. Di Desa Pancasari, Sukasada, Singaraja, Bali, PT Mustika Nusantara Abadi (MNA) membuka lahan seluas 30 ha pada 1990. Beragam varietas asal Kalifomia ditanam di 3 lokasi berbeda. Nun di ketinggian Cipanas, Cianjur, Hans Bijlmer membangun greenhouse berangka baja seluas 1 ha pada Juni 2002. Itu untuk penanaman varietas asal Amerika Serikat dan Eropa. Masih di seputaran Cipanas, ada Indoberi yang dikomandani Ir Dedeh Setyowati. Sayang, Dedeh menolak diwawancarai. Penanaman aardbei nama di Belanda pun merambah daerah baru. Sekadar menyebut contoh, di kaki Gunung Lawu, Madiun, ada Adi Juwono menanam tristar, zelva, dan kalifomia. Di Curup, Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu, seorang pensiunan pegawai negeri mengembangkan stroberi yang diintroduksi dari Lembang. Wajar saja banyak orang terjun menanam stroberi. Harga-harga di tingkat petani di Ciwidey stabil selama setahun terakhir. Mereka tinggal menyetor panen ke asosiasi. Di sana menunggu bandar dan pedagang antarkota yang akan membawa stroberi ke pasar swalayan, toko buah, dan pabrik pengolahan. Deni kewalahan memenuhi permintaan pelanggan. Tiga bandar masing-masing meminta pasokan 20 kg per 2 hari atau 180 kg per minggu. Padahal dengan populasi 20.000 tanaman ia hanya sanggup memanen 160 kg per minggu. Makanya ia menolak permintaan hotel di Bali 25 kg per hari dan 1 ton per hari dari sebuah perkantoran di Bandung.

Laba Dan Keuntungan Mencapai 15% per tahun

Kemudahan pasar itu pula yang menggelitik Feba Claudia membangun 10 greenhouse di lahan 8.000 m2 di Lembang 4 tahun silam. Dengan penanaman sistem hidroponik, kualitas buah lebih baik ketimbang penanaman di lahan terbuka. “Di dalam greenhouse saya bisa atur pemupukan. Kalau buah kurang manis ditambah unsur K, supaya tekstur buah keras tambah Ca,” kata sarjana Kimia itu. Tak heran Feba mendapatkan harga lebih baik. Untuk grade C harga Rp20.000 per kg, B (Rp30.000), dan A (Rp40.000). Pemasaran mudah karena ada 4 distributor siap menampung hasil panen. “Pasar stroberi bertambah 15% per tahun,” ujar Hendra Tandiono dari Hokky. Maklum saja, kini masyarakat semakin tertarik khasiat stroberi untuk kesehatan. Hampir setiap pasar swalayan menjajakan buah merah terang itu. Kemchick, di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, menjual stroberi dari kebun Strawberindo Lestari. Buah dalam kemasan 250 g dijual Rp25.000. Sementara Hero di kawasan Pajajaran, Bogor, memajang buah asal Mitraberi distributor Indoberi. Stroberi asal kebun di Cipanas itu juga masuk ke Total Buah Segar di Jakarta Barat. Pasar kian terbentang lantaran buah subtropis itu tak hanya dikonsumsi segar. Ia diolah menjadi selai, kue, manisan, dan minuman. Lili petani dan penampung di Cibogo, Lembang menampung hasil panen dari petani di sekitar kebun, Ciwidey, dan Pangalengan. Itu supaya dapat memenuhi permintaan minimal 500 kg setiap 3 hari ke pabrik selai di Jakarta. Padahal dari lacakan Mitra Usaha Tani ke berbagai pasar swalayan tak kurang dari 12 merek selai stroberi dijajakan. Bila volume permintaan setiap produsen sama dengan pelanggan Lili, setidaknya dibutuhkan 6 ton stroberi segar per hari.

