Prospek Budidaya Bunga Krisan Di Gowa Sulawesi Selatan

  • 4 min read

Mufidah Jusuf Kalla mengunjungi kebun budidaya bunga krisan di Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. la kini mengembangkan seruni-sebutan lain krisan-di lahan 2 ha berketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Mufidah siap memproduksi bunga potong anggota famili Asteraceae itu dengan dua greenhouse seluas masing-masing 1.000 m2. “Kapasitasnya mencapai 50.000 tangkai per bulan,” ujar Ir Abdul Khadir, manajer produksi PT Bunga Indah Malino-perusahaan yang menaungi usaha budidaya krisan.

Proses Menggunakan Mesin canggih

Di dalam greenhouse itu ribuan tanaman krisan berbunga serempak berjajar rapi. Di greenhouse lain, tanaman setinggi 100 cm juga tumbuh subur. Di rumah tanam itu terdapat mesin pengatur penyiraman yang bekerja otomatis. Mesin menyiram tanaman 30 menit sehari. Pada fase vegetatif, penyiraman melalui sistem pengabutan. Nozel yang berdiri tegak akan memancarkan butiran-butiran air yang amat kecil bak kabut. “Kabut” itu akan jatuh di atas permukaan tanaman. Di sebuah greenhouse terdapat 96 nozel pengabutan. Sementara pada fase generatif penyiraman dari bawah yang langsung mengenai media tanam. Teknologi lain adalah keberadaan light emitting diode alias lampu LED. Belasan lampu LED berkekuatan 11 watt menerangi ruang budidaya itu sejak pukul 22.00-02.00. Lampu itu memperpanjang waktu penyinaran menjadi rata-rata 4 jam per hari. Pemasangan lampu bertujuan agar tangkai bunga lebih panjang sesuai permintaan konsumen. PT BIM mengembangkan 20 varietas krisan unggul di antaranya discovery, lolyred, lolypop, dewi ratih, bakardi, dan lamet. Semua varietas itu adaptif di Malino. Menurut Safir, anggota staf produksi PT BIM, bunga krisan itu sejak tanam hingga panen memerlukan waktu 3 bulan. Perusahaan itu mulai budidaya bunga krisan skala komersial sejak Januari 2014. “Per bulan sanggup memproduksi 25.000 tangkai,” ujar Abdul Khadir. Bunga potong hasil Budidaya Bunga Krisan oleh Mufidah dipasarkan di Makassar dan sekitarnya yang berjarak 70 km dari kebun. Masyarakat Kota Anging Mamiri itu memanfaatkan krisan untuk penghias ruangan hotel, rangkaian bunga pada acara pernikahan, wisuda mahasiswa, dan acara resmi lainnya.

Produksi Panen Yang Terus Meningkat

Yeni Ariani, pemilik toko bunga Koya Flower di Makassar, menuturkan bahwa kebutuhan bunga krisan di Makassar sangat tinggi. Koya Flower membutuhkan rata-rata 10.000 tangkai krisan per bulan. Padahal, di Makassar terdapat puluhan florist. Kebutuhan itu juga akan meningkat pesat saat bulan-bulan penyelenggaraan pesta pernikahan. “Kebutuhan meningkat hingga 10 kali lipat,” ujar Yeni. Artinya 100.000 krisan telah terserap pada bulan musim pernikahan. Dari mana Yeni memenuhi permintaan yang tinggi itu? “Semuanya didatangkan dari Surabaya dan Jakarta,” ujar Yeni. Harga krisan Rp 5.000 per tangkai di tingkat konsumen. Harga itu tinggi lantaran biaya pengiriman dan karantina. Terbukti saat ia membeli krisan dari PT BIM dan terjual di tingkat konsumen, harganya hanya Rp 2.000 per tangkai. Ini menguntungkan konsumen di Makassar. Yeni mensyaratkan budidaya bunga krisan harus dalam kondisi segar, tangkai besar, dan panjang tangkai minimal 60 cm. Selama ini krisan produksi PT BIM memenuhi syarat Koya Flower. Per pekan PT BIM mengirim 2-3 kali ke Koya Flower itu. “Sekali kirim 500-an tangkai,” kata Yeni. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Dr Ir Hasanuddin Ibrahim, Spl, pertumbuhan kebutuhan krisan di pasar domestik rata-rata mencapai 21,8% per tahun. “Untuk memenuhi kebutuhan krisan di Sulawesi Selatan perlu ada kerja sama kemitraan antara PT BIM dengan petani krisan melalui pola inti plasma,” ujar Hasanuddin. Menurut Hasanuddin, PT BIM sebagai perusahaan inti memberikan bimbingan dan konsultasi kepada plasma. Bimbingan itu meliputi penetapan standar mutu produk, penyediaan teknologi, membantu promosi dan pemasaran. Sementara petani plasma berperan dalam menyediakan pasokan bunga Chrysanthemum indicum (bahasa Yunani chrysos berarti emas dan anthemon bunga).

Peranan Para Petani Tradisional

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan, dan Dinas Pertanian Kabupaten Gowa memfasilitasi pertemuan dengan mitra pasar. Mitra pasar itu antara lain pengelola pameran, wedding organizer, dekorator, florist, dan anggota Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). “Selain itu kami menjalin kerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM serta Dinas Pertamanan Provinsi Sulawesi Selatan dalam membantu akses pembiayaan maupun mitra pasar dan promosi produk,” ujar Hasanuddin. Menurut Ir H Lutfi Halide MP, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan, sejatinya petani membudidayakan bunga krisan tetapi tradisional. “PT BIM adalah industri krisan pertama di Kabupaten Gowa,” ujarnya. la berharap para petani tradisional bisa bekerja sama dalam budidaya bunga krisan itu dengan kualitas yang bagus dan mampu bersaing dengan produk dari luar Provinsi Sulawesi Selatan. Sejak 2013, pengembangan kawasan krisan di Kabupaten Gowa diinisiasi dengan dana Anggaran Pendapatan dan Pembelanjaan Negara (APBN). Alokasinya melalui Dana Tugas Pembantuan Kabupaten Gowa. Menurut Hasanudin, pada 2013 dana yangdikucurkan mencapai Rp 585-juta. “Pada 2015 dana yangdikucurkan mencapai Rp 569.500.000,” ujar Hasanudin. Sampai kini pengembangan krisan di kabupaten berpenduduk 600-an ribu jiwa itu berada di 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Tinggimoncong dan Tombolopao. “Masing-masing kecamatan memiliki greenhouse seluas 30.000 m2 dengan 30 orang petani krisan,” ujar Hasanuddin.