Memilih Media Tanam Yang Tepat Untuk Tanaman Hias

  • 3 min read

Media tanam kerap dianaktirikan. Hobiis [tanaman hias](http://localhost/mitra/Tanaman Hias) lebih sering memanfaatkan beragam suplemen dan pupuk supaya penampilan tanaman prima. Padahal pupuk dan suplemen itu tidak bakal bekerja secara optimal jika media yang digunakan tidak sesuai. Pasalnya media menjadi dapur untuk akar sebelum disalurkan ke batang, daun, dan bunga. Euphorbia memiliki perakaran dalam sehingga membutuhkan media porous dan kering. Dengan media itu akar tidak terlalu lama mengikat air. Selain itu akar bisa lebih efisien memanfaatkan air. Itu sebabnya tanah merah dan atau tanah liat tidak digunakan sebagai media tanam karena daya ikat airnya tinggi.

Porous organik

Setiap nurseri memiliki campuran media masing-masing disesuaikan dengan kondisi tanaman dan lingkungan. Berbagai media dapat digunakan sebagai media tanam, asal formulanya tepat. Chandra Gunawan misalnya butuh waktu setahun untuk mendapat formula tepat media tanam anggrek dan euphorbia. Campuran serbuk kelapa (cocopeat), pasir karang, dan sekam bakar dengan perbandingan 2:2:1 dianggap paling bagus. Lantaran media itu porous dan efisien mengikat air dan nutrisi. Masing-masing media memiliki tugas. Serbuk kelapa cepat menyerap dan mengikat air. Gunakan serbuk kelapa segar karena yang lama banyak menyerap air. Pasir karang membuat penetrasi akar lebih mudah dan bebas bergerak. Sementara sekam bakar membuat media tidak terlalu padat sehingga tanaman tidak cepat busuk. Sekam segar juga bisa digunakan, tetapi kurang steril. Begitu juga dengan Pupuk guano dan pupuk kandang. Chandra sebisa mungkin menghindari penggunaan pupuk kandang. Alasannya, “Selain tidak steril komposisinya juga tidak jelas,“ ujar pemilik Godongijo Nursery itu. Pupuk kandang sebaiknya digunakan untuk tanaman di tempat terbuka karena tidak gampang menguap. Itu yang diterapkan penangkar euphorbia di Thailand. Mereka mencampurkan pupuk kandang dengan cacahan sabut kelapa dan pasir dengan perbandingan 3:4:3. Media itu hampir sama dengan adenium, tetapi pasirnya lebih banyak. Pupuk kandang cocok digunakan di negeri Siam karena suhunya relatif tinggi sehingga pupuk dan air gampang menguap. Nun di Semarang Franciscus Kusdianto, kolektor tanaman hias menggunakan media yang hampir sama. Ia menggunakan campuran arang sekam, pasir malang, pupuk kandang, dan kapur dengan perbandingan 1:1:1:1. Hasilnya meski terkena siraman hujan dan terik matahari si delapan bunga tetap tampil prima. Hal serupa juga dilakukan Hanarto di Purwokerto. Bedanya ia mengganti arang sekam dengan cincangan pakis. Cincangan pakis itu membuat media lebih porous.

Sterilisasi media tanam

Seluruh Media tanam sebelum digunakan sebaiknya disterilkan terlebih dulu agar terbebas dari bibit penyakit. Caranya serbuk kelapa dikukus selama 1-2 jam. Jika ingin menggunakan pupuk kandang sebaiknya sudah matang dan steril dilihat dari warnanya yang hitam pekat. Hal itu untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman. Pupuk kandang bisa digantikan dengan pupuk slow release seperti Dekastar, Magamp, dan Osmocote. Itu yang dilakukan Soeroso, kolektor euphorbia di Pondok Indah, Jakarta Selatan. Sejak sebulan lalu ia mengganti pupuk kandang dengan Dekastar pada campuran medianya. Alasannya lebih praktik dan steril. Terbukti Poysian julukan euphorbia di Thailand koleksinya tak pernah sepi bunga.