Memburu Kenikmatan di Sebatang Cerutu
- 7 min read
Budi Yuhanto mestinya dapat langsung ke apartemen untuk beristirahat setelah bekerja keras sepanjang hari. Namun, ia lebih memilih ke hotel berbintang di Jakarta Pusat. Untuk mencapai apartemen, mobilnya mesti melewati jalur 3 in 1. Padahal ia hanya berdua dengan sopir. Di sanalah ia menyigar hingga malam merayap perlahan. Ketika kemacetan yang mengular di jalanan ibu kota mulai terurai barulah ia meninggalkan hotel. Lantaran frekuensi menyigar di hotel itu amat tinggi, Budi menyimpan kotak-kotak sigar di sebuah ruang khusus di hotel itu. Suhu ruang dipertahankan 18-20°C dan kelembapan 70-75% selama 24 jam penuh. Harap maklum, untuk menjaga kualitas sigar tak dapat disimpan sembarangan. Saat hasrat menyigar menghampiri, ia tinggal melangkah ke laci penyimpanan untuk mengambil beberapa batang.
Pil tidur
Selain di hotel itu Budi Yuhanto juga menyimpan sigar di 2 lokasi berbeda. Masing-masing di Hotel Shangri-La dan gedung Bursa Efek Jakarta. Puluhan merek cerutu koleksinya seperti Cohiba, Hoyo de Monterrey, Partagas, dan Romeo Yulietta tersimpan dalam kotak. Meski demikian ia tak melulu menyigar di sana. Setiap akhir pekan, jangan harap menjumpai pebisnis rekanan Pertamina itu di cigar lounge hotel berbintang. Sebab, ia lebih sering mengayun driver alias tongkat golf. “Nikmat sekali kalau bisa golf sambil menyigar. Cuaca juga mempengaruhi kenikmatan itu. Kalau panas terik, juga tak nyaman,” katanya. Beberapa jam menyusuri fairways lintasan di lapangan golf ia menghabiskan 3-4 cerutu. Budi mengawali aktivitas setiap hari dengan mengisap cerutu ditemani secangkir kopi. Cerutu benar-benar bagian dari kehidupannya. Pantas bila ia juga menyimpan cerutu di Perth, Australia. Bukan apa-apa, minimal 2 bulan sekali ia mengunjungi benua Kanguru sambil menengok putri semata wayangnya yang tengah belajar di sana. Di negeri seberang tentu saja ia tak membiarkan waktu melaju begitu saja tanpa isapan cerutu. Cuma untuk mencapai ke sana butuh “perjuangan” berat. Soalnya sepanjang perjalanan ia tak dapat melampiaskan kesenangannya menyigar. Untuk itu pria kelahiran Cepu 9 Agustus 1950 itu selalu menelan pil tidur begitu duduk di kursi pesawat.
Sebatang Rp 6-juta
Saking gandrungnya menyigar, Budi senantiasa menyempatkan memburu cerutu bila bepergian ke mancanegara. Malahan beberapa koleksinya dibeli di balai lelang Christie di London, Inggris. Cerutu yang dilelang biasanya yang diproduksi terbatas atau produksi lawas tahun 1970-an. Contoh sebatang Punch yang dibandrol US$300 atau setara Rp 2,4-juta. Satu kemasan terdiri atas 4 batang. Ada pula Dom Perignon dan Estupendos yang jauh lebih mahal. Budi membeli sekotak Estupendos yang terdiri atas 10 batang harganya “cuma” US$5.200 alias Rp 4.160.000 per batang. Dom Perignon? Harga sekotak cerutu-terdiri atas 10 batang-yang diproduksi pada 1977 itu US$7.800, saat ini setara Rp 62.400.000 pada kurs Rp 8.000. Artinya harga sebatang cerutu sepanjang kira-kira 15 cm itu Rp 6,2-juta. Cerutu-cerutu wah itu memang belum diisap, tetapi disimpan di tempat amat khusus. Cigar aficionado sebutan bagi penikmat cerutu lain adalah Benny Amir Junus. Sehari-hari pria 39 tahun itu sibuk mengelola perusahaan jasa yang mendatangkan artis-artis mancanegara seperti dari Filipina, Jamaika, Trinidad, dan Kanada. Perkenalan sulung 3 bersaudara itu dengan cerutu sebetulnya sudah lama, sejak duduk di bangku perguruan tinggi. Dua tahun silam ketika menghadiri undangan rekan bisnisnya di cigar lounge, sarjana Hukum Internasional itu kembali mencicipi