Babak Baru Bisnis Rebung Tanah Air

Babak Baru Bisnis Rebung Tanah Air

Pohon Bambu adalah jenis bambu yang sering ditanam di sekitar rumah. Tunas bambu yang masih muda dan belum keras disebut dengan Rebung. Rebung sering digunakan untuk berbagai keperluan, seperti sebagai media pembuatan makanan, dan sebagainya. Oleh karena itu, permintaan untuk bambu rebung sangat tinggi. sayangnya, banyak petani bambu yang kesulitan untuk memenuhi permintaan ini. Salah satu alasannya adalah karena bambu rebung sering dirusak oleh hama dan penyakit. Oleh karena itu, petani perlu menanam bambu rebung dengan hati-hati dan perawatannya. Untuk membantu petani bambu, beberapa organisasi telah mengembangkan program-program untuk meningkatkan produksi bambu rebung. Salah satu program yang sedang berjalan adalah program penanaman bambu rebung oleh anak-anak sekolah. Dengan program ini, diharapkan dapat meningkatkan produksi bambu rebung, sehingga permintaan dapat terpenuhi. Permintaan rebung bambu di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara ini. Hal ini menyebabkan harga bambu rebung terus meningkat. Untuk memenuhi permintaan ini, pemerintah telah mengizinkan pembangunan hutan bambu di berbagai daerah di Indonesia. Ini telah menyebabkan peningkatan produksi bambu rebung di negara ini. Selain itu, pemerintah juga telah meningkatkan investasi dalam sektor perkebunan bambu. Ini telah meningkatkan jumlah petani dan perkebunan bambu di Indonesia. Rebung biasanya tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 1 meter. Daun rebung berwarna hijau tua dan berbentuk lebar. Bunga rebung berwarna ungu dan berbentuk seperti kupu-kupu. Buah rebung berwarna kuning dan berbentuk seperti bola.

Iklim Yang ideal untuk menanam rebung

Tanaman rebung menyukai daerah dengan iklim sedang. Rebung dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian sekitar 1000 meter dpl. Tanaman rebung dapat tumbuh di berbagai macam tanah, mulai dari tanah gambut hingga tanah pasir. Rebung dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan sekitar 1000-2000 mm per tahun. Rebung bambu adalah sejenis sayuran yang berasal dari bambu muda. Rebusan bambu yang digunakan sebagai bahan utama rebung bambu, selain itu juga mengandung bahan-bahan seperti: serbuk kunyit, garam, dan gula merah. Makanan khas Indonesia ini, khas dari daerah Jawa Timur. Dulu, makanan ini sering dikonsumsi oleh petani sebagai sarapan pagi atau makan siang, karena selain sehat, juga mengenyangkan. Meskipun begitu, seiring dengan perkembangan zaman, sekarang rebung bambu juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas, bukan hanya petani. Hal ini dikarenakan rasa yang enak dan khas, serta kandungan gizi yang baik untuk kesehatan. Untuk membuat rebung bambu, Anda tidak perlu repot- repot, cukup dengan menyiapkan bahan-bahan di atas, lalu rebuslah semuanya hingga matang.

Permintaan pasar

“Saat ini kita masih kewalahan memenuhi permintaan Jakarta dan Surabaya,” jelas Tjondro, staf Misi Teknik Pertanian Taiwan (ROC sampai ATM). Dari permintaan 1 ton dalam seminggu, mereka baru bisa mencukupi separuhnya. Tak hanya kebutuhan lokal, pasar ekspor pun masih menunggu. “Kita masih menerima berapa pun pasokan rebung segar,” tutur Elisa, bagian produksi PT Ini Pioner. Perusahaan pengalengan rebung bambu di Karawang itu kini sedang menggarap pasar Hongkong dan Taiwan. Bisnis rebung bambu memang sudah lama digeluti. Mulai dari perusahaan besar hingga petani yang hanya menggantungkan dari hasil samping bambu. Melihat peluangnya yang masih cukup bagus, beberapa pengusaha kini menggelutinya secara serius. Darwin, manajer kebun rebung bambu di Karawang adalah contohnya. Bersama dengan investor asal Taiwan, ia membuka lahan seluas 6 ha dari 13 ha total lahan sekitar awal 1996. Jenis bambu yang dikembangkan juga berbeda dengan lokal. Jenisnya diambil dari jepang, yakni mabamboo dan green bamboo. Berbeda dengan bambu betung yang butuh waktu bertahun-tahun, kedua tanaman itu berumur genjah yaitu 8 bulan. Hasilnya pun termasuk produktif, 40kg/tahun setiap rumpunnya (berisi 3 sampai 4 batang).

