Solusi Telur Perkutut Gagal Menetas
- 4 min read
Dua telur di kandang Gofir yang berisi pasangan WAT 366 Cleopatra dan Turbo gagal menetas. Pasangan Leo 5653 Portugal dan Tow 147/S26 di kandang Sem juga mengalami hal serupa. Itu membuat Dicky Tiono, sang pemilik Nuh Bird Farm resah.
Kejadian itu meluas ke kandang-kandang perkutut lain. “Dua bulan berturut-turut banyak telur gagal menetas,” ucap Dicky. Saat itu, Maret 2002, kegagalan mencapai lebih dari 50%. Padahal, sejak Oktober 2001 ia bersusah-payah memburu perkutut trah juara untuk dijadikan indukan.
Hal serupa dialami Awih yang mulai merintis farm perkutut sejak 1994. Telur pasangan Wat 2 Berlian (betina) dan Jordy 6A Dayana (jantan) di kandang Bakardi lebih dari 18 hari tidak menetas. Ketika dideteksi dengan senter piyik sudah jadi.
Tidak hanya kandang Bakardi, sebagian besar perkutut di kandang lain mengalami hal yang sama. Pemilik Jordy Bird Farm itu pusing memikirkan solusi. Dari 1994-1999 penetasan telur tidak stabil. “Setiap musim panas tiba, kegagalan telur menetas bisa mencapai 75%,” kata pria asal Tangerang itu.
Penurunan daya tetas kerap terjadi saat kemarau. Diduga suhu sangat panas pada siang hari sebagai pemicu. Apalagi di sekitar farm minim pepohonan yang dapat meredam teriknya sinar matahari. Suhu terlampau tinggi dan kelembapan rendah, di bawah 60%, berdampak telur mengalami dehidrasi. Embrio mati sebelum waktunya menetas atau piyik tak mampu keluar cangkang. Idealnya suhu berada pada kisaran 20-28°C.
Aluminium (oil diletakkan di atas sarang)
Penangkal panas
Itu dulu. Kini Awih dan Dicky tidak pusing lagi. Semua telur perkutut menetas 100% walau suhu di luar kandang sangat tinggi. Kuncinya, menyiasati suhu. Dengan teknik sederhana suhu tinggi di kandang perkutut dapat ditekan.
Dicky memasang aluminium foil di atap kandang, sehingga panas matahari dapat diredam. Lembaran berwarna perak mengkilap berfungsi memantulkan sinar infra merah.
“Setelah menggunakan aluminium foil, semua telur bisa menetas,” ucap Dicky. Ayah 2 anak itu memilih aluminium foil terinspirasi rumah walet. Rumah-rumah walet menggunakan aluminium foil agar ruangan dingin dan lembap.
Aluminium foil 1,35 m x 22,25 m seharga Rp2.365.000, cukup untuk 74 kandang. Lembaran aluminium foil dipotong 60 cm x 68 cm dan ditempelkan di atas tripleks setebal 9 mm. Tripleks diletakkan tepat di atas sarang di bawah reng. Cara ini efektif menangkal panas dan hemat karena tahan lama.
Bahan lain juga bisa digunakan, seperti tegel/keramik, tripleks, dan gipsum. Agar sejuk jarak antara kandang dan atap sekitar 40-60 cm sehingga aliran udara lebih baik.
Selain kandang bersih, suhu juga turun.
Teknik lain adalah penyiraman 1-3 kali sehari, tergantung cuaca. Semakin tinggi suhu, penyiraman sebaiknya semakin sering. Biasanya dimulai pukul 12.00. Cara ini membantu meningkatkan kelembapan hingga 60-70%. Lakukan sampai lantai kandang basah dan udara di kandang terasa sejuk. Jika lantai kering dan suhu naik lagi, penyiraman diulang.
Gunakan selang saat penyiraman sambil membersihkan lantai kandang. Bisa juga menggunakan sprinkler yang dipasang di atas asbes. “Perkutut suka main hujan, tetesan air dari sprinkler membuat mereka senang,” papar Awih.
Sprinkler dipasang berjajar di atas kandang dengan jarak antarsprinkler 3 m. Ia menggunakan jet pump untuk mengalirkan air ke selang. Saat sprinkler dinyalakan, air memancar membasahi asbes dan sebagian kandang yang tidak tertutup atap.
Beberapa perkutut terlihat sengaja membasahi diri di bawah tetesan air. Secara bergantian, sprinkler dinyalakan hingga pukul 16.00. Parit di sekitar kandang juga mambantu menurunkan suhu.
Jika kandang dialasi pasir, siram hingga basah. Pasir membantu menurunkan suhu kandang. Ia bisa menyimpan air dalam waktu lama ketimbang plesteran atau cor. Pasir sungai bisa digunakan dicampur dengan pasir beton. Sebarkan secara merata setebal 15 cm. Asal bersih pasir laut bisa sebagai pengganti. “Jangan lupa setiap 2-4 minggu, pasir harus dibalik,” tutur Awih.
Belajar dari pengalaman
Dengan alomonium foil suhu kandang stabil 28-29°C. Semula 37- 38°C. “Saya belajar banyak hal dari hobiis perkutut senior,” ujar Dicky.
Sama seperti Dicky sebelum menemukan teknik itu Awih sempat mencoba berbagai cara. Dulu pada 1994 ia memiliki 2 kandang perkutut. Kandang pertama berlantai cor dan kandang kedua dilapisi pasir. Ternyata produksi telur perkutut kandang kedua lebih bagus. Wajar, “Di alam, perkutut senang membenamkan sebagian tubuhnya ke dalam pasir dan mandi hujan,” kata Awih. Oleh karena itulah pada 1999 semua kandang dilapisi pasir dan dipasang sprinkler.
Situasi kandang dibuat mendekati habitat aslinya. Misalnya, di dalam ada tanaman kendati perdu. Cara itu ternyata memberikan hasil cukup bagus. “Sekarang saat musim panas tiba, saya sudah tidak khawatir lagi,” ucapnya sambil tersenyum.