Khasiat Dan Manfaat Buah Merah Papua
- 6 min read
Tiga puluh lima kali penyinaran tak juga mampu menjinakkan sel tumor yang tumbuh di jaringan otak Hamid. Malah, jaringan liar itu terus membesar. Hari-hari pun harus dilalui dengan penuh derita. Baru setahun pria asal Enrekang, Sulawesi Selatan, itu mengetahui kehadiran penyakit ganas di jaringan otaknya. Selama itu pula penderitaan hebat dirasakannya. Godam raksasa seperti dihantamkan ke kepalanya sehingga terasa nyeri dan pusing. Lara itu diikuti dengan tak berfungsinya pancaidera. Lidah tak bisa lagi mencecap dan membedakan rasa. Bicara tersendat-sendat lantaran lidah semakin kaku. Daya tangkap pendengaran terus menurun. Penglihatan menyilang menyebabkan pusing setiap mata dibuka. Lengkap sudah derita pria 54 tahun itu ketika gairah seksualnya menurun.
Keluar Masuk rumah sakit
Ketika merasakan sakit kepala hebat pada Mei 2003, Hamid langsung mendatangi dokter umum langganannya. Keluhan yang disampaikan ketika itu hanya seputar Setelah diperiksa intensif, dokter langsung mengirimnya ke Unit Gawat Darurat RS Dian Harapan, Jayapura. Hari demi hari dilewatkan di atas ranjang rumah sakit. Selama 8 hari tergolek lemah, hampir tak ada perubahan. Tak hanya nyeri kepala yang dirasakan. Hampir sekujur tubuh terasa lemas dan kaku. Karena itu ia akhirnya memilih kontrol ke dokter ahli penyakit dalam. Lantaran sumber penyakit tidak juga terdeteksi, sang dokter menyarankan dia menjalani pengobatan akupunktur di Rumah Sakit Angkatan Laut, Jayapura. Di sana selama sebulan jarum-jarum akupunktur menghujam tubuhnya. Namun derita seperti enggan menjauh dari dirinya. Rasa penasaran menyebabkan ia beralih ke dokter ahli telinga, hidung, dan tenggorokan (THT). Dokter ahli THT pula yang mengirimnya ke salah satu rumah sakit di Makassar yang memiliki peralatan lebih lengkap. Di sanalah Hamid akhirnya mendapatkan jawaban. Hasil pemeriksaan intensif menunjukkan tumor di jaringan otak. Ia pun diharuskan menjalani perawatan intensif di rumah sakit itu. Menurut dr Setiawan Dalimartha, pemerhati obat tradisional, adanya gangguan pada pancaindera pasien memang salah satu indikasi terjadinya tekanan (kompresi) pada system syaraf pusat akibat tumor. Infeksi jaringan akibat virus, pendarahan, atau virus bisa menjadi penyebab tumor otak. Jaringan liar itu dari waktu ke waktu akan menexaii sistem syaraf pusat seiring dengan pertumbuhannya. Akibatnya, organ-organ penglihatan, pendengaran, atau perasa pun terganggu. Bahkan, fungsi beberapa organ pancaindera dapat menurun sekaligus bila tekanan terjadi di pusat syaraf. “Dalam kasus Hamid, kemungkinan tumor berkembang di syaraf otak ke-7 dan ke-8,” paparnya. [caption id=“attachment_20690” align=“aligncenter” width=“1133”] Kulit, daging, dan sari buah benar-benar merah[/caption]
Buah merah
Dua bulan lamanya ia harus hidup di balik dinding putih rumah sakit itu. Selain mendapatkan perawatan intensif, ia harus menjalani 35 kali penyinaran rutin untuk menjinakkan tumor. Sayangnya, sakit yang mendera tak juga berakhir. Padahal, pascaopname ia pun telah melakoni rawat jalan selama 5 bulan. Secercah harapan muncul ketika ia bertemu Salong, pegawai RS Dian Harapan, Jayapura yang dikenalnya saat diopname di sana hampir setahun lalu. Pria yang sehari-harinya bekeija di bagian pengamanan rumah sakit itu menyarankan Hamid untuk mencoba sari buah merah papua. “Banyak penderita kanker sembuh setelah minum obat itu,” katanya meyakinkan. Informasi penting itulah yang membawa Hamid ke depan pintu rumah Drs I Made Budi MSi, penyedia sari buah merah. Pengajar di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Cenderawasih, Jayapura, itu memang sedang gencar-gencarnya mempromosikan khasiat buah merah. Melihat kondisi Hamid yang sangat memprihatinkan, hati nurani Made terketuk. Dua botol sari buah merah produksinya langsung diberikan cuma-cuma. “Waktu pertama kali datang ke saya kondisinya sudah parah, hampir tak ada harapan lagi,” papar Made ketika ditemui Mitra Usaha Tani di rumahnya di Abepura, Jayapura. Tubuh kurus dan pucat pasi dengan wajah lesu seperti menahan sakit luar biasa.
