Pachypodium namaquanum: Tumbuh Lambat Harga Selangit

  • 4 min read

Pantas namaquanum gundul berharga mahal itu menjadi buruan hobiis. “Kita tak sekadar membeli tanaman, tapi membeli umur,” kata Edi Sebayang, kolektor pachypodium, di Tangerang. Di kediaman Edi, wartawan Mitra Usaha Tani Destika Cahyana dan Evy Syariefa melihat 2 pot namaquanum setinggi 8 sampai 10 cm menjadi klangenannya. Setiap hari Edi mengamati ujung batang menanti keluarnya daun yang bergelombang. Diduga namaquanum mini itu berumur 2 tahun. Bandingkan dengan geayi dan lamerei yang tingginya 20 sampai 25 cm pada umur setahun. Tak hanya itu yang membuat namaquanum berharga tinggi. “Daya kecambah biji rendah, paling hanya 25%,” tutur Handry Chuhairy, pebisnis pachypodium di Tangerang. Artinya, dari 1.000 biji yang disemai hanya 250 berkecambah. Sementara P. brevicaule, dari 5.000 biji, tak satu pun berkecambah . Si bonggol kerdil itu pun pertumbuhannya sangat lambat, hanya 1 sampai 2 cm per tahun. Dari penelusuran Mitra Usaha Tani terdapat pachypodium lain yang masuk kategori medium. Artinya, tak sebongsor geayi dan lamerei, tapi tak selambat namaquanum dan P. brevicaule. Sebut saja P. ambongense, P. baronii, P. decaryi, dan P. succulentum. Mereka belum populer di kalangan hobiis karena penyebaran di alam terbatas. Pantas nurseri-nurseri di Amerika Serikat yang rajin membudidayakan madagascar palm itu tak punya banyak indukan. Andai pun biji didapat dari indukan, tingkat keberhasilan hanya 25%.

Pachypodium brevicaule

Gordon Rowley, pakar sukulen di Inggris, menggolongkan brevicaule sebagai pachypodium berbentuk cactiform. Artinya, bonggol melebar ke samping seperti kentang. Di kediaman Edi Sebayang, Mitra Usaha Tani melihat 20 brevicaule 15 sampai 30 cm berjajar rapi di beranda samping. Menurutnya, bonggol selebar notes hingga buku tulis itu telah berumur 15 sampai 25 tahun. Di pasaran brevicaule seukuran itu bernilai Rp5 juta sampai Rp40-juta. Saking lambatnya, Rusli Hadinata, kolektor di Tangerang, menyebut brevicaule sebagai si cebol. Lantaran itu Rusli memilih mengoleksi brevicaule yang disambung dengan P. lamerei. Yang disebut terakhir termasuk pachypodium bongsor. Penampilan brevicaule pun menjadi unik: batang bawah lamerei tegak berpadu bonggol di bagian atas yang melebar. Menurut Aris Budiman, pemilik nurseri Watuputih di Yogyakarta, dengan penyambungan, pertumbuhan brevicaule dapat didongkrak hingga 3 sampai 4 kali lipat. Itu karena perakaran batang bawah sampai lamerei dan geayi lebih kuat. Saat berdiameter 20 cm, batang bawah itu tak lagi kentara, sehingga sosoknya seperti brevicaule orisinil.

Pachypodium namaquanum

Namaquanum tergolong pachypodium berbentuk cereiform alias berbatang tegak dan lurus. Julukan namaquanum diambil dari Namaqualand, sebuah wilayah di selatan Arizona. Di habitatnya di daerah aliran Sungai Orange, namaquanum ditemukan dalam jumlah terbatas. Ketinggian habitat aslinya di kisaran 300 sampai 1.200 m dpi dengan curah hujan 5 sampai 12 cm/tahun. Di sana namaquanum yang baru berkecambah tumbuh sebagai parasit. Itulah sebabnya pertumbuhan namaquanum di pot lambat karena tumbuh tanpa inang. Di nurseri Watuputih, Yogyakarta, namaquanum setinggi 30 cm hanya bertambah 10 cm setelah dirawat 2 tahun. Rata-rata per tahun pertumbuhan 5 cm. Di pasaran namaquanum setinggi itu berharga Rp7,5-juta. Sedangkan, ukuran 8 sampai 10 cm, Rp750-ribu. Harga selangit karena pertumbuhan 3 sampai 4 kali lebih lambat ketimbang P. lamerei dan P geayi.

Pachypodium ambongense

Disebut ambongense karena ditemukan di daerah aliran Sungai Ambongo. Ia tergolong pendatang baru karena baru diperkenalkan pada 1995 oleh Prof W Rauh. Di alam, sosoknya menyerupai P. baronii dan P. decaryi. Uniknya, semaian menyerupai P. lamerei. Yang membedakan hanya tangkai daun hijau kelabu pucat.

P. baronii

Sosok baronii sangat cantik, bagian bawah membesar, lalu mengecil ke atas, seperti botol. Sayang, ia jarang ditemui di alam. Habitat aslinya di Madagaskar bagian utara. P. baronii var baronii hidup di daerah bernama Ambogo-Boina. Sementara P. baronii var windsorii ditemukan 300 km dari Ambogo-Boina, tepatnya di Windsor Castle. Keduanya hidup di dua lingkungan berbeda. Barnoii var baronii ditemukan di batuan beku asam, sementara baronii var windsorii di tanah batu gamping alkali. Karena itu yang disebut pertama cocok hidup di media yang agak asam, pH 6,5. Terutama bila ditambahkan batuan kerikil untuk menambah porositas alias kemampuan melewatkan air.

Pachypodium decaryi

Dalam kelompok pachypodium, decaryi tergolong paling aneh. Dari jauh sosoknya terlihat tak berduri. Gordon Rowley menyebut decaryi sebagai jembatan antara pachypodium dengan adenium. Itu karena sosok bunga dan batangnya mirip mawar gurun. Penampilan tanaman cantik, caudex bawah membulat seperti bawang bombai, lalu cabang panjang dan kurus.

Pachypodium succulentum

Succulentum tergolong pachypodium asal Afrika. Kekuatannya terletak pada akar yang membesar di media. Lantaran itu nurseri di Amerika kerap mengangkat akar agar terlihat. Di habitat asli cabang tumbuh 30 cm di atas permukaan tanah. Setelah dewasa ia disebut tanaman paling bandel yang mampu hidup di daerah panas. Di Indonesia, ia baru ditemukan di beberapa nurseri. Succulentum berukuran 22 sampai 25 cm dibandrol Rp750-ribu.