Melaju Dengan Bahan Bakar Minyak Jarak Murni

Melaju Dengan Bahan Bakar Minyak Jarak Murni

Kandungan minyak jarak Murni ternyata Berpotensi untuk dirubah sebagai bahan bakar alternatif. Melintasi perbukitan Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, yang bertemperatur 13°C, laju mobil Mitsubishi Strada L-200 tersendat. Indikator stasioner di dashboard terlihat naik-turun. Artinya, ada masalah pada suplai bahan bakar. Kap mesin dibuka, kerusakan pun terungkap. Mesin tak mendapat aliran air pendingin ke radiator lantaran konverter tak berfungsi. Temperatur udara rendah mengakibatkan mesin secara otomatis menutup aliran cairan pendingin ke radiator, sehingga mesin tidak bekerja secara efisien. Fenomena itu terjadi saat Jatropha Expedition menempuh jarak 3.000 kilometer dari Atambua Jakarta selama 9 hari. Tujuannya membuktikan Jatropha curcas memang layak diolah menjadi bahan bakar campuran maupun pengganti solar. Bangun, pemimpin ekspedisi. Namun, ketika suhu rendah aliran cairan pendingin ke radiator terhambat. Otomatis konverter tak mendapatkan energi panas untuk menurunkan viskositas minyak jarak. [caption id=”attachment_15740” align=”aligncenter” width=”300”]mesin Membran filtrasi, menghilangkan
pencemar minyak jarak sekaligus menurunkan
keasaman Membran filtrasi, menghilangkan pencemar minyak jarak sekaligus menurunkan keasaman[/caption] Minyak jarak menjadi kental sehingga alirannya terhambat saat melewati filter. Kendala itu teratasi saat saluran minyak ditempelkan di luar radiator sebelum dialirkan ke konverter. Atau saluran minyak dimasukkan ke dalam ruang radiator berisi air panas. “Secara umum, kekurangan minyak jarak murni hanya kekentalannya yang masih tinggi untuk mesin diesel, makanya perlu konverter khusus,” kata Prabowo Kartoleksono, direktur PT Agraprima sebagai teknisi ekspedisi.

Biodiesel Minyak Jarak

Minyak jarak adalah sebuah minyak yang dihasilkan dari pohon jarak pagar (Jatropha curcas). Minyak ini banyak digunakan sebagai bahan bakar alternatif, karena dapat menghasilkan energi yang setara dengan minyak solar. Selain itu, minyak jarak juga memiliki beberapa keunggulan, seperti harganya yang relatif murah, serta mudah untuk ditanam dan diperbanyak. Minyak jarak merupakan salah satu bahan baku utama dalam produksi biodiesel. Biodiesel dibuat dengan mengandung minyak jarak dengan metil ester (bahan kimia), yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel. Biodiesel dapat dibuat dari berbagai jenis minyak nabati, termasuk minyak jarak, minyak kelapa, minyak jagung, dan minyak biji bunga matahari. Minyak jarak juga digunakan dalam beberapa pestisida organik. Pestisida ini dibuat dengan menggabungkan minyak jarak dengan bahan kimia lainnya, seperti sulfur, yang dapat membunuh hama tanaman dan serangga. Pestisida organik yang mengandung minyak jarak juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama di rumah, seperti tikus dan kutu. Selain itu, minyak jarak juga sering digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai penyakit, seperti batuk, pilek, dan asma. Minyak jarak dapat diminum atau disuntikkan ke dalam tubuh, dan juga dapat dioleskan ke bagian tubuh yang sakit. Bahan bakar minyak jarak telah lama digunakan sebagai bahan bakar alternative untuk kendaraan. Selain itu, minyak jarak juga dapat digunakan untuk menghangatkan rumah atau untuk memasak. Minyak jarak sendiri adalah minyak yang dihasilkan dari pohon jarak pagar. Oleh karena itu, minyak jarak dapat dengan mudah ditanam dan diperbanyak. Tidak seperti bahan bakar fosil seperti bensin atau solar, bahan bakar minyak jarak tidak akan habis dan dapat terus digunakan.

Hemat Bahan Bakar Minyak

Ekspedisi melibatkan 12 orang dan 3 mobil diesel itu membandingkan keefektifan mesin dengan bahan bakar minyak nabati; Jatropha curcas 100%, campuran jarak dan solar 50%:50%, serta solar 100% solar. Setelah jarak tempuh 1.000 kilometer, di Larantuka-Labuan Bajo, jumlah konsumsi bahan bakar dan jarak tempuh dibandingkan. Ditemukan penggunaan minyak jarak 100% boros jika dibandingkan campuran 50:50 maupun 100% solar. “Perbandingannya sangat jauh,” kata Tantyo. Pada mesin diesel Mitsubishi berbahan bakar 100% minyak jarak pagar, 1 liter habis setelah jarak tempuh 7,4 km. Sedangkan pada komposisi 50:50, 1 liter habis untuk 9,06 km, mirip mesin diesel 100% solar yang menghabiskan satu liter untuk 9,07 km. Awalnya, Prabowo beranggapan minyak Jatropha curcas memiliki low heating value yang menyebabkan pembakaran minyak jarak menghasilkan energi rendah. Namun, saat perjalanan berakhir di Jakarta pendapat itu ditampik. Sebab, konsumsi bahan bakar kembali dihitung. Hasil pengukuran menunjukkan mobil diesel berbahan bakar 100% minyak jarak menghabiskan 29 liter untuk jarak 274 kilometer. Itu berarti satu liter minyak jarak murni habis dalam 9,4 kilometer. Penggunaan bahan bakar campuran 50:50 menghabiskan bahan bakar sebanyak 31,5 liter atau 1:8,7. Mobil berbahan 100% minyak solar dengan jarak tempuh 301 kilometer menghabiskan solar 35 Liter (1:8,6). Hal itu disebabkan efek pelumasan pada mesin berbahan bakar nabati terbukti lebih tinggi. Lantaran kental, mesin tak perlu dipanaskan terlalu tinggi. Makanya, konsumsi bahan bakar dapat ditekan.

