Sejuta Manfaat Dan Khasiat Sarang Semut Untuk Pengobatan
- 4 min read
Bagi suku-suku di barat Jayawijaya, Papua, seperti suku Njali dan suku Dani, sarang semut tidak banyak memberi sumbangsih. “khasiat sarang semut dipakai sebagai obat rematik. Itu pun jarang,” ujar Kumoro Kwerkwa asal suku Njali. Rahasia khasiat anggota famili Rubiaceae itu baru sedikit tersibak. Tak heran Myrmecodia sp itu dibiarkan jatuh membusuk di atas pohon. Kecuali Hendro Saputro yang mengolahnya menjadi kapsul untuk berbagai penyakit. [caption id=“attachment_15420” align=“aligncenter” width=“640”] sarang semut[/caption]
Tanaman berkhasiat obat
Sejak Hendro, pemilik PT Prima Baliem Subur di Wamena getol mengolah sarang semut, penduduk asal suku Dani yang menetap di kawasan hutan Habema, Lembah Baliem,rajin memburunya. Hutan Habema di ketinggian 1.700 m dpi itu memang gudangnya sarang semut . Di sanalah dengan kekuatan kaki dan tangan, para lelaki suku Dani memanjat pohon Pakpak untuk memetik lokon-sebutan setempat sarang semut. Karena jasa suku-suku di sekitar Gunung Trikora itu Hendro tidak kesulitan memperoleh bahan baku. Mereka membawa sarang semut dalam bentuk bongkahan utuh dengan membuang bagian ujung berdaun. Ukurannya mulai sebesar kepalan tangan orang dewasa hingga sebesar balita berumur 4 tahun “Yang diinginkan sebetulnya minimal seukuran kepala orang dewasa,” ujar Hendro. Dengan ukuran itu nantinya ekstrak sarang semut yang diperoleh bakal lebih banyak. Agar khasiat sarang semut tidak hilang, proses pengolahan diawasi ketat. “Bahan baku diseleksi, lingkungan kerja bersih, dan proses pemanasan dijaga agar zat-zat yang dibutuhkan tidak hilang,” tutur Hendro. Proses yang memakan waktu 4 hari itu menghasilkan serbuk untuk seduhan dan dikapsulkan. Inilah cara sarang semut diolah menjadi obat.
Jenis, klasifikasi dan penyebaran myrmecodia
Kalau mau melihat sarang semut, ke hutan Habema saja” ujar Heny JD Latupapua, peneliti di Stasiun Penelitian dan Alih Teknologi LIPI di Wamena. Hutan Habema di ketinggian 1.700 m dpi itu habitat anggota famili Rubiaceae. Di sana setidaknya terdapat 14 jenis myrmecodia. Namun, sesungguhnya jenisnya terbanyak ada di seberang Papua. Tepatnya di Papua Nugini. Menurut Dr Tukirin Partomiharjo dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI di Bogor, sebetulnya khasiat sarang semut Papua tidak kalah soal keragaman jenis dibanding Papua Nugini. “Mereka itu satu daratan. Namun, Papua Nugini lebih terkenal karena semua eksplorasi sarang semut di sana terdata lengkap,” ujar kurator anggota famili Rubiaceae itu. Keterangan
- Bagian ujung sarang semut yang berdaun dibuang menggunakan pisau.
- Sepotong kayu runcing ditancapkan di tubuh sarang semut. Kayu dipakai untuk menghindari tangan pekerja tertusuk duri.
- Kulit luar sarang semut dikupas memakai pisau atau golok.
- Sarangsemut terkupas dibelah 4 bagian.
- Sarang yang terkupas diiris tipis memakai mesin pengiris.
- Irisan sarang dijemur untuk mencegah cendawan dan bakteri.
- Irisan dipanaskan dalam oven listrik selama 2x24 jam pada suhu 70-80 °C.
- Simplisia itu kemudian ditiriskan dan diangin-anginkan.
- Untuk seduhan, simplisia dihancurkan memakai mesin penggiling menjadi serbuk.
- Cara pemakaian: 3 sendok serbuk sarang semut direbus 2 gelas air hingga tersisa segelas, lalu diminum.
- Untuk kapsul, simplisia diekstrak lebih dahulu memakai mesin ekstraktor. t
- Cara pemakaian: kapsul ditelan.
Menurut J. Moog dari Department of Zoology Goethe University di Frankfurt, Jerman, Cagar Alam Pasoh di Negeri Sembilan, Malaysia, juga surga lain myrmecodia dan hydnophytum. Bahkan dibandingkan Papua, keragaman jenis yang terdata di sana lebih banyak, mencapai 19 jenis. Mereka dijumpai tersebar mulai dari rawa-rawa hingga hutan tropis dataran rendah di ketinggian 2.400 m dpi.
Sebaran myrmecodia di tanah air
Di tanahair, di luar Papua, M. tuberosa mudah ditemukan di berbagai tempat. Pulau Siberut, Pulau Batu, dan Pulau Pageh di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, menjadi tempat hidup nyaman bagi M. tuberosa varietas siberutensis. “Di sana sarang semut mudah dijumpai di hutan hingga pinggir-pinggir jalan,” ujar Tukirin yang akhir April 2006 melakukan eksplorasi di Pulau Siberut itu. Varietas lain tuberosa juga tersebar mulai dari Sulawesi Utara (varietas menandensis), Kalimantan (apoensis), hingga Flores (rumphii). Uniknya Jawa juga disebut-disebut sebagai habitat varietas armata. Plant Resources of South-East Asia menyebutkan penduduk menamainya urek-urek polo. Anehnya dalam penelusuran literatur oleh Mitra Usaha Tani nama itu lebih cenderung menunjukkan panggilan bagi rumput mutiara Hedyotis corymbosa. Kerancuan itu juga terjadi di negeri serumpun, Malaysia. Di sana sarang semut disebut periuk hantu. Padahal nama itu tak lain sebutan nepenthes Publikasi lain oleh tim dari Department of Plant Sciences Oxford University di Inggris dan Christensen Research Institute di Papua Nugini, memperkuat dugaan jika Jawa Barat merupakan rumah utama varietas armata. Di sana diungkapkan varietas armata tersebar di Bogor seperti di Leuwiliang, Gunung Pancar, dan Gunung Salak. “Mungkin dahulu ada saat hutannya di sana masih alami. Tapi kondisi sekarang lain, belum ada pengecekan lagi,’ ujar Tukirin (MUT)