Mereka Yang Dimabuk Keindahan Ikan Ranchu
- 5 min read
Kalau saja ranchu bisa disulap, “dibuat” setiap hari, mungkin ia tak kesulitan mendapatkan ranchu terbaiknya. Maklum, ia pesulap illusionist terkenal di Indonesia saat ini. Sayangnya, “Mendapatkan ranchu berkualitas tak semudah bermain illusi,” papar Yusuf Tirta, sang maestro sulap tersebut. Dia bahkan harus menyambangi satu pameran ke pameran lain di dalam dan luar negeri.
Sering ia bersedih hati karena keinginan memperoleh ikan terbaik tak tercapai.Aquarama Singapura 1999 dan kontes-kontes semacam itu di Singapura saksi bisu kegilaannya. Bayangkan, meski bukan sebagai peserta kontes ia rela menghabiskan waktu berhari-hari di arena pameran.
Sejak pagi hari ia sudah nongkrong di depan akuarium untuk menyaksikan keindahan liukan sang koki. Dengan sorot mata tajam pria berkulit putih dengan rambut lurus sebahu mengamati seksama isi akuarium. Tak puas di satu akuarium, ia berpindah ke akuarium lain hanya untuk mencari ikan terbaik.
Ranchu kaliko kebanggaan Yusuf.
Upayanya berburu ikan tak hanya sampai di situ. Dia pun pernah meluangkan waktu berkunjung dari farm ke farm di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Patrick Tan Kee Beng, ketua Asosiasi Maskoki Malaysia dan Alvin Lim, presiden Ozeki Ranchu Club Singapura juga dimintai bantuan memperoleh ikan berkelas. Bahkan berpetualang di alam maya (internet, Red) bersama kolega pun menjadi salah satu kegiatan memperoleh ranchu impian.
Namun, usaha mendapatkan koleksi terbaik tak selalu berjalan mulus. Contohnya ketika pengusaha spareparts mesin-mesin industri itu kepincut ingin memiliki seekor ikan milik seorang kerabat. Sang pemilik tidak bersedia melepasnya meski Yusuf bersedia membayar berapa pun harga yang diminta. “Saya sampai kesal banget saat itu karena tak berhasil memilikinya,” lanjut pria yang senang menyetir sendiri mobil Mercy type S500-nya itu.
Yusuf menyadari ikan yang benar-benar bagus, jarang dilepas pemiliknya. “Biasanya mereka menyimpannya untuk koleksi pribadi,” paparnya. Contohnya japanese ranchu berukuran 4 inci yang dibelinya dari kerabat di Singapura pada 2001. Meski merogoh Sin$ 1.600 (setara Rp8,5-juta, Red) kualitas ikan yang diperoleh tak terlalu istimewa.
Mengatasi hal tersebut ia juga pernah mencoba menernakkan sendiri. Dibantu seorang kawan, peternak di Bogor, japanese ranchu yang dibelinya berhasil dipijahkan. Hasil anakannya lumayan meski kualitas di bawah standar, tidak seperti yang diharapkannya.
Mengalami Kebuntuan
Baru 5 tahun ini Yusuf tergila-gila dengan ikan koki, termasuk ranchu. Itu pun berawal dari putusan yang harus diambilnya saat menentukan jenis ikan untuk mengisi kolam di rumah barunya pada awal 1998. Pilihan jatuh pada maskoki lantaran ia terkesan lembut, tetapi gagah dan lucu. Bentuk tubuh juga antik dengan warna sangat menarik dan sangat beragam. Keistimewaan lain, “Ia satu-satunya ikan hias yang dapat dinikmati keindahannya dari berbagai arah pandangan, atas maupun samping,” tegas akuntan lulusan Akademi Trisakti itu.
Meski tergolong baru dalam dunia ranchu, pesulap spesialis illusi besar itu langsung serius menggeluti hobinya. Selain berburu koleksi hingga ke mancanegara, ia tak segan belajar dari pengalaman para senior seperti A Kim, A Fat, Kris Widjojo, dan Haryantono. Ia juga menjalin hubungan baik dengan para hobiis di luar negeri. Maklum, “Waktu itu belum banyak literatur di sini yang mengulas tentang japanese ranchu,” papar illusionist yang pertunjukannya disukai semua lapisan masyarakat di Indonesia.
