Harga jarak kepyar terbilang tinggi, Pasokan minim

Harga jarak kepyar terbilang tinggi, Pasokan minim

Pada zaman penjajahan Jepang, masyarakat memanfaatkan minyak kaliki untuk lampu. Kini Jepang mengolah minyak sebagai bahan plastik dan bumper mobil. Negeri di timur jauh itu memperoleh minyak kaliki atau jarak kepyar dari Indonesia. Eksportir minyak jarak kepyar ke Jepang adalah PT Bio Greenland yang mengirimkan 50 ton pada 2011. Sebetulnya produksi minyak mencapai 150 ton hasil pengolahan 300 ton biji kering. Namun, 100 ton di antaranya untuk memasok PT Kimia Farma. Menurut Agung Kisworo, general manager strategy business unit kimia PT Kimia Farma, pihaknya minta pasokan 6.000 ton setahun hanya mendapat jatah 100 ton. Produksi Greenland selebihnya, 50 ton, terserap pasar Jepang. [caption id=”attachment_15617” align=”aligncenter” width=”400”]Tumpang sari jarak kepyar dan
jagung jarak kepyar dapat dtanam dengan metode Tumpang sari[/caption] PT Kimia Farma memiliki pabrik pengolah jarak kepyar di Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Selain memperoleh pasokan minyak kaliki dari Bio Greenland, Agung juga menerima pasokan biji kering dari Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, dan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, total 20 ton biji kering per bulan. Harga beli Rp3.500 per kg jika pasokan total minimal 30 ton, Rp4.500 per kg, bila kiriman 30-60 ton.

Perbedaaan harga jarak pagar dan jarak kepyar yang cukup tinggi

Agung menargetkan produksi pada 2023 mencapai 133 ton minyak murni. Rendemen pengolahan minyak mentah menjadi minyak murni mencapai 70% sehingga Kimia Farma memerlukan 190 ton minyak mentah atau 380 ton biji kering. Kimia Farma memasarkan minyak kastor-sebutan untuk jarak kepyar-kepada beberapa perusahaan kosmetik. Minyak kastor mengandung ricin sebagai pengemulsi yang mampu mempertahankan struktur dan menjaga kelembutan beragam produk seperti sabun, sampo, dan pemerah bibir. Besarnya permintaan pasar itu mendorong PTBio Greenland mengembangkan jarak kepyar di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada

  1. Bio Greenland mengajak kemitraan kepada para pekebun di Sumbawa. Namun, banyak pekebun ragu-ragu karena khawatir kasus jarak pagar Jatropha curcas bakal terulang. Pemerintah pada 2006 pernah mengampayekan penanaman jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel. Namun, ketika panen tak ada perusahaan yang membeli. Kekhawatiran masyarakat luntur setelah mengetahui perusahaan itu membangun pabrik di dekat lokasi kebun. Arif Rusman akhirnya memutuskan menanam jarak kepyar di lahan 1 hektar. Pekebun di Desa Pelat, Kecamatan Unteriwes, Kabupaten Sumbawa, menumpangsarikan jarak kepyar di antara padi gogo. Penanaman kedua komoditas itu pada hari yang sama. Pada Oktober 2010 ia menanam 1.000 benih berjarak tanam 3 m x 3 m. Di setiap lubang tanam jarak, Arif membenamkan 6 kg pupuk kandang. Setelah membersihkan lahan, ia menanam padi gogo terlebih dahulu, benih jarak menyusul kemudian, la hanya memupuk padi gogo; sedangkan jarak tanpa pupuk. “Jarak akan menyerap unsur hara dari pupuk yang diberikan kepada padi gogo,” kata Arif. Saat jarak kepyar berumur 3,5 bulan, ia panen pertama. Ciri buah siap panen kulit kering mencapai sekitar 75% dari total buah tiap tandan. Tiap tanaman menghasilkan 1-1,5 kg biji kering per panen. [caption id=”attachment_15618” align=”aligncenter” width=”400”]tanaman Jarak kepyar digunakan sebagai bahan baku bumper
mobil Jarak kepyar bahan baku bumper mobil[/caption] Selama 3 bulan, ia tiga kali panen. Total ia memperoleh 1 ton biji kering.Setelah memetik buah, ia masukkan ke dalam karung. Petugas dari perusahaan mendatangi kebun untuk menimbang dan membayar hasil panen. Saat itu pada 2010, perusahaan membeli biji kering Rp1.000 per kg sehingga omzet Arif Rp1-juta. Kini harga jual meningkat menjadi Rp3.000 per kg.

Pasokan Jarak Kepyar sangat kurang

Bio Greenland memberi panduan kepada para pekebun mitra untuk meremajakan tanaman pada umur 10 bulan. Alasannya, produktivitas tanaman turun setelah berumur 10 bulan. Perusahaan itu mengelola kebun sebagai sumber benih agar dapat memberikan benih secara cuma-cuma kepada pekebun mitra. Begitu juga bila terjadi serangan hama dan penyakit, biaya penanganan ditanggung perusahaan. Selama 10 bulan membudidayakan jarak kosta, pekebun 7 kali panen sejak pemetikan perdana pada umur 3 bulan. Total jenderal produksi 7 kg biji kering per tanaman. Pada akhir Oktober 2011, misalnya, Arif kembali menanam jarak kosta. Warga lain di desa itu juga mengebunkan jarak kosta. Putu Mare menumpangsarikan tanaman anggota famili Euphorbiaceae itu dengan jagung di lahan 2 hektar. Putu hanya mengandalkan air hujan untuk irigasi kebunnya. Penghasilan tambahan dari jarak kepyar itu mendorong masyarakat mengebunkan jarak kosta. Kini 4.000 pekebun membudidayakan tanaman kerabat singkong itu dengan total luas lahan 3.000 ha. Namun, luasan itu belum mencukupi kapasitas produksi pabrik. “Kami membutuhkan 6.000 hektar lahan untuk memenuhi kapasitas produksi,” kata Endang Warsiki, konsultan perusahaan sekaligus peneliti di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi Institut Pertanian Bogor. PT Kimia Farma juga berencana membuka lahan 10.000 ha di Nusa Tenggara Timur. “Kami juga sedang menjajaki beberapa daerah di Indonesia yang berpotensi menjadi perkebunan jarak,” kata Agung Kisworo. Daerah yang sedang dijajaki adalah Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta, dan Nusapenida, Provinsi Bali. Kedua daerah itu beriklim kering sesuai untuk berkebun jarak.

Share on:

Yudianto
Yudianto Yudianto, penulis aktif di Budidayatani dan Mitrausahatani.com, memiliki hobi di bidang pertanian. Ia sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani, berkontribusi untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif.
comments powered by Disqus