Pisang Formosana (GCTCV-218) : Pisang Ukuran Besar Setandan Sama Besar
- 6 min read
Pisang GCTCV-218 adalah salah satu varietas pisang yang awalnya dikembangkan di pulau Formosa taiwan. Varietas ini dihasilkan dari percampuran varietas pisang Cavendish dan Gajah Tampung. Pisang GCTCV-218 memiliki bentuk yang agak bulat dan ukuran yang sedang. Daging buahnya berwarna kuning cerah dan rasa manis. Pisang GCTCV-218 termasuk dalam kelompok pisang Cavendish.
Pisang GCTCV-218 adalah kultivar pisang yang dikembangkan oleh Institute of Tropical Agriculture and Forest (IOTA), dari Universidad de Costa Rica. Pisang berukuran besar ini adalah subgroup cultivar dari Cavendish, Pisang Formosana tahan terhadap layu Fusarium ras tropis 4 (Foc TR4). jenis pisang yang besar ini dikembangkan dari persilangan ‘Grand Nain’ x ‘Pisang Mas’ dan dipilih karena tahan terhadap Foc TR4, hasil panen tinggi, tandan buah yang berukuran besar dan seragam serta memiliki kualitas buah yang baik.
Kultivar ini diploid, dengan 2n = 2x = 20 kromosom. Daunnya berwarna hijau tua, dengan panjang 62-66 cm dan lebar 25-29 cm. Batang semu mencapai ketinggian 2,5-3 m. Perbungaannya kompak, dengan panjang 23-27 cm, dan memiliki 20-25 jari. Setiap jari memiliki panjang 16-18 cm dan diameter 3,2-3,8 cm. Buahnya memiliki panjang 16-18 cm dan diameter 3,2-3,8 cm. Kulitnya tipis, dengan warna kuning saat matang, dan daging buahnya berwarna putih.
Jenis pisang yang besar ini tahan terhadap penyakit layu Fusarium ras tropis 4 (Foc TR4) yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f. sp. Cubense tropical race 4 (Foc TR4), yang merupakan penyakit serius pada pisang Cavendish. Kultivar ini juga dapat terkena penyakit lain, seperti black Sigatoka, penyakit Panama dan antraknosa.
Karakteristik utama dari Pisang Formosana adalah ketahanannya terhadap Foc TR4, hasil tinggi, tandan besar dan seragam, serta kualitas buah yang baik.
Pisang Formosana sangat cocok untuk budidaya di daerah tropis dan subtropis dengan insiden Foc TR4 yang tinggi. Direkomendasikan untuk produksi perkebunan skala kecil dan skala besar.
Pisang cavendish
Pisang cavendish adalah jenis pisang yang paling populer di dunia. Merekalah yang akan Anda temukan di supermarket. Pisang Cavendish dinamai menurut William Cavendish, Duke of Devonshire ke-6. Mereka biasa tumbuh di alam liar di Asia Tenggara. Tapi sekarang, hampir semuanya ditanam di perkebunan besar di negara-negara seperti Ekuador, Kolombia, dan Filipina.
Pisang Cavendish adalah jenis pisang yang besar dan ditanam di perkebunan besar di negara-negara seperti Ekuador, Kolombia dan Filipina. Pisang Cavendish dinamai William Cavendish, Duke of Devonshire ke-6. Pisang Cavendish adalah jenis pisang yang paling populer di dunia dan yang akan Anda temukan di supermarket.
Pisang Cavendish ditanam di perkebunan besar di negara-negara seperti Ekuador, Kolombia, dan Filipina. Pisang Cavendish dinamai William Cavendish, Duke of Devonshire ke-6. Pisang Cavendish adalah jenis pisang yang paling populer di dunia dan yang akan Anda temukan di supermarket.
Pisang Cavendish adalah jenis pisang yang ditanam di perkebunan besar di negara-negara seperti Ekuador, Kolombia dan Filipina. Pisang Cavendish dinamai menurut William Cavendish,
Usaha pisang di tanah air
“Luar biasa,” ujar Mohammad Reza Tirtawinata terkagum-kagum saat melihat Pohon Pisang formosana. Pisang di kebun Taiwan Banana Research Institute itu memang istimewa. Ukuran buah dalam satu tandan seragam, mulai sisir atas hingga dekat jantung. Akibatnya bentuk tandan lurus. Di Indonesia segitiga terbalik karena buah kian mengecil ke bawah.
Pekebun di tanah air kerap mengeluh minimal 3 sisir pisang terakhir tidak laku lantaran ukuran buah mini. Supaya tidak rugi pisang dijual per tandan. Berbagai cara dilakukan supaya ukuran sisir terbawah besar. Salah satunya, setelah jantung dipotong bagian itu “dikompres” 2 sendok makan urea. Hasilnya ukuran buah seragam tetapi butuh ekstra biaya dan tenaga kerja.