Target Pemasaran Yang Luas

Hasil panen para pekebun pun diserap kafe dan restoran yang kian menjamur. News Cafe di jantung kota Jakarta, membutuhkan 2-4 kg per minggu untuk jus dan hiasan kue atau puding. Volume sama habis diolah menjadi jus di kafe Garden City, Sukabumi. Empat tahun silam, Dede Wiharja di Lembang, hanya memasok 1 kafe di Bandung, 20 kg per hari. Kini puluhan kafe bermunculan di daerah itu yang masing-masing membutuhkan 80 kg per hari. Di tangan para ahli kuliner di hotel-hotel berbintang stroberi jadi sajian istimewa. Hotel Sahid Jaya di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, menyajikan cake, tart, dan tarlet stroberi. Untuk itu 3-5 kg buah segar asal Bali dipasok oleh salah satu distributor. Kebutuhan lebih besar diminta Hotel Grand Hyatt. Mudahnya memasarkan bertolak belakang dengan cerita MNA dulu. Pada awal perintisan Bali Berry Farm nama lain MNA harus mengemis pada pasar swalayan supaya stroberi boleh dijajakan di gerai mereka. Kini produksi MNA sebanyak 1,5 ton per hari dari luasan 10 ha menguasai 80% pasar stroberi di Indonesia. Toh, itu tidak berarti menanam stroberi tanpa batu sandungan. Sejak setahun silam David Gunawan berhenti membenamkan uang di kebun stroberi. Alasannya, “Tanaman saya banyak mati terkena penyakit,” tutur arek Surabaya itu. Lokasi dan iklim pun jadi kendala. Menurut Amadeus Bonaventura Budi Kertapati, general manager MNA, idealnya stroberi ditanam di ketinggian di atas 1.000 m dpi. Dataran tinggi belum menjamin lokasi cocok untuk ditanami stroberi. Perdu itu menyukai udara dingin tapi kering seperti di daerah subtropis. Sementara dataran tinggi di tanah air cenderung basah. Begitu musim hujan tiba, produksi menurun tajam. Itu karena stroberi butuh cahaya cukup agar berbuah. Kalaupun berproduksi, buah kecil-kecil dan tidak manis. Pada saat itu hanya 400 kg per hari dari 100 anggota masuk ke gudang penyortiran Mekar Mukti di Ciwidey. Padahal saat panen raya di musim kemarau mencapai 1 ton per hari.

Pengendalian stok pasar

Masalah iklim sedikit teratasi dengan penggunaan greenhouse. Namun, itu berarti biaya investasi membengkak. Strawberindo Lestari mengimpor artificial light dari Belanda kerap dipakai di kebun mawar sebagai pengganti sinar matahari selama musim hujan. Menurut Feba untuk membangun 1 unit rumah kaca seluas 700 m2 lengkap dengan fasilitas irigasi tetes dibutuhkan Rp25-juta. Itu belum termasuk polibag dan bibit. Bandingkan bila modal itu digunakan untuk penanaman di lahan terbuka. Biaya sewa 1 ha di pelosok paling hanya Rp5-juta. Sisa uang untuk biaya operasional dan sarana lain. Harga relatif tinggi jadi hambatan lain. Di tingkat eceran harga terendah minimal Rp40.000 per kg. Artinya hanya mereka yang berpenghasilan tinggi mampu membeli. Kendala serupa menyebabkan sebuah perusahaan jus buah-buahan di Bali membatasi produksi jus stroberi. “Kami hanya memproduksi untuk pesanan khusus dari hotel-hotel,” kata sang pemilik. Maklum seliter jus dijual Rpl 5.000. Produksi bagus pada saat kemarau kerap jadi bumerang. Awan Rukmana pernah memusnahkan 2 ton stroberi selama 2 hari berturut-turut pada musim kemarau 2002. Itu karena pelanggan tak sanggup menampung hasil panen. Apalagi ketika itu seluruh sentra panen. Meski membidik pasar menengah atas Feba tak urung terkena dampak. Mau tak mau perempuan berkacamata itu mesti berkompromi. Setiap panen raya harga jual merosot hingga selisih Rp2.500 per kg. Sisa panen yang tidak tertampung dijual secara door to door. Diversivikasi pasar agar bisa bertahan hidup juga dilakukan oleh I Nyoman Mara. Pekebun di Desa Pancasari, Sukasada, Banjarsari, Bali, itu memperkecil kemasan menjadi 0,5 ons berisi 6 butir dan dijual Rp 1.500-Rp2.000 agar terjangkau. Bidik ekspor

