Rahasia Pembuahan Jeruk Keprok dalam Pot
- 6 min read
Kebun percobaan Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Subtropika di Batu, Jawa Timur menampilkan sebuah pohon jeruk keprok batu 55 yang tak seberapa tinggi. Tanaman dengan tanda sehat ditandai dengan batang dan cabang yang kokoh serta daun yang hijau segar. Vigor mereka menjadi tanda kehidupan yang penuh gairah dan membuat suasana menjadi lebih segar. Bagi pencinta tanaman, keberadaan tanaman sehat merupakan kebanggaan tersendiri. Vigor mereka menjadi salah satu ciri khas yang menarik untuk dilihat.
Puluhan buah jeruk Citrus reticulata seukuran bola kasti menggelayut di ujung ranting. Petani di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bumiaji, Kotamadya Batu, Provinsi Jawa Timur, menyimpan tanaman jeruk dalam pot berdiameter 50 cm di kebun samping rumah. Perawatan intensif serta pemberian pupuk dan pengendalian hama dan penyakit secara rutin menjadi kunci agar jeruk berbuah lebat. Pemangkasan, pengeringan media, dan pemberian zat perangsang juga dapat membantu meningkatkan produksi buah.
Jeruk keprok atau jeruk mandarin adalah buah yang banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Ukurannya relatif lebih kecil dibandingkan jeruk lainnya dan memiliki rasa yang manis. Jeruk ini merupakan leluhur dari berbagai spesies dan varietas jeruk di dunia, di antaranya satsuma, clementine, clemenule, dan tangerine.
Jeruk keprok umumnya ditanam di sentra produksi di Batu, Jember, Banyuwangi, Garut, Timor Tengah Selatan, dan Bali. Penyerbukannya bisa dilakukan dengan menggunakan lebah, penyerbukan sendiri, atau partenokarpi. Selain itu, jeruk keprok juga merupakan bahan dasar untuk berbagai produk olahan, seperti jus, jelly, dan selai.
Sukadi memang pantas mendapat pujian, karena tanaman pohon jeruk keprok batu 55 miliknya tumbuh dengan vigor. Tak seberapa tinggi, hanya sepundak saja. Ditambah lagi dengan batang dan percabangan yang kokoh, serta daun hijau yang segar. Puluhan buah jeruk Citrus reticulata yang berukuran bola kasti juga menggelayut di ujung ranting.
Kombinasi warna hijau dan jingga di pohon ini membuatnya terlihat begitu menarik. Sungguh menarik melihat hasil perawatan Sukadi ini. Tak heran, jika pohon jeruk ini juga menjadi bintang di kebun percobaan Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Subtropika, Batu.
Petani di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bumiaji, Kotamadya Batu, Provinsi Jawa Timur, mempunyai kebun samping rumahnya yang ditanami tanaman jeruk dalam pot berdiameter 50 cm. Total ada 10 tabulampot jeruk yang berjajar di sana. Ketika ada kerabat yang bertandang, mereka terpukau dengan sosok jeruk lebat yang ada dalam pot tersebut dan tertarik untuk memiliki tabulampot itu. Oleh karena itu, petani tersebut menawarkan program pembelian tabulampot jeruknya agar kerabatnya pun bisa menikmati jeruk lebat yang ditanamnya.
[caption id=“attachment_15995” align=“aligncenter” width=“437”] Tabulampot jeruk batu 55 sarat buah[/caption]
Rawat intensif
Sukadi sungguh terkejut ketika menyadari bahwa jeruk keprok batu 55 yang sudah berusia 3 tahun telah penuh dengan buah. “Sebiasanya, tanaman ini baru akan berbuah ketika berusia 4 tahun,” katanya. Aroma daging buah yang segar dan jus menambah rasa menyegarkan. Warna buahnya yang jingga cerah pun membuat pemandangan semakin indah. Menurut Sukadi, proses membuat tanaman ini berbuah relatif mudah. Ia juga menyarankan untuk memenuhi tanaman dengan bahan organik dan terus memastikan tingkat kelembaban tetap optimal untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
“Kunci suksesnya adalah dengan memberikan perawatan yang intensif,” ujar La saat membeli bibit hasil okulasi yang tingginya 75 cm. Bibit yang segar, daunnya mulus, dan berwarna hijau ini kemudian ditanam dalam wadah pot semen bermedia campuran sekam dan tanah dengan perbandingan 75%:25%. La memberikan perhatian khusus agar tanaman dari keluarga Rutaceae ini dapat tumbuh dengan subur.