sigar. Namun, bukan sigar biasa seperti yang pernah ia rasakan, tetapi cerutu kuba. “Rasanya kok beda?” katanya. Benny kemudian memuaskan rasa ingin tahu sigar kuba dengan berselancar di dunia maya. Sejak itu ia mengasap mulut dengan sigar lantaran tertarik pada aroma dan rasa. Benny menikmati sigar dipadu dengan kopi. “Sebetulnya lebih pas dengan air putih. Tapi saya lebih dulu menyukai kopi,” katanya. Seringkali dengan menyigar ia menemukan gagasan atau inspirasi. Beberapa bulan silam, misalnya, ia mesti mendatangkan kelompok musik Pop Machine asal Kanada. Namun, saat waktu tersisa 3 hari, dokumen kelompok musik itu belum juga di tangannya. Padahal 2 hari kemudian band itu dijadwalkan manggung di Hotel Shangri-La Jakarta. Meski berkali-kali menghubungi band yang terdiri atas 7 orang itu, hasilnya nihil. “Orang-orang band mobilitasnya amat tinggi,” ujarnya. Di saat-saat menghadapi jalan buntu seperti itu, ia mengisap sigar. Benny mengatakan, pikirannya jadi tenang. Ketika itulah ia teringat 3 tahun silam ia pernah mendatangkan band yang sama. Akhirnya dokumen lama pun dibongkar. “Saya kerap menemukan ide atau jalan keluar seperti itu ketika menyigar,” kata pria kelahiran 21 Juli 1966 itu. [caption id=“attachment_1673” align=“aligncenter” width=“511”] cerutu[/caption]
Legenda kuba
Orang-orang seperti Budi Yuhanto dan Benny Amir Junus dengan mudah mencari sigar kuba di Jakarta. Harap mafhum gerai-gerai penyedia sigar kini bertebaran di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bali, dan Medan. Mereka tak melulu menyediakan sigar kuba yang legendaris, tetapi juga cerutu ekuador, nikaragua, dan dominika. Sigar kuba melegenda lantaran rasanya berkualitas. Menurut Gunarwan Tenardi, general manager PT Cigarindo Puros, soal rasa dipengaruhi oleh kemampuan para roller master alias pelinting cerutu. Di negerinya Fidel Castro cerutu menjadi napas kehidupan. Filosofi masyarakat Kuba yang terletak 140 km di selatan Florida, Amerika Serikat, itu adalah life and cigar. “Boleh dikatakan aktivitas mereka 75% berkaitan dengan sigar,” kata Gunarwan. Kuba beruntung dikarunia 3 S: Sun, Soil, dan Skill sehingga tembakau tumbuh baik dan diolah menjadi cerutu bermutu. Daun-daun Nicotiana tabacum itu difermentasi hingga 1,5 tahun sebelum dilinting menjadi sigar. Itulah salah satu pemicu turunnya kadar nikotin. “Semakin lama daun difermentasi, sigar semakin bagus,” kata Gunarwan. Kemudian 3-5 helai daun tembakau fermentasi itu digulung. Lapisan terluar disebut wrapper alias deklad. Sedangkan lapisan paling dalam terdiri atas 1 atau 3 helai daun dinamakanfiller. Lapisan kedua terdiri atas sehelai daun berfungsi untuk mengikat lapisan pertama disebut binder atau omblad. Produsen tak memberi campuran bahan apa pun dalam campuran itu sehingga menghasilkan cerutu premium. Jenis cerutu stogi lazimnya diberi tambahan rasa tertentu seperti vanili. Dari bentuknya, cerutu dibedakan 3 macam. Cigarillo atau petit adalah cerutu yang pendek atau kecil, sekitar 10 cm yang habis diisap selama 15 menit. Yang panjang dan ramping disebut panatella. Sedangkan cerutu yang panjang dan gemuk populer sebagai corona. Melegendanya cerutu kuba tak hanya lantaran tokoh publik seperti Che Guevara, Fidel Castro, hingga John Fitzgerald Kennedy gemar mengisapnya. Namun, juga berkaitan dengan sejarah penemuan cerutu itu sendiri. Di negeri berjuluk Mutiara dari Antiles itulah cerutu pertama kali ditemukan Christopher Columbus pada 1492. Columbus sejatinya mencari emas, tetapi di negara jajahan Spanyol itu ia akhirnya menemukan emas cokelat. Itulah cerutu.