Yusuf menempatkan koleksinya di titik-titik strategis di dalam rumah agar selalu bisa dinikmati keindahannya. Sebuah akuarium berukuran 200 cm x 80 cm x 60 cm yang ditempatkan di ruang keluarga sudah terlihat dari ruang tamu. Di balik pintu kaca bergrafir 2 ekor burung bangau yang membatasi ruang tamu dan ruang keluarga ada pula sebuah kolam besar berukuran 4 m x 4 m.
Kolam dibentuk menyatu dengan taman open air seluas 25 m2, dipenuhi pohon-pohon rindang dengan sebuah relief air terjun. Dengan bunyi gemericik air yang mengalir terus menerus jatuh ke kolam suasana rumah terkesan sejuk, seakan-akan berada di lingkungan pedesaan. Di kolam itu diisi puluhan ekor koki berkelas.
Ada dua buah lagi kolam serupa dengan ukuran lebih kecil terhampar di halaman belakang. Di dalamnya belasan ekor ranchu dan puluhan maskoki jenis langka asyik berenang. Secara keseluruhan tak kurang dari 150 ekor maskoki yang dikoleksi. Selain japanese ranchu dan Chinese ranchu, ia juga memiliki beragam jenis maskoki. Di antaranya ryukin, mutiara, oranda,
Sempat juara
Blue Ranchu kebanggaan Yusuf.
Kehadiran ranchu di rumahnya memang tak sekadar pajangan bagi Yusuf Tirta. “Rasa capai dan stres pikiran lenyap begitu melihat gerakan-gerakan lembut mereka,” papar illusionist yang pertunjukannya memiliki rating penggemar tinggi itu. Tak heranjika ia betah berlama-lama duduk di pinggir kolam atau berdiri di samping akuarium. Sepanjang hari pun ia sanggup melakoni jika tak ada aktivitas lain yang mendesak. Maklum, gerakan para penarinya saat berilusi juga banyak terinspirasi gemulai liukan tubuh maskoki piaraannya.
Yusuf merawat sendiri ikan hias khas Cina itu. “Saya sudah jatuh hati dengan maskoki, katanya. Karena itu waktu luang saya banyak dihabiskan untuk mereka. Memberi pakan, misalnya, kini menjadi jadwal rutin di kala bangun pagi. Sembari memberi pakan, penggemar lagu-lagu Yanni dan Kitaro itu mengamati kondisi ikan. Jika ikan tampak kurang aktif atau sakit, segera diangkatnya untuk diobati. Kebersihan air juga tak luput dari pengawasannya. Untuk menjaga kebersihan kolam dan akuarium, satu-satunya pesulap yang mengisi acara Gebyar BCA di Indosiar tersebut selalu berusaha menjaga sirkulasi kebersihan airnya.
Berkat ketekunannya hampir semua koleksinya tampil prima. Tubuhnya sehat dan bongsor dengan bentuk proporsional. Warna juga mencolok dan bersinar. Siapa pun yang berkunjung ke rumah unique di kawasan elit pantai utara Jakarta itu pasti berdecak kagum. Kualitas dan keindahan tubuh ikan kesayangan pemain illusi terbaik di Indonesia itu memang istimewa, seindah tubuh para penari yang tampil di setiap pertunjukannya.
Di arena kontes ranchu milik Yusuf Tirta cukup diperhitungkan. Terbukti dalam Kontes Ikan Hias Nasional 2000, misalnya, mampu meraih juara III kategori ranchu. Malah, dalam Kontes Ikan Hias di Taman Akuarium Air Tawar TMII, 22-23 April 2000, merebut gelar juara I di kelas ranchu sekaligus menyabet gelar grand champion. Di kelas open dia pun meraih juara I. Sayangnya, setelah itu dia hampir tak pernah lagi membawa koleksinya ke arena kontes.
“Sejak 2001 waktu saya banyak tersita untuk pertunjukan sulap di Indosiar,” katanya. Hingga saat ini menurut grafik survei AC Nielsen Indonesia, pementasan Yusuf Tirta memang memiliki rating penggemar sangat baik. Meski begitu, koki di rumahnya tidak mungkin terabaikan.