Mutasi Pachypodium: Gara-gara Sel Tak Terkendali

  • 4 min read

Pantas bila Edi berkomentar begitu. Mestinya lamerei berupa tanaman tunggal dengan daun hijau zaitun di ujung batang. Di sekujur tubuhnya bertebaran duri-duri tajam yang berpasangan. Terkadang muncul cabang di bagian pucuk. Namun, begitu berlabel kristata, sosoknya berubah 180°. Batang yang tunggal bersalin rupa jadi seperti lempengan yang bergelombang. Ukuran daun mengecil, sebagian duri berkumpul di tepi lekukan membentuk barisan rapi. Penampilan kerabat adenium itu pun jadi lebih ciamik. Dari sepot lamerei kristatalah Edi mulai keranjingan mengoleksi. Total jenderal ada 10 pot lamerei kristata dikoleksi. “Habis tidak pernah ada kristata yang bentuknya sama,” begitu Edi beralasan. Selain lafaz Allah, ia juga mengoleksi kristata berbentuk merak, kudalumping, dan kristata berdaun superkecil. Toh, penggemar ayam serama itu belum berniat berhenti. Edi mengidamkan lamerei kristata berbentuk keranjang. Sayang, sang pemilik belum mau melepas.

Tanaman bandel

Yang juga kepincut pachypodium kristata, Paulus Purwito Handoyo dan Dwiana Inawati. Pasangan suami istri itu empunya lamerei kristata berbentuk keranjang. “Pachypodium kristata itu unik,” tutur Ina sapaan Dwiana Inawati. Di kediaman nan asri, Mitra Usaha Tani melihat lamerei kristata berbentuk seperti siput dan ulat. Pun yang melenggak-lenggok tak beraturan, tapi tetap cantik. Pachypodium-pachypodium berbentuk nyeleneh itu didapat dari hasil perburuan dari nurseri ke nurseri. Menurut Ir Yos Sutioso, pakar [tanaman hias](http://localhost/mitra/Tanaman Hias “tanaman hias”) di Jakarta, kristata salah satu bentuk mutasi. Kristata terjadi karena percepatan pertumbuhan yang tidak merata pada seluruh sel. “Misal hanya yang di dekat pucuk saja yang pertumbuhannya lebih cepat. Atau di batang saja,” ujar alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Akibatnya bentuk tanaman berubah. Misal batang jadi bengkok atau membentuk kristata. Percepatan pertumbuhan yang tidak merata itu muncul karena faktor genetik maupun gangguan dari luar. Menurut Yos, secara genetik memang ada tanaman yang relatif lebih peka terhadap faktor-faktor pemicu mutasi. Misal paparan sinar ultra violet yang sangat tinggi atau kekeringan. Yos mencontohkan, di daerah gurun terutama yang jarang berawan kerap ditemukan kaktus mutasi. Itu lantaran di sana paparan sinar ultra violet sangat tinggi. Senada dengan Yos, Lanny Lingga pengamat tanaman hias alumnus Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, berpendapat kristata terjadi alami karena pembentukan cabang tidak sempurna. Musababnya, mutasi genetik yang berhubungan dengan pengendalian hormon. Dominasi apikal tanaman terhambat sehingga pertumbuhan menyamping. “Diduga pada tanaman kristata aktivitas hormon auksin yang berperan pada dominasi apikal terhambat,” tutur Lanny. Mutasi lain berupa perubahan warna dan bentuk daun jadi variegata atau alba dan bentuk membulat atau mlintir.

Lamerei banyak

Lantaran bersifat mutasi genetik, peluang kemunculannya sangat kecil. Edi ingat, ia sempat iseng-iseng menyemai 1.000 biji lamerei. “Tapi tak satu pun yang kristata,” katanya. Emiritus Temi Hernadi di Lembang, Bandung, menyebut angka 1:10.000 peluang mutasi lamerei. P. saundersii lebih jarang lagi, 1:100.000. Selain langka, pertumbuhan kristata sangat lambat. Pantas harganya jadi melangit ketimbang yang biasa. Di antara 16 spesies pachypodium, lamerei paling banyak ditemukan bermutasi. “Itu karena lamerei paling banyak dibudidayakan. Jadi peluang untuk mendapatkan mutasi lebih besar,” ujat Handry Chuhairy, pekebun di Tangerang. Penelusuran Mitra Usaha Tani, hampir semua kristata di tangan kolektor berasal dari lamerei. Sebut saja kristata berbentuk seperti konde koleksi nurseri Nikku & Lavira, bentuk kapal Titanic milik Soeroso Soemopawiro, kristata simetris koleksi Pami Hernadi, dan bentuk naga kepunyaan Rusli Hadinata. Mutasi jenis lain, P. rosulatum kristata milik nurseri Nikku & Lavira dan Pami Hernadi.

Mutasi buatan

Secara teoritis, sebetulnya mutasi bisa direkayasa tangan manusia. “Mutasi bisa dibuat menggunakan kolkisin,” kata Yos. Kolkisin merupakan zat hasil ekstraksi dari umbi kembang sungsang Gloriosa superba yang punya sifat mencegah pembelahan miosis. Pembelahan miosis adalah pembelahan kromosom sel dari 2n menjadi ln misal pada pembentukan tepung sari dan sel telur. Kolkisin menghambat pembelahan sehingga tepung sari dan sel telur tetap memiliki kromoson 2n. “Bila sel telur itu dikawinkan bisa menghasilkan keturunan dengan jumlah kromosom 3n, 4n, bahkan lebih,” lanjut Yos. Wujudnya, tanaman baru yang bermutasi misal membentuk kristata. Cara seperti itu pernah dilakukan oleh seorang Jepang yang tinggal di Hawaii, Amerika Serikat Walter Omae pada dendrobium di era 1960-an. Cara sederhananya, kolkisin diteteskan pada kapas, lalu dimasukkan ke dalam kenop bunga yang belum mekar. Hasilnya, dendrobium waiter omae yang ukuran bunganya lebih besar, warna lebih putih, dan petal lebih lebar. Rekayasa lain, dengan menginduksi cobalt-60 melalui proses radiasi. Setelah tanaman mutasi didapat, lalu diduplikasi dengan perbanyakan vegetatif. Misal kultur jaringan, teknik sambung pucuk, atau tempel. Pada pachypodium yang lazim digunakan perbanyakan dengan teknik sambung. Perbanyakan vegetatif menjamin sifat mutasi menurun pada anakan. “Dengan generatif, bila sifat mutasi resesif, anakan bisa jadi kembali normal,” tutur Yos.