Buah Leci Manis Berbiji Kecil Dari Dataran Tiongkok

Buah Leci Manis Berbiji Kecil Dari Dataran Tiongkok

Leci manis itu bukan dari Samut Songkhram dan Samut Sakhon, Thailand, tapi datang dari sebuah desa di Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Mitra Usaha Tani puas menikmati lezatnya leci dari kebun-kebun di Samut Songkhram dan Samut Sakhon, Thailand bagian selatan. Varietas khom yang ditanam bercitarasa manis dan kering. Pada bulan dengan hawa pengap dan udara panas karena suhu pada siang hari bisa mencapai 41°C itu buah berwarna merah menyala dengan aroma harum menguar itu mudah ditemukan di mana-mana karena tengah panen raya. Harga sekilo buah Litchi chinensis itu 70 baht setara kira-kira Rp21.000. Kini leci tiongkok bercitarasa nan manis juga bisa dinikmati di sebuah desa di Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Di sebuah ruas jalan tumbuh sebuah pohon setinggi 7 m bertajuk seperti pohon lengkeng Dimocarpus longan. Dari pohon berumur puluhan tahun itu Haji Kadir memanen 225 kg leci setiap musim, panen pada Oktober-November. [caption id=”attachment_15504” align=”aligncenter” width=”232”]leci tiongkok Di Samut Songkhram pohon leci berbuah di dataran rendah karena mendapat embusan rendah angin dingin dari Chiangmai selama sepekan setiap tahun[/caption]

Citarasa Buah Yang Manis Dan Legit

Tak banyak yang tahu bila pohon leci tiongkok di persimpangan jalan Banyuwangi-Jember menuju perkebunan Glen Nevis, Banyuwangi, itu pohon leci. Mafhum, saat buah mulai bermunculan Kadir dengan cekatan membungkus dompolan buah menggunakan karung beras berbahan plastik. Sebelum panen, buah sudah habis dipesan kerabat dan kolega. Lama-kelamaan tersiar juga berita ada leci manis di kabupaten di ujung paling timur Pulau Jawa itu. Itu juga yang didengar Eko Mulyanto, penangkar buah di Banyuwangi. Rasa penasaran membawa Eko berkeliling mencari leci tiongkok itu. “Selama ini yang saya tahu leci asal Bali. Buahnya masam dan berbiji besar,” tutur sarjana pertanian alumnus Universitas Nusantara Manado itu. Dari informasi mulut ke mulut sampailah Eko di lokasi pohon di persimpangan jalan Banyuwangi-Jember berketinggian 50 m di atas permukaan laut (m dpi) itu. “Ini sih saya sering lewati,” tuturnya waktu menemukan pohon yang sarat buah tapi terbungkus karung plastik itu pada Oktober 2011. Selama ini Eko tidak menyadari itu pohon leci karena buah merahnya tidak kelihatan. Sesampainya di lokasi pohon, sebagian besar buah sudah dipesan. Hanya tersisa bagian untuk dikonsumsi sendiri oleh keluarga. Sisa 10 kg itulah yang Eko beli beserta cabang pohon yang rencananya akan diperbanyak. ‘Tujuan saya hanya ingin menyelamatkan pohon buah yang sifatnya unggul,” tutur ayah dua anak itu. Mitra Usaha Tani turut mencicipi manisnya leci tiongkok saat bertandang ke kediaman Eko Mulyanto. Bentuk buahnya sama seperti leci pada umumnya. Kulit buah dan kulit ari berwarna merah. Ujung buah agak membulat. Daging buah bertekstur lembut dan juicy dengan rasa manis segar. Bijinya kecil. Harga leci istimewa itu cukup fantastis, Rp50.000 per kg. Bandingkan dengan harga leci asal Bali berkisar Rp12.500-Rp25.000. Harga leci impor bercltarasa manis asal Australia, Rpl40-ribu per kg.

