Terapi Ketergantungan Narkoba Lewat Herbal Alami

  • 4 min read

Di sofa sebuah kantor polisi di Jakarta Selatan, seorang gadis tengah meregang kesakitan. Kedua matanya terpejam erat dengan gigi terkatup rapat dan rona muka meringis. Kedua kaki saling dililitkan sementara tangan mengepal. Seorang temannya berusaha menyadarkan dengan mengusap-usap wajah si gadis yang terus meronta. Adegan itu cuplikan berita kriminal stasiun televisi swasta di layar kaca. Polisi berhasil menciduk peserta pesta narkoba dan para pelaku diangkut ke kantor polisi, termasuk sang gadis yang masih sakaw. Tiba di kantor polisi, si gadis masih terus mengerang kesakitan. Ia tetap kelojotan, tidak peduli lingkungan sekitar, termasuk adanya pengambilan gambar oleh kameramen televisi. Padahal, biasanya pelaku kriminal serta-merta menutup wajah bila kameramen in action. Pengidap ketergantungan pada narkotika dan obat-obatan terlarang memang sangat menderita saat ketagihan alias sakaw. Seluruh bagian tubuh terasa nyeri hingga ke tulang. Malangnya, obat-obat analgetik (penghilang rasa nyeri) tidak mempan menumpas rasa sakit.

Efek Toxicity/Toksisitas Yang Merusak

Kala sakit luar biasa mendera, pecandu narkoba menjadi nekat. Ia siap mencuri, menipu, bahkan tega membunuh orang demi mendapat uang untuk membeli barang haram. Apa pun dilakukan demi memperoleh kenikmatan sesaat sekaligus menghilangkan sakit. Begitu pil setan ditelan atau disuntikkan, lenyap penderitaan dan berganti kenikmatan sesaat. Penderita merasa tubuh segar kembali dan bebas beraktivitas seperti orang normal. Sayangnya, ketika darah kembali menagih “jatah” narkoba, kejadian seperti di atas berulang. Penderita kelojotan karena kesakitan. Namun rasa sakit yang mendera tidak membuat pecandu tobat. Pil setan malah membuat orang terus menambah dosis karena takaran biasa sudah tidak mempan untuk meraih mimpi. Akibat pemakaian yang tidak terkontrol, pengguna obat-obatan terlarang mengalami keracunan. Gejalanya, badan berkeringat dingin, perut mual, mulut berbusa, pingsan, dan pada kondisi parah jiwa tidak dapat diselamatkan. Racun narkoba yang menumpuk dalam darah, menuntut pecandu meningkatkan dosis pemakaian. Mereka tidak lagi memperhitungkan rusaknya organ dalam seperti hati (liver), jantung, ginjal, bahkan otak. Pada dosis lebih tinggi, racun masuk ke dalam jaringan syaraf atau pembuluh darah otak melalui liver. Akibatnya, pengidap menjadi gila dan amat sulit disembuhkan. Sayangnya, menghilangkan ketergantungan pada obat-obatan terlarang tidak semudah membalik telapak tangan. Memang banyak klinik-klinik perawatan bagi pasien ketergantungan narkoba, tetapi cara penanganan mereka menurunkan minat pasien berobat. Di tempat seperti itu, penderita amat tersiksa. Saat sakaw, kaki dan tangan diikat, lalu direndam dalam air dingin. Pesakitan harus pasrah atas kondisi yang dialami selama berbulan-bulan. Upaya itu memang mengurangi ketergantungan, tapi tidak menghilangkan racun narkoba dalam tubuh.

Obat tradisional Dari Cina

Kini pasien ketergantungan obat-obatan terlarang tidak perlu menderita untuk sembuh. Ketergantungan bisa dihilangkan tanpa harus tersiksa. Berita baik itu berembus dari Cina. Prof Dr Li Hesong dari Quanzhou, Provinsi Fu Jian, menciptakan obat penyembuh ketergantungan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat aditif). Penulis mengenalnya lewat Li Shan, manajer sebuah perusahaan farmasi di Quanzhou, tempat Prof Dr Li Hesong bekeija. Untuk mendapat hasil maksimal ahli herbal itu melakukan uji coba selama 11 tahun. Obat tradisional Cina itu 100% berbahan baku tanaman dan hewan. Komposisinya terdiri atas Panax ginseng 10, 54% (lu tongsheng), Panax guinguefolius 4,22% (xi yangsheng), Astragalus memdraneaus 10, 54% (jiu huangqi), Atratylodes macrocephalakoide 6,33% (baishu), Angelica sinensis 4,22% (dang gui), Rehmannia glutinosa 6,33% (su di), Ophiopogon japonicus 5,05% (maitong), Ostrea riularis gaula 5,33% (tiram muli), Glycyrrhiza uralensis 5,0% (gancao), Ziziphus jujuba 6,75% (shuan zhongren), dan Pantocrini horn 10% (lu rong qing-tanduk rusa). Prof Li mengolah masing-masing bahan pada suhu dan waktu berbeda. Contohnya, Rehmannia glutinosa alias su di, dimasak dalam air bersuhu maksimal 62°C selama 32 jam. Bahan lain direbus dalam air dengan suhu maksimal 70°C dalam waktu 55 jam. Ada juga yang dimasak selama 6 jam pada suhu 90°C. Semua proses dilakukan di laboratorium sehingga lebih cermat. Racun-racun narkoba lebih cepat hilang. Dengan pemanasan, ramuan berkhasiat maksimal dan zat yang tidak dibutuhkan tubuh keluar. Kandungan kimianya efektif memusnahkan racun dalam darah manusia dan membentuk sel darah baru yang sehat.

Ketergantungan Narkoba Tuntas 8 hari

Semua herbal yang telah dimasak dicampur menjadi satu. Masak kembali dengan api kecil hingga panas mencapai 80°C dan air menyusut hampir 65%. Bahan itu kemudian disterilisasi dan dikemas dengan kantong plastik khusus dari Korea. Satu kantong diisi 190 cc ramuan. Itu takaran untuk sekali minum. Jamu diberikan pada pasien setiap 4 jam. Tiga hari kemudian darah penderita diperiksa di laboratorium. Hasilnya, darah pecandu bebas dari segala jenis racun narkoba. Pasien dianjurkan melanjutkan minum obat selama 5 hari untuk memulihkan fungsi organ dalam tubuh. Dengan pengobatan itu, penderita cukup mengikuti perawatan selama 8 hari. Saat racun hilang, lenyap pula efek ketagihan sehingga pasien tidak mengalami sakaw alias kesakitan. Pengobatan ala Cina itu kini diterapkan di Klinik Citra Insani, Sukabumi, tanpa pungutan biaya inap dan pemeriksaan dokter.