Sistim Filter Kolam Koi Sederhana

  • 4 min read

Kolam yang dibangun di kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang itu mirip kolam pamer di Negeri Sakura. Dibangun di dalam ruangan berukuran 12 m x 36 m. Di sana terdapat 17 kolam. Ada 12 kolam berukuran 2 m x 5 m dan 5 kolam berukuran 5,5 m x 10 m. Semua berbaris rapi di sisi kiri dan kanan ruangan secara paralel. Total jenderal air yang dibutuhkan untuk mengisi kolam itu mencapai 800 ton. Tidak ada satu pun kolam yang saling berhubungan. Setiap kolam memiliki aliran air sendiri, lengkap dengan sistem filternya. desain kolam koi menggunakan Sistem filter dibentuk berupa parit mengelilingi separuh petak kolam. Ia menjadi pembatas antarkolam. Selain kolam utama itu terdapat pula kolam penampungan dan pengolahan air berkapasitas 40 ton. Sebelum mengisi kolam, air diproses terlebih dahulu di kolam itu. Dengan begitu kualitas air benar-benar layak pakai. “Sistem pengolahannya mirip pengolahan air PAM,” tutur Erick. Susunan filter kolam koi dibuat permanen dengan tinggi dinding mencapai 5 m. Sekitar 2/3 tinggi bangunan menggunakan beton. Sisanya berupa kawat ram. Rangka-rangka atap menggunakan metal. Atap berupa bahan solarguard dilapisi shading net sebagai plafon tempel.

Serba otomatis

Erick Jonathan membangun kolam di sudut halaman gudang bahan baku pabriknya. Chiller-pendingin air, alat pengontrol volume air, dan filter yang bekerja sistem vortex, melengkapi kolam. Semuanya bekerja secara otomatis untuk menjamin kualitas air tetap baik sepanjang hari. Pendingin air yang dipasang di setiap sudut kolam aktif sepanjang pagi hingga sore. Fungsinya menjamin air tetap dingin seperti di tempat asalnya di Jepang. Sedangkan pengontrol volume air dipasang di dinding setiap kolam. Alat yang bekerja dengan sistem komputerisasi itu dihubungkan dengan katup pengeluaran dan pemasukan air. Alat itu juga mengaktifkan unit pompa pada saat katup pengeluaran dan pemasukan air dibuka. Alat buatan Jerman itu otomatis akan membuka saluran pembuangan dari kolam setiap 4 jam. Air selanjutnya dialirkan masuk ke unit filter. Selesai difiltrasi air tidak langsung kembali ke kolam melainkan masuk ke kolam penampungan. Pada saat bersamaan air baru masuk menggantikan air yang keluar. Dengan begitu volume air tetap stabil. “Paling tidak setiap 4 jam 5% air kolam berganti,” kata ayah 3 anak itu.

Delapan bilik

Kolam koi milik Erick menggunakan sistem vortex. Hanya saja, ia mengkombinasikan dengan sistem filterisasi yang banyak dikembangkan di Amerika Serikat. Menurut Erick, sistem yang dipakai merupakan pengembangan mutakhir dari sistem vortex. “Model ini kini banyak dipakai di kolam-kolam Jepang,” paparnya. Sistem filter kolam koi yang dibangun Erick menggunakan 8 chamber (bilik, red) yang tersusun seri. Artinya, chamber pertama dihubungkan dengan pipa PVC ke chamber kedua, chamber kedua berhubungan dengan chamber ketiga, begitu seterusnya. Dipasang pula pipa pembuangan di dasar masing-masing chamber untuk membuang kotoran yang mengendap di dasar chamber. Air dari kolam terlebih dahulu masuk ke chamber pertama yang dibuat berbentuk segi empat. Tidak terdapat materi filter apa pun di situ. Fungsinya hanya untuk menampung air sebelum masuk ke sistem filter. Dari sana air masuk ke chamber kedua yang dibuat membulat melalui bagian samping dinding. Otomatis air berputar di dalam chamber dan membuat kotoran mengendap di bagian dasar untuk dibuang keluar. Air di bagian atas disaring di chamber ketiga yang sudah dipasangi brush pada bagian atasnya. Bentuknya masih membulat untuk memungkinkan air berputar. Sisa kotoran berat akan mengendap, sedangkan kotoran ringan yang mengapung menempel di bulu-bulu brush. Selanjutnya air masuk ke chamber keempat yang berbentuk persegi empat.

Koi jepang

Ada 3 lapisan filter di chamber itu. Di bagian dasar terpasang zeolit, bioball di tengah, dan brush di lapisan atas. Setelah itu air masuk ke chamber berisi zeolit dan bioball lalu disaring lagi dengan bioball dan brush di chamber keenam. Dari sana air masuk lagi ke chamber berisi bioball dan zeolit. Terakhir air melewati tumpukan batu apung yang ada di chamber delapan sebelum dipompakan masuk ke kolam penampungan. Pada keempat sisi dinding setiap chamber itu masih dipasangi brush untuk menjaring kotoran yang masih lolos. Praktis air hasil filterisasi benar-benar bersih dan teijamin kualitasnya. Dengan kondisi air seperti itu Erick tak ragu melepas koi-koi berkualitas di sana. Buktinya, ratusan koi bernilai total lebih dari Rp 1-miliar dari sebuah farm di Maruyama, Jepang, kini menghuni kolam-kolam itu. Lebih dari 11 jenis koi berbagai ukuran ada di sana. Mulai dari kohaku, sanke, showa, ogon, hingga budo goromo. Mereka tampil maksimal di kolam showroom terbesar di Indonesia itu. Itu karena kualitas air yang tetap terjaga sepanjang hari