Sukadi berupaya mencukupi kebutuhan hara tanaman yang dia petik. Ia melakukan fermentasi pupuk kandang sebanyak 60 kg dan 2 kg ZA dalam drum selama 4-7 hari. Setiap 4-6 bulan, Sukadi memberikan 5 kg pupuk hasil fermentasi ke setiap tanaman. Selain itu, Sukadi juga berhati-hati memeriksa kondisi tanaman agar terhindar dari serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang diwaspadai oleh Sukadi adalah kutu loncat dan cendawan. Sebagai usaha untuk meningkatkan hasil tanamannya, ia juga menggunakan pupuk organik dan pupuk NPK untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Di musim kemarau, Kutu Loncat Diaphorina citri banyak ditemukan pada kuncup, tunas, daun-daun muda, dan tangkai daun keriting, sehingga menyebabkan pertumbuhan terhambat. Efeknya, bagian tanaman yang terserang akan mulai kering dan mati. Untuk mencegahnya, Sukadi menyemprotkan larutan insektisida berbahan aktif imidakloprit sesuai dosis anjuran setiap dua pekan.
Sementara itu, di musim hujan, Sukadi akan menyemprotkan larutan fungisida berbahan aktif klorotalonil untuk menangkal serangan cendawan Phytophthora sp. Selain itu, ia juga akan membuang cabang-cabang kecil dan tunas air agar sinar matahari leluasa menembus tajuk tanaman. Dengan begitu, proses fotosintesis akan berjalan dengan lancar.
Selain itu, Sobir PhD dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), Institut Pertanian Bogor menyarankan untuk melakukan pemangkasan tanaman. Dengan begitu, perakaran akan seimbang dengan tajuk tanaman dan akan memacu pembungaan.
[caption id=“attachment_15996” align=“aligncenter” width=“537”] “Perlakuan stres air dan pemangkasan dapat merangsang pembungaan pada tabulampot jeruk,” kata Sukadi[/caption]
Tabulampot buah Jeruk keprok Dengan Teknik Stres air
Untuk merangsang pembungaan pohon jeruk, Sukadi memberi perlakuan stres air pada tanaman. “Saya mengeringkan media tanam selama sepekan,” ujarnya. Selama itu ia menghentikan penyiraman hingga media kering.
Menurut Ir Emy Budiarti, periset di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Badan Litbang Pertanian, “Tabulampot buah tahunan seperti jeruk tidak membutuhkan banyak air, kecuali selama masa pertumbuhan tunas dan pembentukan buah.”
Emy menyarankan bahwa lama pengeringan berkisar 2 pekan atau tergantung kondisi tanaman. Untuk menghindari daun layu, Emy menyarankan pemberian irigasi yang cukup bersama pupuk berkandungan fosfor dan kalium yang lebih tinggi daripada nitrogen. Pemupukan dapat dilakukan baik langsung pada akar maupun daun. Hal ini tentu akan berdampak positif, yang dapat dilihat dari buah tabulampot yang berlimpah. Untuk hasil yang lebih tinggi, Emy merekomendasikan pupuk fermentasi campuran sebagai pemupukan.
Dua pekan yang lalu, keprok batu 55 yang ditanam dalam pot berbunga. Ketika buah mulai berukuran seperti kelereng, Sukadi melakukan seleksi agar buah-buah yang tumbuh sempurna, oleh karena itu hanya dipertahankan 1-2 buah di setiap tangkai.
Menurut Ir Emy Budiarti penjarangan adalah hal yang wajib dilakukan. Sebab, buah yang terlalu banyak justru kurang baik karena membuat warna buah kurang cerah dan memiliki ukuran yang kecil. Jika dipilih hanya 1 buah per tangkai, maka buah akan tumbuh dengan sempurna. Ukuran pot juga harus disesuaikan ukuran tanaman agar terlihat menarik. Emy menyarankan fokus pada pemilihan bibit berkualitas yang memiliki kesempatan untuk berkembang dengan baik.
Pemilihan Bibit Buah Jeruk
Seperti yang disarankan, pilihlah bibit pohon jeruk yang di cangkok dari pohon induk dengan benar-benar mengetahui identitasnya. Selama masa pertumbuhan vegetatif, berikan pupuk yang kaya akan nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Usahakan agar bahan yang diperlukan tanaman terpenuhi secara optimal, selain pupuk berunsur nitrogen, kombinasikan juga pupuk fosfor dan kalium agar tanaman jeruk bisa tumbuh dengan subur.
Setelah mencapai masa generatif, penting untuk memberikan NPK seimbang demi meningkatkan kualitas buah. Emmy juga menyarankan memilih jeruk keprok batu 55 sebagai tanaman buah yang tepat untuk ditanam dalam pot. Perlakuan seperti pengeringan media, pemangkasan cabang, dan penambahan zat perangsang dapat membantu mengatur panen buah. Selain itu, memperhatikan kebutuhan air dan nutrisi yang tepat juga dapat membantu meningkatkan produktivitas buah.
Penutup
Mitra Usaha Tani mengingatkan para pehobi untuk berhati-hati saat memperhatikan kondisi media tanam. Apabila media tampak padat dan akar terlihat di permukaan, segeralah gantikan dengan media yang baru. Selain itu, ketika pot kekecilan, pehobi juga harus mengganti dengan pot yang lebih besar. Pergantian pot ini rutin dilakukan setiap 2 tahun agar tanaman tetap sehat dan produktif. Dengan menghabiskan banderol sekitar Rp 750.000-Rp 1000.000 per pot, pehobi akan mendapatkan hasil tanaman yang lebat.