Beragam Kendala Pemasaran Gambir Lokal Ke Pasar Internasional

Beragam Kendala Pemasaran Gambir Lokal Ke Pasar Internasional

Gambir (Uncaria) adalah sejenis pohon yang tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Daunnya digunakan untuk membuat teh dan obat-obatan tradisional. Gambir merupakan tanaman asli Indonesia. Hal ini sering digunakan sebagai bahan dalam obat-obatan tradisional dan sebagai obat alami untuk berbagai penyakit. Gambir memiliki sejarah penggunaan yang panjang dalam pengobatan tradisional Indonesia. Dikatakan efektif dalam mengobati berbagai kondisi, termasuk diare, demam, dan malaria. Gambir juga dipercaya memiliki sifat anti inflamasi dan antibakteri. Saat ini, gambir masih digunakan sebagai obat alami untuk berbagai masalah kesehatan. Biasanya digunakan untuk mengobati diare, demam, dan malaria. Gambir juga terkadang digunakan untuk meredakan gejala pilek dan flu.

khasiat gambir untuk asam lambung

Gambir telah digunakan selama berabad-abad untuk mengobati sakit maag dan gangguan pencernaan lainnya. Hal ini diyakini bekerja dengan menetralkan asam lambung dan meningkatkan pencernaan. Gambir merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati asam lambung di Indonesia. gambir dapat membantu mengurangi produksi asam lambung dan juga dapat membantu menetralkan keasaman di lambung. Gambir tersedia dalam bentuk kering, sebagai bubuk, atau sebagai ekstrak cair. ramuan itu dapat diambil secara oral atau dioleskan ke kulit. Untuk sakit maag, gambir dapat diminum dalam bentuk bubuk, dicampur dengan air, dan diminum sebelum makan. Untuk penggunaan topikal, gambir dapat dicampur dengan air dan dioleskan pada kulit. Gambir umumnya dianggap aman bagi kebanyakan orang. Namun, dapat menyebabkan efek samping seperti sakit perut, diare, dan muntah. Ramuan Ini harus digunakan dengan hati-hati pada orang dengan gangguan pendarahan atau yang menggunakan obat pengencer darah. Di pasar internasional harga gambir lokal relatif stabil. Namun, tingginya biaya pengapalan menyebabkan harga jual gambir Indonesia relatif lebih tinggi ketimbang negara pesaing. pemasaran gambir dari dalam ke luar negri pun mengalami hambatan Siapa bilang gambir cuma dibutuhkan nenek- nenek tua untuk menyirih? Getah daun pohon Uncaria gambir yang dipadatkan itu juga dicari masyarakat India. Di sana ia antara lain dimanfaatkan untuk perlengkapan upacara pernikahan, kosmetik, dan industri lain. Salah satu eksportir gambir ke negeri Anak Benua itu adalah PT Sumber Alam Peleng. Setiap tahun ia mengapalkan 3 kali ke India dan Pakistan. “Jadi empat bulan sekali buyers biasanya minta kiriman. Khusus Arab Saudi saat ini tengah kami jajaki,” tutur Managing Director PT Sumber Alam Peleng Darren Chandra. Dari 3 buyers di dua negara itu PT Sumber Alam Peleng mengirimkan sekitar 90 ton gambir setiap 4 bulan.

