Panah Merah Menancap Sasaran
- 4 min read
Produk bertambah, omzet yang diraup meningkat. Demikian yang dirasakan produsen benih PT East West Seed Indonesia. Pada 1997 dengan 48 varietas produksi hanya 100 ton. Setahun kemudian pertumbuhan produksi melonjak 20% per tahun setelah 50-an varietas dipasarkan. Itu hikmah krisis ekonomi yang melanda Indonesia sehingga banyak orang terjun ke agribisnis. Menurut Manajer Pemasaran Ir Yohanes Sukoco rata-rata pertumbuhan produksi sejak 1998 mencapai 20%-25% per tahun. Tentu saja peningkatan itu juga diikuti laju perolehan pendapatan. Padahal ketika pertama kali melepas 4 varietas pada 1991 East West Seed Indonesia hanya memproduksi 10 ton benih cabai, terung, kacang panjang, dan mentimun. Tiga tahun kemudian dengan 28 varietas produksi membumbung 30 ton. Terung mustang merupakan benih hibrida pertama hasil penangkaran di Indonesia yang dirilis ketika itu. Saat ini setidaknya 79 varietas dari 20 komoditas memenuhi pasaran di berbagai kota di Indonesia. Sebagian besar di Sumatera, Jawa, dan Bali. Lebih dari separuhnya merupakan benih hibrida, selebihnya open pollineted. Menurut kelahiran Magetan Juli 1963 itu secara nasional Panah Merah (PM) menguasai 40% benih sayuran hibrida. Panah Merah adalah merek untuk semua varietas sayuran yang diproduksi PT East West Seed Indonesia. Tak berlebihan jika kurun 1997 hingga sekarang saatnya perusahaan yang berdiri pada 22 Juni 1990 itu menangguk laba. Sebab, modal Rp6- miliar yang dibenamkan pada awal usaha mencapai titik impas pada tahun kelima. Dua komoditas yang berperan penting dalam hal itu adalah tomat dan cabai. Keduanya produk andalan East West Seed Indonesia. Arthaloka-varietas tomat dataran tinggi yang dirilis pada 1995- menguasai 60% pangsa pasar benih hibrida. Ia bukan satu-satunya varietas. Sebab, produsen yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat, itu juga melepas permata untuk dataran rendah. Untuk cabai PM mengandalkan prabu dan gada. Prabu yang diklaim tahan antraknosa dan thrips itu digandrungi pekebun Jawa Tengah; gada, Jawa Timur. Pangsa pasar yang diraih keduanya 45%. Munculnya cabai dan tomat produksi PM sebagai penguasa pasar sangat luar biasa. Bukan apa-apa, hampir semua distributor dan produsen benih juga mengeluarkan produk serupa. Tak syak lagi perseteruan benih cabai dan tomat kian menajam. Benih lain yang mencengkeram pasar cukup luas antara lain mentimun mersi, caisim tosakan, dan kacang panjang 777.
Salah satu andalan Panah Merah
liga ketinggian
Di tengah sengitnya persaingan antarprodusen benih, lonjakan itu cukup signifikan. Perusahaan yang bersemboyan “Sukses Bersama Panah Merah” itu betul-betul mirip panah yang dilepas dari busur dan tepat mengenai sasaran. Salah satu rahasianya diungkapkan direktur utama, Atmadi Saleh, suatu ketika. Benih sayuran yang dihasilkan hampir seluruhnya spesifik lokasi. Artinya, tanaman berproduksi optimal jika dibudidayakan di lahan sesuai rekomendasi perusahaan. Contoh, varietas cabai kresna direkomendasikan untuk dataran rendah hingga menengah (0-800 m dpi).Begitu benih hibrida itu ditanam di dataran’ tinggi produksinya tak lagi maksimal. Sebelum sebuah varietas dirilis, bagian pemuliaan intens meriset di lapangan dan laboratorium hingga 4-5 tahun. Benih lantas diujicoba di lahan. PM memang mengelola 3 lahan percobaan. Di Lembang seluas 12 ha berketinggian 1.200 m dpi, Purwakarta (15 ha & 600 m dpi), dan Campaka (12 ha & 50 m dpi). Jika dinilai memenuhi permintaan pasar barulah sebuah varietas diproduksi massal dan dilepas ke pasaran. Untuk menjaring keinginan dan melayani kebutuhan konsumen PM mendirikan Pusat Pelayanan dan Informasi Produk Panah Merah (P2IP2M) di 12 kota. Mereka juga melayani konsultasi budidaya.
Dua panah
Melalui lembaga itu konsumen dapat menyampaikan harapan- misalnya ingin tomat berkulit tebal dan resisten Fusarium. Bagian itu lantas meneruskan ke departemen riset dan pengembangan. Itu salah satu kiat memenangi persaingan yakni berupaya menyediakan benih berkualitas. “Adanya persaingan sebetulnya tantangan bagi kami untuk menghasilkan benih bermutu sehingga memuaskan petani,” ujar sarjana pertanian alumnus Universitas Brawijaya itu. PM tak serta-merta menjelma menjadi salah satu raksasa produsen benih. Pada awal berdirinya perusahaan itu menyewa ruangan 50 m2. Seiring dengan kepercayaan konsumen menggunakan benih PM perusahaan yang menyerap 200 tenaga kerja itu terus tumbuh. Yang membidani kelahiran PM adalah trio Rustam Efendy dari produsen benih Kaltimex Jaya, Piet M. Mazzaro (Enzazaden), dan Simon N. Groot (Hortigen). Di kalangan konsumen nama produsen benih itu kalah populer ketimbang merek yang beredar, yakni Panah Merah. Dua anak panah berwarna merah saling berlawanan arah bermakna, sinergi teknologi Eropa (Belanda) dan Asia (Indonesia). “Petani lebih mengenal benih cap Panah Merah ketimbang PT East West Seed Indonesia,” ujar Yohanes yang bergabung dengan perusahaan itu sejak 1993 sebagai manajer penjualan dan promosi. Toh, seperti diungkapkan William Shakespeare, apalah arti sebuah nama. Yang jauh lebih penting, konsumen menerima produk yang ditawarkan.