Sistem penyiraman Sederhana Perkebunan Melon
- 3 min read
Sutrisno tidak berangan-angan. Sebab, “Uji coba pada cabai menunjukkan peningkatan hasil hingga 50%,” papar Direktur Direktorat Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, Departemen Pertanian itu. Di kebunnya ia membandingkan pertumbuhan melon yang disiram secara manual dan dengan sistem pipa PVC. Mitra Usaha Tani melihat, penampilan tanaman dengan irigasi PVC jauh lebih baik. Tanaman yang disiram manual baru setinggi 20-30 cm pada umur sama. Padahal, pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis yang sama. Menurut Sutrisno, sistem irigasi menggunakan teknik siram paralon menjamin tanaman bebas layu fusarium dan busuk pangkal batang. Cendawan hanya berkembang dalam kondisi lingkungan akar jenuh air atau terlalu lembap. “Dengan teknik ini lingkungan akar, terutama pangkal batang dapat dijaga kelembapannya.” Apalagi air telah diberi fungisida sebelum dialirkan ke lahan.
Sistem penyiraman yang sangat Sederhana
Cara penyiraman ala Sutrisno tergolong sederhana. Ia hanya menempatkan pipa PVC berdiameter 3/4 inci di bawah mulsa plastik, tepat di bagian tengah bedengan. Panjang paralon mengikuti ukuran panjang bedengan. Sutrisno menyambung 2 ujung pipa berukuran 4 m untuk mengairi bedeng sepanjang 7 m. Posisi PVC dibuat miring ke arah sisi luar lahan. Tujuannya agar air gampang mengalir hingga ke ujung pipa. PVC diberi lubang-lubang kecil berdiameter 5 mm pada posisi menyilang di kedua sisi berlawanan. Jarak antarlubang pada satu deret sisi yang sama 15 cm. Lubang pada sisi seberangnya dibuat menempati posisi di antara kedua lubang. Ujung pipa di posisi rendah disumbat agar air dapat memancar keluar melalui lubang-lubang kecil itu. Ujung yang lain dibiarkan terbuka untuk tempat memasukkan selang air. Air dialirkan menggunakan selang PE berukuran 1/2 inci yang berhubungan langsung dengan mesin pompa. Pada bagian ujung selang dipasang pipa penyambung untuk memudahkan memasang atau mencabut selang ke dalam PVC. Untuk mempercepat penyiraman, di ujung selang dipasangkan PVC berbentuk T agar 2 bedengan dapat disiram sekaligus. Pada saat tanaman akan disiram, Sutrisno cukup membuka keran yang ada di mesin pompa. Setiap bedengan dialiri air selama 1 menit. Setelah itu selang tinggal dicabut untuk dipindahkan ke PVC di bedeng berikutnya. Dengan begitu, penyiraman tidak memerlukan banyak tenaga. Selain itu, “Pemakaian air dapat dihemat, hanya 25% dari volume penyiraman manual,” ujarnya.
Sistim Irigasi Menggunakan Bahan Yang Mudah Di dapat
Instalasi jaringan pengairan itu lebih sederhana daripada Sistem irigasi tetes. Rumah pompa tanpa tangki pupuk dan injektor. Filter-filter khusus dan regulator pengatur tekanan yang diwajibkan untuk sebuah unit irigasi tetes modern pun tak tersedia di sana. Ia hanya menyiapkan bak-bak terbuka sebagai penampung air. Sumber air diambil dari saluran irigasi teknis yang mengalir di depan rumah. Sebelum dialirkan ke lahan, air dialirkan ke kolam pengendapan. Seminggu sekali lumpur di kolam itu dibuang keluar. Dari kolam pengendapan, air masuk ke kolam penampungan. Volume air di kolam penampungan diusahakan cukup untuk mengairi lahan selama 1-2 minggu. Selanjutnya air dialirkan ke bak treatment berukuran 1,5 m x 2 m dengan kedalaman 1,5 m. Setiap 2 minggu sekali air di bak itu ditambahkan 1-2 genggam fungisida. Setelah itu barulah air dipompakan ke lahan menggunakan pompa rumahtangga bertenaga 100 watt. Bak treatment juga dipakai sebagai wadah melarutkan pupuk saat pemupukan berlangsung seminggu sekali. Setiap 10 hari lahan digenangi air sampai setinggi 20 cm dari permukaan bedengan. Tujuannya, agar kondisi lembap dapat merata di semua sisi bedengan. Dengan begitu perakaran dapat tumbuh merata ke segala arah.