Pasokan Gambir Lokal Bergantung Pada Petani

PT Sumber Alam Peleng menekuni dunia pemasaran gambir lokal sejak 1995. Selain komoditas itu, perusahaan yang didirikan Darren Chandra itu juga mengekspor antara lain jahe, kapulaga, kayumanis, kemiri, dan rumput laut. Kontinuitas ekspor gambir tetap terjaga dengan mengandalkan pasokan gambir dari petani di Payakumbuh, Sumatera Barat. Walaupun PT Sumber Alam Peleng menunjuk sebuah koperasi di sana untuk membina pekebun, tetapi hanya sekitar 70% gambir mereka yang layak ekspor. Chandra membeli dengan harga Rp9.000 sampai Rp10.000 per kilo. Jenis yang diekspor hanya gambir koin atau dolar dengan grade A yang berkadar katecin 60% dan B (40%). Harga grade A saat ini berkisar antara US$1.900 sampai US$2.050 per metrik ton. Yang B hanya US$1.800 sampai US$1.900. Sosok gambir koin berdiameter 3cm dengan panjang 3,5cm. Selain PT Sumber Alam Peleng, Supari Katta juga bergelut dalam bidang pemasaran gambir. Setiap bulan ia mengapalkan 120 ton gambir dari pelabuhan Pekanbaru, Riau. Perusahaan itu tak mengelola lahan gambir sendiri. Alasannya, “Butuh investasi yang sangat besar,” ujar Direktur SK Marzuki. Itulah sebabnya SK hanya membina pekebun di Siguntur dan Payakumbuh keduanya di Sumatera Barat. Ranah Minang memang merupakan sentra terbesar gambir di tanah air. SK membeli gambir dari pekebun Rp8.900 per kilogram. Gambir tersebut tidak serta-merta dikapalkan ke India. “Kami harus menjemur selama 3 hari untuk memperoleh kadar air 14% sebagai standar kualitas yang diminta,” kata Marzuki. gambir lokal yang diterima dari pekebun umumnya berkadar air 17%. Selain itu, standar mutu lainnya adalah kadar katecin 50% dan warna cokelat terang.

Kendala Pemasaran Gambir

Salah satu kendala ekspor gambir adalah turunnya produksi ketika musim hujan tiba. Penurunan itu mencapai separuhnya dari produksi pada kemarau. Penyebabnya adalah kesulitan pekebun menjemur gambir. Sumber Alam Peleng menyiasati kendala itu dengan, “Menyimpan persediaan pada kemarau,” kata Chandra. Kuantitas persediaan itu minimal 15 ton. “Begitu ada permintaan importir, kami sudah siap. Memang biasanya permintaan setiap buyer 30ton. Tapi dengan mempunyai persediaan setengahnya, kami jadi lebih mudah mencari kekurangannya,” papar Chandra ketika ditemui Mitra Usaha Tani di kantor barunya di bilangan Cibubur, Jakarta Timur. Di samping itu, kendala lain menurut Chandra adalah, “Mahalnya biaya pengiriman.” Pengiriman gambir dari Indonesia ke Karachi, Pakistan, membutuhkan biaya US$1.000 per kontainer 20 feet. Sementara dari Myanmar sebagai pesaing kita hanya US$700. Padahal kualitas gambir lokal dari Indonesia masih lebih baik ketimbang gambir mancanegara. “Produksi gambir kita yang berkadar katecin tinggi lebih banyak dibanding negara pesaing,” ujar Chandra. Sayangnya, pekebun gambir di Sumatera Barat kadang-kadang juga nakal. Dalam pengolahannya mereka mencampur gambir dengan tanah liat sehingga, “Kadar katecin jadi rendah,” ujar Chandra. Bila dipatahkan, bagian dalam gambir lokal yang tercampur tanah liat tampak cokelat kehitaman. Sedangkan yang berkadar katecin tinggi kelihatan lebih kuning. Harga beli gambir di tingkat pekebun juga sensitif. Berbeda sedikit saja, pekebun akan lari ke eksportir lain. Walau begitu Chandra dan Supari Katta tetap menekuni gambir. Sebab pemasaran gambir lokal berprospek bagus lantaran harga dan permintaan stabil. Banyaknya kendala tak harus menyurutkan mereka untuk mengekspor gambir.

Share on:

Yudianto
Yudianto Yudianto, penulis aktif di Budidayatani dan Mitrausahatani.com, memiliki hobi di bidang pertanian. Ia sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani, berkontribusi untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif.
comments powered by Disqus