Lebih sehat?
Seiring dengan penambahan penyigar, volume penjulan terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Gunarwan pertumbuhan permintaan sekitar 15% per tahun. Saat ini rata-rata Cigarindo Puros yang dikelola oleh Gunarwan melepas 60.000 batang per tahun. Perusahaan itu menyediakan sigar dari harga Rp 40.000 hingga Rp 600.000 per batang. Sedangkan PT Taru Martani (artinya daun yang menghidupi, red) menjual cerutu Rp 1.000-Rp 70.000 per batang. Kapasitas produksi perusahaan milik pemerintah daerah Yogyakarta itu 10-juta batang setahun. Menurut kepala Divisi Pemasaran Doddy Biwado, 70% produksinya diekspor; selebihnya, pasar domestik. Merek yang beredar antara lain Adipati, Ramayana, Senator Mundi, dan Panter. Mengapa para penyigar rela merogoh kocek dalam-dalam demi sebatang cerutu? Menurut Gunarwan semakin lama manusia dituntut untuk tidak merokok sembarangan. “Mal dan kantor ditempeli larangan merokok,” katanya. Dampaknya orang tertarik untuk menyigar yang biasanya lokasinya amat terbatas di tempat-tempat tertentu. Alasan lain, para penyigar sepakat, mengisap cerutu lebih sehat ketimbang merokok, meski belum ada bukti ilmiah. Itu terkait dengan proses pembuatan sigar yang melalui fermentasi sehingga kadar nikotin turun. Di samping itu sigar hanya terbuat dari daun tembakau mumi, bukan kertas yang notabene diproses dengan bahan kimiawi. Lalu penyigar hanya mengisap cerutu di mulut, tak sampai menghirup ke hidung. “Menikmati cerutu bagi sebagian orang memperlihatkan status,” kata Doddy Biwado. Dengan harga relatif tinggi- khususnya cerutu kuba-wajar jika hanya orang-orang tertentu yang mampu menyigar. Gulungan tembakau itu juga dapat dijadikan koleksi dan cenderamata lantaran tahan simpan hingga puluhan tahun. Malahan cerutu dapat dilelang sehingga harganya dapat berlipat-lipat. Singkat kata cerutu juga dapat dimanfaatkan sebagai barang investasi.
Perekat
Dengan cerutu Buyung Suseno Gunarso mengekspresikan kegembiraannya. Lihatlah ketika pria 33 tahun itu menyambut kelahiran putra keduanya pada Januari 2 tahun silam. Di La Casa Del Habano (artinya Rumah Havana,-ibu kota Kuba, red) ia membuka kotak cerutu. Kemudian ayah 2 anak itu mempersilakan 6 rekannya untuk mencicipi Partagas Solomon yang harganya Rp 600.000 per batang. Pengusaha muda itu mengenal cerutu sejak 10 tahun silam karena didorong rasa ingin tahu. Bagi pemula, boleh jadi cerutu kurang nikmat. “Awalnya batuk-batuk. Tapi lama-kelamaan nikmat juga,” ujar Hendardi, ketua majelis Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Azazi Manusia Indonesia kepada Mitra Usaha Tani. Mereka, para penyigar, kerap meluangkan waktu untuk berkumpul bersama di sebuah cigar lounge. Itulah yang Mitra Usaha Tani saksikan di sebuah senja pada medio Desember tahun silam. Seorang tampak mengambil sekotak Ninfas dari laci penyimpanan. Ia mempersilakan 3 rekannya yang duduk di atas kursi empuk masing-masing seharga Rp 7,5-juta untuk mencicipi cerutu itu. Setelah ujung drawpoker alat untuk melubangi batang cerutu agar lebih lembut ditusukkan, barulah toreh dinyalakan. Obrolan tentang bangkrutnya Bank Global, situasi poitik terkini, dan seks pun mengalir ringan. Hingga senja menjelang. Sigar telah merekatkan hubungan mereka. Pantas jika banyak orang lebih memilih sigar ketimbang yang lain. Mantan menteri keuangan Ali Wardhana seperti dituturkan Gunarwan berujar, “Saya kalau disuruh beli mobil bagus, nanti dulu. Kalau sigar bagus, oke.” (Sardi Duryatmo)