Tahap Awal Mulai produksi

Lantaran kesulitan mendapatkan bibit, diperlukan waktu sekitar 2 tahun untuk pengembangan. Mereka harus membesarkan bibit asal setek dan memperbanyaknya. Kini kebun yang berlokasi di Klari ini bisa memproduksi sekitar 1,2 ton sampai 1,4 ton setiap minggunya. “Panen bisa dilakukan 2 sampai 3 kali seminggu,” jelas Sugianto. Hasil panennya langsung disetor ke pabrik untuk diolah lebih lanjut dan dikalengkan. “Mereka yang mengolah, mulai dari menguliti, membersihkan, memotong, dan sekaligus mengalengkan,” kata pria asal Madiun tersebut. Hasil kalengan langsung dikirim ke berbagai konsumen di luar negeri. Tak hanya kebun Karawang, kebun bambu di Boyolali pun memasok pabrik itu. Kebun tersebut dibawah binaan Dinas Pertanian setempat dan ROC-ATM. Pengembangan daerah sebagai sentra rebung memang dipersiapkan untuk industri pengalengan sejak 1,5 tahun yang lalu. “Tujuan utamanya adalah mendirikan pabrik prosesing dengan membidik pasar ekspor,” ucap Kung Chu Wu, expert ROC- ATM. Pasalnya Hongkong, Jepang, dan Amerika masih banyak memerlukan. “Diharapkan setelah 3 tahun luasan areal penanaman sudah mencapai 50 ha sehingga dapat memasok pabrik secara kontinu,” tambah pria asal taiwan tersebut. Budidaya Rebung Bambu Di luasan 20 ha, pekebun sebanyak 20 orang bisa memproduksi 500kg setiap minggunya. “Tiga kuintal dikirim ke Jakarta, sisanya ke Surabaya,” tutur Tjondro. Jumlah tersebut sebenarnya masih jauh dari kurang. Untuk sementara target yang diminta pasar lokal sebanyak 1 ton per minggu. Perlahan tapi pasti Wu optimis bisa meningkatkan hasil. “Dengan makin mudahnya petani mendapatkan bibit, pengembangannya sekarang relatif lebih mudah,” tambahnya.

Hanya Mengembangkan Jenis Rebung Kualitas Unggul

Jenis yang dikembangkan memang tergolong baru. “Keistimewaan rebung ini adalah kualitas rebungnya,”papar Wu, saat ditemui mitra usaha tani. Keunggulan lainnya adalah tidak berserat. Sehingga amat cocok untuk bahan baku sayuran segar, acar, campuran isi lumpia semarang, dan rebung kering. Untuk mabamboo bobot kotornya bisa mencapai 1 kg per rebung. Sesudah dikupas tinggal 850g. Sedangkan green bamboo ukurannya jauh lebih kecil. Bobot rata-rata rebung hanya 200g saja. Hingga produksinya lebih rendah. Rasa kedua jenis bambu tersebut juga amat disenangi karena manis. Namun green bamboo relatif lebih manis ketimbang mabamboo. Faktor lingkungan pun berpengaruh. “Rebung yang tumbuh di sekitar Boyolali sekitar musim kemarau terasa sangat enak dan bercita rasa khas,” kata Wu. Dalam satu hektar dibutuhkan bibit sebanyak 350 batang. Harga bibit berumur 1 tahun sekitar Rp 25.000/batang. Namun, “Petani tak perlu lagi membeli setelah menanamnya,” kata Tjondro. Mereka tinggal mengambilnya dari kebun produksi. Dari hasil tersebut petani bisa memungut hasil setelah 8 bulan penanaman. Mutu A dengan bobot 1kg sampai 2kg, dan masa petik dibawah 5 hari dihargai Rp2.000/kg. Sedangkan mutu B dengan bobot 0,5kg sampai lkg bisa laku Rp1.000/kg. Tak hanya itu, ROC-ATM sebagai penampung juga menerima bentuk awetan. “Produk awetan yang telah diolah kami terima dengan harga Rp3.000/250g,” kata Tjondro. Untuk menghasilkannya, rebung dikupas, dipotong persegi ukuran 3cm x 5cm, direbus dengan garam 18%. Selanjutnya rebung didinginkan, dibungkus dalam plastik, dipress selama 2 minggu dan terakhir dikemas dalam plastik. Produk akhir ini ternyata cukup digemari. Tak heran bila ROC mengincar untuk menghasilkan olahan tersebut.

Share on:

Yudianto
Yudianto Yudianto, penulis aktif di Budidayatani dan Mitrausahatani.com, memiliki hobi di bidang pertanian. Ia sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani, berkontribusi untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif.
comments powered by Disqus