Sembuh Karena Buah Merah
Karena besarnya keinginan sembuh, masih di rumah Made pun sesendok sari buah merah langsung ditenggaknya. “Sehabis minum obat itu, seperti ada yang bunyi-bunyi di telinga. Saya pikir itu karena reaksi obat,” kata Hamid. Sesuai anjuran Made, 2 kali sehari obat itu diminum, masing-masing 1 sendok makan. Perubahan berarti mulai dirasakan setelah 2 botol obat berisi sekitar 150 ml sari buah merah itu habis diminum dalam 2 minggu. Itu ditandai mulai hilangnya rasa sakit di kepala. Ia pun mulai bisa tidur nyenyak tanpa gangguan rasa nyeri di otak-kondisi yang hampir tak pernah lagi dirasakan sejak sakit mendera. Apalagi fungsi seksualnya mulai bangkit kembali. Membaiknya fungsi seksual pasien menurut Made menjadi indikasi perkembangan membaik pada kesehatan pasien. Karena itu ia menyarankan Hamid melanjutkan konsumsi obat merah. Sampai saat ini 8 botol dihabiskan dalam 2 bulan. Konsumsi obat tetap dilanjutkan karena rasa sakit di kepala hampir tak pernah lagi dirasakan. Tubuh yang dulu kurus, lesu, dan pucat, kini makin berisi. Bicara tak lagi kaku dan daya tangkap pendengaran kembali normal. Kini, ia tak lagi merasa pusing meski mata harus melek berjam-jam. Meski tidak melakukan CT-scan, dokter langganannya yakin, kesembuhan Hamid telah mencapai 90%. Padahal, selain obat merah, kini tak sebutir obat medis pun disentuhnya
Buah Merah papua Kaya Akan Senyawa Antioksidan
Masyarakat pedalaman Papua sudah lama akrab dengan buah merah V .L s Pandanus coinedeus. Tanaman endemik Papua itu menjadi sumber pangan yang penting bagi masyarakat la mempunyai potensi kandungan gizi yang tinggi. “Buah merah mengandung banyak asam lemak tak jenuh,” papar Drs I Made Budi MSi, peneliti buah merah. Hasil analisisnya membuktikan, buah pandan itu memiliki 45% asam oleat dan asam linoleat. Keduanya merupakan asam lemak esensial bagi tubuh. Asam lemak yang gampang diserap organ pencernaan itu memperbaiki dan memperlancar metabolisme, la juga memberikan asupan protein tinggi sehingga meningkatkan daya tahan tubuh. Wajar jika masyarakat pedalaman Papua terkenal kuat, berumur panjang, dan memiliki stamina tinggi. buah merah papua berkulit totol mirip nangka itu juga mengandung senyawa antioksidan dalam dosis tinggi. Kandungan betakaroten mencapai 12.000 ppm. Senyawa antioksidan alami lain, di antaranya tokoferol yang mencapai 600 mikrogram per gram. “Kualitasnya setara minyak zaitun,” tutur pengajar di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Cenderawasih, itu. Menurut dr Setiawan Dalimartha, praktisi pengobatan tradisional, buah berwarna cenderung memiliki betakaroten berkadar tinggi. “Ada buah yang dosisnya mencapai mega betakaroten,” paparnya.
Kandungan Zat Antioksidan dan efek antikanker pada buah merah papua
Tingginya kadar antioksidan itu memungkinkan buah merah papua itu memiliki efek antikanker yang kuat. Di dalam tubuh antioksidan mampu menangkal dan memutus rantai radikal bebas-senyawa karsinogen penyebab kanker dan tumor. Asam lemak yang dikandung buah merah juga merupakan antibiotik dan antivirus alami yang kuat. Mereka ampuh membunuh bakteri, cendawan, dan virus penyebab infeksi. Karena kemampuan itulah, ia efektif menghambat dan membunuh sel-sel tumor yang aktif. Menurut Ir La Achmadi MMT, kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jayapura, buah merah bukan lagi tanaman liar yang tumbuh alami di hutan. “Tanaman keluarga pandan itu sudah dibudidayakan oleh orang Papua secara turun temurun di dusun-dusun (tanah adat, red),” paparnya. Selain dikonsumsi sebagai pangan alternatif, buah berbentuk galah (pemukul bola softball, red) itu juga dipakai untuk kepentingan ritual adat. Made baru 2 tahun ini mempromosikan buah merah papua sebagai obat. Meski hasil analisis yang menyatakan ia kaya senyawa berkhasiat sudah diketahui sejak 2000, saat menyelesaikan penelitian S2 di Jurusan Gizi Institut Pertanian Bogor. Hingga 2002 masih dicoba pada ayam dan puyuh. Promosi sebagai obat baru dilakukan setelah melihat ada reaksi positif pada kondisi tubuh unggas itu