Peluang bisnis yang menjanjikan

Kerikil tajam itu tak menyurutkan langkah para pekebun. Hans membidik pasar Singapura, Thailand, dan Jepang. Meski menurut pengalaman MNA saat mengekspor ke Singapura, harga jual tak lebih baik daripada pasar domestik. Toh, pasar lokal masih terbuka, terutama konsumen menengah atas. Kaum urban yang mementingkan kualitas ketimbang harga jadi sasaran. Mantan direktur Monfori produsen jati super memperkirakan jumlahnya mencapai 20% populasi. Tak berlebihan ujaran Cun Ming, “Meski stroberi sudah banyak yang menanam, tapi belum bisa memenuhi permintaan.” Pemasok buah ke beberapa pasar swalayan di Jakarta dan luar kota itu hanya bisa menyetor 15-30 kg dari jumlah permintaan 60 kg per hari. Selama ini ia menampung buah dari pekebun di Cipanas, Cianjur. Hal serupa dialami Sahrum. Pengepul di Lembang itu hanya bisa memenuhi setengah dari permintaan industri pengolahan dodol dan stroberi di Cibadak, Sukabumi. Peluang bisnis stroberi tak melulu dari menjual buah. Dari sekadar iseng-iseng memanfaatkan dak rumah, Elias di Prigen, Pasuruan, memasarkan stroberi dalam pot. Penganggrek senior itu memasang label RplO.OOO per pot berbuah lebat. Keindahan tanaman dan buah pun menginspirasi sebagian pekebun menjadikan stroberi sebagai obyek wisata. Di kawasan wisata Parongpong dr Kelly Munazar iseng-iseng menanam stroberi di dalam rumah kaca berkonstruksi baja. “Supaya bisa petik buah sendiri karena saya hobi makan stroberi,” alasan dokter anak di RS Boromeus, Bandung, itu. Meski hanya sekadar memuaskan hobi, itu tak masalah. Toh, dari alasan serupa MNA berkembang menjadi salah satu produsen terbesar.

Manfaat Dan Khasiat Buah strawberry

  • Obat Jerawat Anda punya masalah jerawat? Coba deh perawatan dengan masker stroberi, la banyak mengandung asam salisilat yang biasa ada di produk-produk antijerawat. Haluskan setengah gelas buah berbentuk hati itu, lalu aduk dengan 1 sendok makan yoghurt. Lalu bubuhkan ke seluruh wajah, diamkan selama 10-15 menit. Bilaslah dengan air dingin. Bila rutin dilakukan sekali seminggu, wajah bebas jerawat.
  • Meremajakan Kulit Hm…sehabis letih bekerja, paling enak memang berendam di bathtub. Apalagi kalau air rendaman ditambah stroberi. Kulit jadi bersih, halus, dan lembut. Itu karena aardbei sebutan di Belanda punya fungsi mengelupas kulit.Sebelum dipakai, stroberi dihaluskan, campur dengan susu cair, dan minyak zaitun. Baru masukkan ke dalam air rendaman. Cara itu mampu mencegah sunburn.
  • Memutihkan Gigi Siapa tak ingin punya gigi putih cemerlang? Menggunakan pasta berbahan pemutih kerap jadi pilihan. Padahal ada cara enak membuat gigi berseri. Rajin-rajinlah mengunyah stroberi. Selain gigi jadi cemerlang, Anda pun bebas bau mulut.