Buah Asli Dari Dataran Tiongkok

Leci (Litchi chinensis) adalah pohon buah-buahan asal Cina yang termasuk ke dalam famili Sapindaceae. Leci telah lama dikenal dan dikonsumsi di Cina. Buah leci memiliki biji di dalamnya dan rasa yang manis. Leci dari Cina telah dibawa ke seluruh dunia, dan kini telah tumbuh di negara-negara seperti India, Thailand, Indonesia, Brasil, dan Afrika Selatan. Leci dapat ditemukan di pasar-pasar tradisional, toko buah, dan supermarket. Dalam buku The True History of Tea, Caius Julius Caesar Scaliger menulis bahwa Leci dari Cina telah dibawa ke Eropa pada abad ke-16 oleh seorang pedagang Cina. Leci dari Cina juga dikenal di Jepang dan Korea. Buah leci dari Dataran Tiongkok adalah buah yang sangat populer di Asia. Buah ini memiliki rasa yang manis dan segar. Buah leci dari Dataran Tiongkok juga kaya akan nutrisi. Buah ini mengandung banyak vitamin C, sehingga sangat baik untuk kesehatan. Menurut Kadir, leci manis itu ditanam oleh Roudji, seorang Tionghoa, dari biji buah leci oleh-oleh ayahnya dari daratan China. Eko menemui pria 80 tahun itu di sebuah rumah di Kecamatan Kalibaru yang hanya berjarak 5 m dari pohon itu. Sayang Roudji yang menanam biji itu saat berumur belasan tahun tidak mampu mengingat kapan persisnya ia menanam tanaman kerabat lengkeng itu. Haji Abdurrahim yang membeli pohon itu kini merawat Roudji karena ia hidup sebatang kara. Sementara Haji Kadir yang bertanggung jawab memelihara. Dialah yang membrongsong buah leci tiongkok hingga akhirnya panen dan siap jual. Itu sebabnya, buah lecinya dikenal dengan sebutan leci si kadir. Hasil penelusuran Eko sejatinya terdapat 50 pohon leci tersebar di Kecamatan Kalibaru,terutama di perkebunan kakao Sumber Pangestu dan di salah satu hotel di Kalibaru. Itu tanaman asal biji keturunan dari leci manis di simpang jalan itu. Rata-rata tanaman leci tiongkok sudah berumur 50 tahun. Namun; semua berbuah dengan citarasa asam dan biji besar. “Hasil eksplorasi di wilayah Licin, sekitar 65 km dari Kalibaru, juga terdapat 3 pohon leci dengan lingkar batang seukuran pelukan 2 orang dewasa, rasanya sangat masam dan berbiji tebal. Diduga pohon merupakan peninggalan dari zaman Belanda,” ujar Eko Mulyanto. Dr Moh Reza Tirtawinata MS, pakar buah di Bogor, Jawa Barat, menuturkan perbanyakan asal biji menyebabkan pohon mengalami segregasi alias perubahan sifat. Itu yang terjadi pada keturunan leci si kadir. “Perbanyakan dari biji juga memunculkan sifat inferior. Misalnya, buah jadi kecil dan rasanya masam,” tutur doktor alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Leci si kadir diduga secara genetik sudah membawa gen manis dan biji kempes. Reza menuturkan, di tanahair pohon leci tiongkok banyak dijumpai di Pulau Bali dan Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dahulu leci merupakan buah persembahan dari Kaisar China kepada raja-raja di Nusantara karena dinilai eksotis, berkulit merah dan rasanya manis. Di China, leci sudah dibudidayakan lebih dari 2.100 tahun lalu.

Suhu Ideal Untuk Pohon Leci

Pada dasarnya leci merupakan tanaman subtropis. Menurut Reza, tanaman asal biji bisa saja beradaptasi dengan iklim tropis sehingga dapat tumbuh baik di tanah air. Konsekuensinya kualitas buah menurun. Pohon leci dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan sekitar 1000-2000 mm per tahun. Pohon Leci yang sehat dan produktif memerlukan suhu yang ideal. Pohon Leci yang ditanam di daerah tropis seperti Indonesia membutuhkan suhu sekitar 17-20°C. Pohon Leci yang ditanam di daerah yang lebih dingin seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur, membutuhkan suhu sekitar 20-25 derajat Celcius. Untuk mampu berbuah, leci tiongkok membutuhkan suhu dingin, pagi 11- 15°C dan siang, 17-20°C. Di Samut Songkhram, Thailand Selatan, berketinggian 50 m dpi, leci terinisiasi berbunga dan berbuah karena daerah itu mendapatkan embusan angin dingin kurang dari 12°C-dari Chiangmai di Thailand bagian utara selama sepekan setiap tahun. Bila udara dingin tidak berembus, bunga gagal terbentuk. Nun di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, J. Njo mencoba menanam leci asal Samut Songkhram itu di lahan berketinggian 600 m dan 1.000 m dpi. Tujuh tahun berselang, pohon tak juga menunjukkan tanda-tanda berbunga. Pengalaman serupa dialami Lie Ay Yen di Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah, yang menanam bibit leci asal China sejak akhir tahun. Njo menduga leci enggan berbunga karena tidak ada pemicu udara dingin seperti di Samut Songkhram. Beruntung ada leci manis dan berbiji kecil dari dataran rendah Banyuwangi.

Share on:

Yudianto
Yudianto Yudianto, penulis aktif di Budidayatani dan Mitrausahatani.com, memiliki hobi di bidang pertanian. Ia sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani, berkontribusi untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif.
comments powered by Disqus