Karina Suwandi Ayunan Cangkul sang Model

Karina Suwandi Ayunan Cangkul sang Model

Malam itu penampilan Karina Suwandi sungguh anggun. Gaun rancangan Oscar Lawalata membalut tubuhnya nan tinggi semampai. Diiringi dentuman musik, kaki jenjangnya melangkah menelusuri catwalk. Esok hari, usai sarapan giliran kebun di samping rumah yang digarap. Dengan cangkul di tangan ia mulai mengaduk-aduk tanah. Ia tak hirau dengan terik matahari yang menyengat kulit putihnya. Kegiatan itu berlangsung hingga petang menjelang. Jam dinding menunjukkan pukul 09.00. Mengenakan kaos, celana pendek, dan sandal jepit Karina melangkah ke greenhouse di samping rumah. Tangan kanan menenteng kursi lipat dan di pundak kirinya tergantung radio kecil. Penampilannya sangat sederhana, berbeda dengan semalam. Tak ada polesan bedak dan lipstik di wajah. Begitu tiba di greenhouse berukuran 8 m x 4 m itu ia langsung menyiapkan peralatan berkebun. Pot-pot kecil berwarna hitam, Lain di catwalk lain di kebun plastik polibag, sekop kecil, dan cangkul tersimpan rapi di belakang greenhouse. Diamatinya satu demi satu deretan polibag dan pot berisi aneka sayuran. Tangannya meraih sebuah polibag berisi red lecttuce. “Ini medianya sudah lama tidak diganti. Makanya daunnya kurus,” katanya sembari memegang tanaman. Diiringi alunan lagu, Karina pun mulai beraksi. Pot kecil berdiameter 20 cm pun disiapkan. Tanpa ragu-ragu tangannya mengaduk media dalam karung di sudut greenhouse. Setelah media siap, tanaman dipindahkan. Semua dikerjakan nyaris tanpa hambatan. Usai bongkar-pasang pot, Karina pindah ke petak kecil di depan greenhouse. Petak berukuran 2 m x 3 m itu ditanami aneka cabai. Dengan lincah tangannya mengayun cangkul seluwes langkahnya di catwalk. Peluh mengucur membasahi tubuh. Aktivitas itu dijalani hingga makan siang tiba.

Rumah kedua

Setelah beristirahat sejenak Karina kembali beraktivitas di kebun. Greenhouse itu bak rumah keduanya. “Kebun tempat favoritku ketimbang kamar tidur. Udaranya segar dan lebih adem, ’’ujar wanita kelahiran Jakarta 31, tahun silam. Tak heran jika Karina rela menghabiskan separuh waktunya di kebun. Sayangnya sudah hampir 2 bulan greenhouse tengah direnovasi. “Rencananya jenis sayuran yang ditanam diperbanyak dan greenhouse diperluas,” ungkapnya. Kebun itu dibangun di atas “bukit” setinggi 8 m sejajar dengan rumah. Untuk meninggikan areal itu dahulu Karina menimbun tanah hingga bertruk-truk. Alhasil dalam setahun pemandangan lahan seluas 4.000 m di Ciputat, Jakarta Selatan, itu menjelma bak bukit dan jurang. Dari atas bukit tampak puluhan palem setinggi lebih dari 15 m menghampar. Di tengah-tengahnya empang berisi gurami, nila, dan mengelilingi kebun bawah. Pohon salam menjulang di sela- selanya. Kenikmatan menggarap kebun itu juga dinikmati oleh ayah, ibu, dan 2 kakaknya. Ir Suwandi, ayah tercinta kerap membantu mengumpulkan daun salam kering untuk diolah menjadi pupuk. Ibunda, Edith Hyskova dan Romi Suwandi, kakak, ikut menyiram atau menyiangi. “Semua turun tangan. Maklum di sini ngga punya tukang kebun,” tutur anak bungsu dari 3 bersaudara itu.

Kebun Organik

Toh perawatan tanaman itu tak merepotkan. Pasalnya semua sayuran itu dipelihara tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Karina memanfaatkan daun-daun kering sebagai pupuk. Jika ada tanaman yang terserang hama dan penyakit segera disingkirkan. “Niatnya mau organik tapi kecil-kecilan,” ujar penggemar jetski itu. Tanpa bahan kimia pun semua koleksinya tumbuh subur. Hasil kebun dinikmati seluruh anggota keluarga. Mau pakchoi, rocula, parsley keriting, oleander, pink paper corn, red lettuce, daun bawang, daun ginseng, atau kucai tinggal petik di kebun. Favorit Karina daun ginseng. “Paling sedap ditumis dengan bawang putih. Daun terasa lebih segar, renyah, dan manis,” ucapnya. Teman-teman sesama model pun kerap singgah ke kebun sekadar mencicipi sayuran buah tangan Karina. “Mereka ketagihan masakanku,” guraunya. “Dari 3 putriku hanya Karina yang tertarik berkebun,” papar Suwandi. Kecintaan pemilik nama lengkap Karinka Suwandi terhadap produk organik sudah tertanam sejak kecil. Itu karena kerap mengikuti sang ayah yang gemar berkebun. Karina memiliki masalah dengan perut. “Jika mengkonsumsi makanan yang kurang segar, perut jadi melilit,” keluhnya. Itu sebabnya hingga dewasa kebiasaan menyantap pangan organik terus berlanjut. “Saya bukan mania orgdftik. Namun sebisa mungkin organik,” tuturnya, selain sayuran dari kebun Karina mendapatkan produk organik lain dari Ranch supermarket. Menurutnya sekarang mencari produk organik lebih gampang dibanding 5 tahun silam. Pasar swalayan dan gerai khusus organik bertebaran di mana-mana. Itu sebabnya saat belanja ia jarang memborong sayuran itu. Beli secukupnya agar tetap segar.

Enggan berpisah

Di luar rumah pun Karina terbiasa mengkonsumsi sayuran dan buah segar. Saat Trubus temui di salah satu kafe di Jakarta Selatan ia memesan sari jeruk yang diperas tangan dan tanpa pemanis. Baginya itu lebih segar dan sehat. Jika show di luar kota pun Karina lebih memilih jalan-jalan ke kebun organik ketimbang pusat perbelanjaan. Di kebun itu ia tak sekadar jalan-jalan, Karina mengorek berbagai informasi tentang berkebun organik. Sejak berkutat di kebun 2 tahun silam Karina enggan ke luar rumah. Kini bintang sinetron yang sibuk sebagai konsultan di suatu event organizer mulai mengurangi show dan syuting. Alasannya ia tak mau berlama-lama meninggalkan kebun. Suatu ketika gara-gara ditinggal di Bali selama 1,5 bulan tanaman kesayangannya itu merana. Padahal hampir 3 hari sekali Karina memantau lewat telepon. Setibanya di Jakarta Karina langsung merawat tanamannya. Dalam seminggu tanaman kembali segar. “Tanaman itu terlanjur akrab dengan tanganku,” ujarnya sambil tersenyum. Resikonya sebelum show Karina harus menyikat kuku tangan dan kakinya.

Share on:

Yudianto
Yudianto Yudianto, penulis aktif di Budidayatani dan Mitrausahatani.com, memiliki hobi di bidang pertanian. Ia sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani, berkontribusi untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif.
comments powered by Disqus