Super Merah Jawara di Formosa

  • 3 min read

Gedung World Trade Center Taipeh, Taiwan, pukul 10.00. Di lantai dasar bangunan megah siang itu tampak hening ketika 5 juri memasuki deretan 60 akuarium yang berjajar rapi. Sesekali telunjuk tangan kanan yang dibengkokkan mirip angka 7 diketuk-ketukkan di dinding akuarium. Dari balik kaca arwana super red itu meliuk-liuk mempertontonkan keindahan tubuh. Pita kuning-menyerupai garis polisi-mengelilingi deretan akuaraium 120 cm x 60 cm x 40 cm. Di sisi pita itulah ratusan pengunjung menyaksikan penjurian dengan tenang. Suasana tertib. Meski dikutip Rp200.000 per kepala mereka tampak antusias. Itulah sebagian pemandangan pada kontes perdana arwana. Masing-masing juri datang dari Indonesia, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Edwin anggota Asosiasi Pengusaha Ikan Hias Indonesia salah satu juri pada kontes itu. Mereka memasuki arena kontes setelah upacara pembukaan berlangsung di gedung sama. Satu per satu akuarium didatangi. Pengamatan cermat pun berlangsung untuk setiap peserta. Ikan hias yang naik daun sejak 1980-an itu baru pertama kali dikonteskan. Di akuarium nomor 16 arwana super red sepanjang 60 cm itu meliuk-liuk mendekat juri setelah dinding akuarium diketuk beberapa kali. Warna merah tubuhnya tampak mencolok. Pukul 14.00 waktu setempat ketika para jawara diumumkan arwana milik PT Munjul Prima Utama (MPU) itu dinobatkan sebagai juara ke-2 kelas dewasa. Ia berhak atas sejumlah hadiah serta trofi. Untuk kelas serupa juara I jatuh ke tangan arwana tuan rumah.

4 kelas

Arwana milik MPU yang mewakili Indonesia itu memang pantas menyandang gelar terhormat. Penampilan ikan siluk di ajang dunia itu memukau. Warna merah menyala di sekujur tubuh, termasuk ekor. Ekor mengembang, warna cerah, dan tidak pecah. Ring-bagian tepi sisik- mengkilap kelebihan lain sang jawara. Tubuh arwana juga tampak proporsional. “Gayanya juga bagus. Ibarat artis ia pandai berakting di depan kamera,” kata Suwandi dari MPU yang turut hadir pada kontes itu. Saat penjurian berlangsung memang gaya arwana diabadikan dengan kamera. Keistimewaan lain, mata simeteris, tidak turun; sungut, lurus. Kontes yang diselenggarakan oleh Asia Pacific Ornamental Fish Union (AOFU) itu terbagi atas 4 kelas, dewasa, remaja, arwana golden, dan arwana antik. Kontes monumental itu diikuti 60 peserta dari berbagai negara Asia. Pembagian 2 kelas pertama berdasar ukuran panjang tubuh ikan, bukan umur. Arwana dengan panjang tubuh lebih dari 40 cm masuk kelas dewasa; 20-40 cm, kelas remaja. Kelas ketiga khusus diperuntukkan bagi arwana golden. Jenis itu diberi kelas khusus lantaran banyak penggemar di Taiwan. Sementara kelas terakhir, diiisi oleh arwana-arwana unik yang umumnya lahir cacat seperti arwana ekor kumpai. Jumlah peserta untuk masing-masing 20 untuk kelas remaja dan golden, 16 ekor kelas dewasa, dan 4 ekor di kelas antik. [caption id=“attachment_20629” align=“aligncenter” width=“1511”] Arwana super red[/caption]

Puasa 9 hari

Kemenangan satu-satunya duta Indonesia itu sudah diramalkan Suwandi sejak awal. Meski di MPU arwana itu hanya ikan “kelas dua”, tetapi penampilan sangat bagus. Kriteria penilaian juri adalah gaya, mata, sungut, ring, tubuh, dan ekor. Sayang, juri tak mengumumkan perolehan nilai masing-masing peserta pada akhir kontes. Kontes serupa rencananya diselenggarakan pada 2003 di Bali. Sebelum diberangkatkan ke Ilha Formosa-sebutan lain untuk Taiwan-arwana mesti dipuasakan seminggu. Scleropages formosus itu malahan tahan puasa hingga sebulan. Ikan dikemas layaknya akan diekspor. Tiba di Taiwan 8 Agustus pukul 22.00, ia belum juga diberi pakan. Baru keesokan harinya ikan menikmati kelezatan gupy. Usai kontes arwana itu dipamerkan selama sepekan. Decak kagum pengunjung berhamburan untuk arwana berumur 5 tahun itu.