Sejarah Penamaan Ayam Hias Serama Asal Malaysia

  • 2 min read

Salah seorang penonton wayang kulit yang di gelar semalam suntuk di Kampung Cina, Kota Baru, Kelantan, pada 1990-an itu takjub dengan sifat Sri Rama yang anggun, berwibawa, dan perkasa. Pebisnis ternak ayam serama sekaligus penyilang ayam hias itu-Wee Yean Een-serta merta menyemat sang tokoh wayang itu untuk sebutan klangenan baru hasil silangan selama 15 tahun. Namun, selama perjalanan waktu, pengucapan lafal sri rama sering terpeleset menjadi serama Personifikasi serama dengan Sri Rama dianggap tepat. “Serama bertingkah seperti raja, anggun, dan gagah,” ujar Albert Tan. Dari pengamatan Mitra Usaha Tani dengan tubuh kecil, tegak, dan dada menonjol, serama tampak anggun saat berlenggak-lenggok. Apalagi ketika kepala ayam liliput itu tertarik ke belakang membentuk huruf S, ia benar-benar terlihat gagah bak satria.

Serama Termasuk ayam katai

Ayam Hias Serama muncul secara tidak sengaja. Pak Wee sapaan akrab Wee Yean Een semula bereksperimen menyilangkan ayam kapan alias kaki panjang dengan ayam Kapan yang memiliki tubuh ramping, bobot 750 gram, dada agak datar, dan ekor cenderung tegak lurus dikawinkan dengan silkie bertubuh gempal dan berbobot lebih kecil, 600-650 gram. Harapannya, diperoleh kapan bertubuh kecil seperti silkie. Sayang persilangan itu banyak menelurkan silkie berkaki panjang. Setelah terus-menerus melakukan perbaikan, pertengahan 1980-an diperoleh kapan kecil seperti silkie. Kedatangan beberapa ekor ayam hias jenis katai jepang pada 1985 menggugah Pak Wee menyilangkan kembali kapan kecil itu. Apalagi katai Jepang dianggap memiliki penampilan bagus dengan dada lebar dan punggung sangat pendek mendekati huruf U. Namun Pak Wee lebih mengutamakan turunan silangan itu memiliki corak warna beragam seperti putih, cokelat keemasan, merah, dan kombinasi 2-3 warna, selain ekor lawi lurus menjulang seperti katai jepang. Turunan perdana silangan diperoleh katai jepang berkaki panjang dengan bobot 650 gram. Bobot ini masih dianggap terlalu berat. Untuk itu pada 1988 Pak Wee menyilangkan lagi jenis ayam hias dengan katai jepang pilihan. Hasilnya pada 1990 diperoleh ayam liliput berbobot 500 gram. Sosoknya pun ikut berubah. Kepala kecil dan sayap menggantung menjuntai ke bawah. Ia pun terlihat ramping, berdada menonjol proporsional, dan ekor lawi lurus menjulang.

Jenis ayam hias dan perbedaannya (serama,kapan dan kate)

Kehadiran ayam baru ini menggegerkan penggemar ayam hias Malaysia. Bahkan 2 asosiasi unggas dan ayam hias di Amerika Serikat, America Poultry Association (APA) dan America Bantam Association (ABA) mentasbihkan sebagai the smallest bantam chicken alias ayam terkecil di dunia.