Solusi Bahan Bakar Alternatif

Minyak Jatropha curcas yang berada di tangki mobil Mitsubihi bernomor polisi B 9711 WU itu 100% bukanlah biodiesel. Artinya, minyak yang dipakai tidak mengalami beberapa tahapan proses lanjutan setelah diperas dari daging buah Jatropha curcas. Minyaknya berupa minyak jarak murni tanpa proses esterifikasi dan transesterifikasi. Ia langsung dimasukkan ke dalam tangki dan menjadi sumber energi penggerakan mesin sehingga kendaraan melaju. Warna minyak jarak murni itu kuning muda dengan bilangan iodin tinggi, 105,2 mg/iodin/g. Itu menunjukkan tingginya kandungan minyak tak jenuh. Uji komposisi asam-asam lemak minyak jatropha dilakukan oleh Dr Robert Manurung di Pusat Penelitian Bioteknologi, Institut Teknologi Bandung. Hasilnya menunjukkan jenis asam lemak minyak jarak murni mirip minyak biji lain untuk bahan bakar. “Proses esterifikasi tidak ekonomis,” kata Robert. Sebab, proses itu membutuhkan zat kimia reaktan lain seperti metanol, etanol, katalis seperti kalium hidroksida dan asam klorida serta mempergunakan berbagai peralatan pendukung. Waktunya butuh 2 sampai 3 jam pada tekanan atmosfer tertentu. Setiap tahapan memerlukan kondisi berbeda. Tahap esterifikasi pertama pada suhu 60 sampai 70°C, sedangkan tahap kedua 30 sampai 32°C. Energi yang dikeluarkan untuk mendapatkan bahan bakar itu cukup besar. Jadi, ironis, pengeluaran energi untuk menghasilkan energi lain yang berfungsi sama. Untuk membuat bahan bakar mobil jelajah itu, Robert hanya perlu menurunkan kadar asam lemak bebas (free fatty acid/ FFA) hingga 0,077% dengan teknologi membran filtrasi. Tak perlu penambahan zat apa pun, sehingga ongkos produksi lebih murah dan efisien. [caption id=”attachment_15742” align=”aligncenter” width=”300”]Biji jarak
hasilkan 30% minyak untuk bahan bakar biodiesel Biji jarak hasilkan 30% minyak untuk bahan bakar diesel[/caption] Tiga kilogram biji seharga Rp500 sampai Rp750 per kg menghasilkan satu liter minyak jarak. Dengan ongkos pemurnian, total harga Jatropha curcas oil hanya Rp2.250 per liter. Bandingkan dengan solar maupun biodiesel yang sifatnya serupa dengan minyak jarak murni.

Tinggi Kandungan Sulfur

Nikolaus Foidl dari Nicaragua’s National Engineering University pada 1996 membuktikan nilai densitas spesifik, nilai kalor, dan bilangan cetan minyak jarak murni mirip dengan minyak diesel dan minyak jarak teresterifikasi. Buktinya, minyak jarak murni mumpuni sebagai bahan bakar mesin diesel statis di berbagai daerah di Nusa Tenggara. Generator GEP22 berbahan bakar minyak jarak murni mampu menghasilkan energi listrik sebesar 20 kVA. Nilai ini setara menerangi 18 rumah dengan 400 lampu. Saat minyak jarak murni diaplikasikan pada kendaraan, yang berubah hanya konverter. Alat itu harus dimodifikasi agar bisa menurunkan viskositas minyak Jatropha curcas .Tanpa konverter, pengabutan dalam nozel tidak sempurna. Saat diinjeksikan masuk ruang bakar mengakibatkan suplai bahan bakar terhambat. Persoalan lain yang ditemui saat ekspedisi, emisi jelaga tidak konsisten. Jelaga itu berupa sulfur hasil pembakaran minyak jarak murni yang tertumpuk pada nozel. Tes Opositas (Opacity Test) di Jakarta menunjukkan kadar jelaga mobil berbahan bakar 100% minyak jarak murni 12% lebih rendah dibanding kadar jelaga mobil berbahan bakar solar yang mencapai 62,3 persen. Sedangkan mobil berbahan bakar campuran 50% solar dan 50% minyak Jatropha curcas pun kalah jauh karena menghasilkan kadar jelaga 61%. “Nilai sulfur itu termasuk tinggi,” ujar Prabowo. Seharusnya, minyak nabati yang memiliki efek pelumasan tinggi menyebabkan alkalinitas berupa jelaga yang tersisa pada mesin lebih sedikit. Pun, kekentalan Jatropha curcas sangat tinggi, seyogyannya bisa membersihkan asam sulfat yang dihasilkan oleh pembakaran minyak bersulfur. “Minimal jelaga yang tertinggal hanya 20%,” tambahnya. Menurut Prabowo, wajar jika minyak jarak murni tanpa tambahan aditif setetes pun memiliki banyak kelemahan. Hanya tinggal satu langkah lagi untuk menggunakan biji Jatropha curcas sebagai bahan bakar. Yaitu menyempurnakan prototipe konverter mesin kendaraan dan mencari jenis pengotor minyak jarak. Dengan begitu mobil tetap nyaman saat melaju.

Share on:

Yudianto
Yudianto Yudianto, penulis aktif di Budidayatani dan Mitrausahatani.com, memiliki hobi di bidang pertanian. Ia sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani, berkontribusi untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif.
comments powered by Disqus