Di Taiwan cara itu tidak dilakukan lantaran biaya tenaga kerja mahal, Rp300-ribu per hari. Padahal, pisang termasuk komoditas yang dicari pasar domestik dan ekspor. Dr Ching-Yan Tang, staf peneliti Taiwan Banana Research Institute tergugah menciptakan buah berukuran sama Dari 20 varietas yang diseleksi muncullah Formosana pada 1998. Julukan itu diambil dari nama pulau Formosa dan banana.
Pisang Formosana merupakan salah satu jenis pisang yang berasal dari Formosa, sebuah pulau di Taiwan. Pisang Formosana memiliki bentuk yang agak bulat dan ukuran yang sedang, dengan kulitnya yang berwarna hijau tua. Pisang Formosana terkenal karena rasanya yang sangat manis dan segar. Pisang Formosana biasanya dijadikan sebagai bahan untuk membuat kue atau puding, namun juga bisa dimakan sebagai camilan sehari-hari.
Pisang formosana Memiliki ukuran Buah Yang Sama Besar
Keistimewaan formosana ukuran buah tiap sisir dalam satu tandan sama besar. Jika dilepaskan dari tandan tidak dapat dibedakan sisir atas dan bawah. Selain itu sisir menempel rapat memutari tandan, hampir tidak ada celah. Berarti tak memungkinkan disusupi hama seperti kumbang atau ulat. Itu sebabnya ukuran tandan lebih pendek meski jumlah sisir sama, 12 buah.
Sepintas sosoknya mirip cavendish. Namun, ukuran lebih pendek dan agak gemuk. Saat matang warna kulit kuning cerah dan mulus. Daging buah berwarna krem. Penampilan sempurna, itu patokan konsumen di sana. Ada sedikit bintik hitam mereka enggan menyentuhnya.
Sementara rasa nomor dua, sehingga formosana yang tidak seenak ambon atau sereh rasa kurang manis dan agak keras tetap diminati. Untuk lidah Indonesia yang terbiasa dengan pisang manis dan lembut jelas tidak cocok.
“Jari” formosana sedikit bengkok sehingga puting tidak tampak. Bentuk itu menguntungkan ketika pengemasan. Selain mengurangi cacat buah juga irit tempat. Jari cavendish yang lurus kerap membentur dinding kardus kemasan dan membutuhkan ruang lebih banyak. Padahal sekali terbentur pisang gampang bonyok.
Keunggulan lain formosana tidak mudah copot dari tangkai. Meski buah sudah berwarna kuning, tangkai tetap hijau. Buah dipetik 3-4 bulan sejak bunga mekar. Setelah itu diperam hingga warna kuning timbul.
Dikembangkan secara Intensif
Menanam Pisang formosana berarti irit biaya penyemprotan. Ia tahan serangan fusarium yang jadi momok pekebun. Suatu ketika penanaman cavendish di pusat penelitian itu ludes akibat penyakit layu bakteri; formosana selamat. Kekebalan itu warisan dari induknya Tai-Chiao No.2.
Tai-Chiao merupakan turunan cavendish berbatang pendek. Ketika diperbanyak dengan teknik kultur jaringan terjadi mutasi. Dari yang mutasi ada beberapa tanaman menunjukkan sifat unggul. Itulah yang dinamakan formosana.Wajar jika formosana mirip cavendish. Kini ia jadi primadona pekebun mengalahkan Pei-Chiao pisang andalan Taiwan.
Sejak dilepas 2001, pekebun di Pingtung, selatan Taiwan, berbondong-bondong menanam. Dataran rendah bersuhu hangat memang cocok untuk formosana. Ketika panen, Musa paradisiaca itu jadi incaran eksportir. Jika ditanam di Indonesia yang udaranya lebih lembap rentan serangan cendawan.
Penanaman di Pingtung dilakukan secara intensif: pemupukan rutin, jumlah anakan dan buah dibatasi. Setiap tanaman disangga bambu agar tidak tumbang kena terpaan angin.
Petani mudah mendapatkan bibit seperti yang dijajakan di bursa bibit Taiwan Banana Research Institute. Sayang, untuk hijrah ke Indonesia sulit karena bibit tidak boleh sembarangan keluar dari Taiwan.
Pisang GCTCV-218 dapat dikonsumsi sebagai buah segar atau diolah menjadi aneka kue dan puding. Pisang GCTCV-218 juga dapat dikeringkan dan diolah menjadi chips kering. Pisang GCTCV-218 memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga dapat meningkatkan gula darah. Oleh karena itu, pisang GCTCV-218 tidak dianjurkan bagi penderita diabetes.